13 Mei 2014

TETANUS



A.    Definisi   
Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium tetani yang dihasilkan oleh exotoksin
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh infeksi Clostridium tetani, pada kulit/ luka. Tetanus merupakan manifes dari intoksikasi terutama pada disfungsi neuromuscular, yang disebabkan oleh tetanospasmin, toksin yang dilepaskan oleh Clostridium tetani. Keadaan sakit diawali dengan terjadinya spasme yang kuat pada otot rangka dan diikuti adanya kontraksi paroksismal. Kekakuan otot terjadi pada rahang (lockjaw) dan leher pada awalnya, setelah itu akan merata ke seluruh tubuh
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.

B.     Etiologi
Penyakit tetanus disebabkan oleh kuman klostridium tetani. Kuman ini banyak terdapat dalam kotoran hewan memamah biak seperti sapi, kuda, dan lain-lain sehingga luka  yang tercemar dengan kotoran hewan sangat berbahaya bila kemasukan kuman tetanus. Tusukan paku yang berkarat sering juga membawa clostridium tetani kedalam luka lalu berkembang biak. Bayi yang baru lahir ketika tali pusarnya dipotong bila alat pemotong yang kurang bersih dapat juga kemasukan kuman tetanus.
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.

C.     Tanda dan Gejala
Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah infeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah infeksi. Gejala yang sering ditemukan adalah kekakuan rahang dan sulit dibuka (trismus) karena yang pertama kali terserang adalah otot rahang. Selanjutnya muncul gejala lain seperti gelisah, gangguan memelan, sakit kepala, demam, nyeri tenggorokan, mengigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai. Kejang pada otot2 wajah menyebabkan expresi wajah seperti menyeringai (risus sardonikus), dengan dua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik kebelakang sedangkan badannya melengkung ke depan yang disebut epitotonus. Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa menyebabkan retensi urine dan konstipasi.

D.    Patofisiologi
a.      Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti; luka tertusuk paku, pecahan kaca atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui pemotongan tali pusat.
b.      Organisme multipel membentuk dua toksin yaitu tetanopasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neutropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot dan mempengaruhi sistem syaraf pusat. Kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak signifikan.
c.       Exotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem syaraf pusatdengan melewati akson neuron atau sistem vaskular. Kuman ini menjadi terikatpada sel syaraf atau jaringan syaraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toxin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh arititosin.
d.      Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toxin; adalah pertama toxin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa kekornu anterior susunan syaraf pusat. Kedua toxin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk kesusunan syaraf pusat.
e.       Toxin bereaksi pada myoneural junktion yang menghasilkan otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang.
f.       Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus biasanya 5 sampai 14 hari.



E.     Diagnostik
a.      pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang.
b.      pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat).
c.       Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot rahang.
d.      Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
e.       Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler.

F.      Penatalaksanaan Terapeutik
A.    Di rawat dalam ruang yang intensif
B.     Pemberian ATS (anti tetanus serum) 20.000 U secara IM di dahului oleh uji kulit dan mata.
C.    Anti kejang dan penenang (fenobarbital bila kejang hebat, diazepam, largaktil).
D.    Antibiotik PP(penasilin 50.000 U/kgbb/hari)
E.     Diit tinggi kalori dan protein.
F.     Perawatan isolasi.
G.    Pembarian oksigen, pemasangan NGT bila perlu intubasi dan trakeostomi bila indikasi.
H.    Pemberian terapi intravena bila indikasi.

G.    Pembedahan
a.       Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
b.      Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.

H.    Komplikasi Tetanus
a.      Patah tulang (fraktur)
b.      Aspirasi pneumonia
c.       Laryngospasm                                                                           
d.      Pulmonary embolism
e.       Gagal ginjal akut

I.       Pencegahan
Karena infeksi tetanus seringkali berakibat fatal, maka tindakan pencegahan merupakan hal terpenting untuk dilakukan. Pencegahan bisa dilakukan dengan dua cara utama, imunisasi dan penanganan luka.
Ada dua jenis imunisasi untuk setiap penyakit, aktif dan pasif. Disebut imunisasi aktif saat vaksin diberikan kepada orang sehingga sistem kekebalan tubuh bisa membuat antibodi untuk membunuh kuman penginfeksi. Sebagian besar ahli, seperti yang dikutip situs webmd, menganjurkan untuk melakukan imunisasi Td (tetanus dan diphtheria) setiap 10 tahun sekali. Sedangkan, mereka yng belum pernah menerima vaksin imunisasi sebaiknya mendapatkan 3 seri imunisasi setiap 7 bulan. Ada juga bukti yang menunjukkan kalau imunisasi tetanus efektif lebih dari 10 tahun. Beberapa ahli mengatakan kalau imunisasi pertama saat sekolah menengah atas dan imunisasi kedua di usia 60 bisa melindungi dari serangan tetanus seumur hidup.
Saat luka, bahkan goresan sekecil apapun, sepanjang merusak kulit, mempunyai kemungkinan mengalami tetanus.
Sebagain besar dokter menyarankan  langkah berikut: Jika lukanya bersih dan Anda belum menerima imunisasi tetanus selama 10 tahun terakhir, Anda direkomendasikan untuk melakukan imunisasi. Jika lukanya kotor atau cenderung mengalami tetanus, dokter menyarankan Anda untuk melakukan imunisasi jika Anda belum melakukan imunisasi selama 5 tahun terakhir.
Luka yang cenderung mengalami tetanus adalah luka yang dalam dan terkontaminasi dengan kotoran atau tanah. Jika tidak yakin kapan terakhir kali Anda menerima imunisasi, lebih baik memilih cara aman dengan melakukan imunisasi.
Jika Anda belum pernah menerima imunisasi saat anak-anak dan mengalami luka terbuka, dokter mungkin akan memberikan vaksin saat perawatan pertama luka. Anda harus kembali memeriksakan diri ke dokter 4 minggu kemudian dan 6 bulan kedepannya untuk melengkapi vaksin pertama Anda.
Hal kedua yang sangat penting untuk dilakukan adalah membersihkan luka secara menyeluruh. Bersihkan luka dengan air bersih dan sabun, cobalah mengeluarkan semua partikel dan kotoran dari luka. Hal ini tidak hanya akan mencegah tetanus tetapi juga mencegah infeksi bakteri lainnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini