A.
Definisi
Tetanus adalah penyakit akut yang
disebabkan oleh clostridium tetani yang dihasilkan oleh exotoksin
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang
disebabkan oleh infeksi Clostridium tetani, pada kulit/ luka. Tetanus
merupakan manifes dari intoksikasi terutama pada disfungsi neuromuscular, yang
disebabkan oleh tetanospasmin, toksin yang dilepaskan oleh Clostridium
tetani. Keadaan sakit diawali dengan terjadinya spasme yang kuat pada otot
rangka dan diikuti adanya kontraksi paroksismal. Kekakuan otot terjadi pada
rahang (lockjaw) dan leher pada awalnya, setelah itu akan merata ke
seluruh tubuh
Penyakit tetanus merupakan salah
satu infeksi yang
berbahaya karena mempengaruhi sistem saraf dan otot. Kata tetanus
diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos
dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi
di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw),
spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang
dan spasme dan paralisis pernapasan.
B. Etiologi
Penyakit tetanus
disebabkan oleh kuman klostridium tetani. Kuman ini banyak terdapat dalam
kotoran hewan memamah biak seperti sapi, kuda, dan lain-lain sehingga
luka yang tercemar dengan kotoran hewan sangat berbahaya bila kemasukan
kuman tetanus. Tusukan paku yang berkarat sering juga membawa clostridium
tetani kedalam luka lalu berkembang biak. Bayi yang baru lahir ketika tali
pusarnya dipotong bila alat pemotong yang kurang bersih dapat juga kemasukan
kuman tetanus.
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora,
golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang
bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang
otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh
clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan
yang salah.
C. Tanda dan
Gejala
Gejala-gejala biasanya muncul dalam
waktu 5-10 hari setelah infeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari
atau 50 hari setelah infeksi. Gejala yang sering ditemukan adalah kekakuan
rahang dan sulit dibuka (trismus) karena yang pertama kali terserang adalah
otot rahang. Selanjutnya muncul gejala lain seperti gelisah, gangguan memelan,
sakit kepala, demam, nyeri tenggorokan, mengigil, kejang otot dan kaku kuduk,
lengan serta tungkai. Kejang pada otot2 wajah menyebabkan expresi wajah seperti
menyeringai (risus sardonikus), dengan dua alis yang terangkat. Kekakuan atau
kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa menyebabkan kepala dan tumit
penderita tertarik kebelakang sedangkan badannya melengkung ke depan yang
disebut epitotonus. Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa
menyebabkan retensi urine dan konstipasi.
D.
Patofisiologi
a.
Penyakit tetanus terjadi karena
adanya luka pada tubuh seperti; luka tertusuk paku, pecahan kaca atau kaleng,
luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui pemotongan
tali pusat.
b.
Organisme multipel membentuk dua
toksin yaitu tetanopasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neutropik yang
dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot dan mempengaruhi sistem syaraf
pusat. Kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak signifikan.
c.
Exotoksin yang dihasilkan akan
mencapai pada sistem syaraf pusatdengan melewati akson neuron atau sistem
vaskular. Kuman ini menjadi terikatpada sel syaraf atau jaringan syaraf dan
tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toxin yang bebas
dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh arititosin.
d.
Hipotesa cara absorbsi dan
bekerjanya toxin; adalah pertama toxin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dan
melalui aksis silindrik dibawa kekornu anterior susunan syaraf pusat. Kedua
toxin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk kesusunan syaraf pusat.
e.
Toxin bereaksi pada myoneural
junktion yang menghasilkan otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang.
f.
Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan
dan rata-rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan
untuk neonatus biasanya 5 sampai 14 hari.
E.
Diagnostik
a.
pemeriksaan fisik : adanya luka dan
ketegangan otot yang khas terutama pada rahang.
b.
pemeriksaan darah (kalsium dan
fosfat).
c.
Diagnosa didasarkan pada riwayat
perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot rahang.
d.
Laboratorium ; leukositosis ringan,
peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
e.
Pemeriksaan Ecg dapat terlihat
gambaran aritmia ventrikuler.
F.
Penatalaksanaan Terapeutik
A.
Di rawat dalam ruang yang intensif
B.
Pemberian ATS (anti tetanus serum)
20.000 U secara IM di dahului oleh uji kulit dan mata.
C.
Anti kejang dan penenang
(fenobarbital bila kejang hebat, diazepam, largaktil).
D.
Antibiotik PP(penasilin 50.000
U/kgbb/hari)
E.
Diit tinggi kalori dan protein.
F.
Perawatan isolasi.
G.
Pembarian oksigen, pemasangan NGT bila
perlu intubasi dan trakeostomi bila indikasi.
H.
Pemberian terapi intravena bila
indikasi.
G.
Pembedahan
a.
Problema pernafasan ; Trakeostomi
(k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi atau laringostomi
untuk bantuan nafas.
b.
Debridemen atau amputasi pada lokasi
infeksi yang tidak terdeteksi.
H.
Komplikasi
Tetanus
a.
Patah
tulang (fraktur)
b.
Aspirasi
pneumonia
c.
Laryngospasm
d.
Pulmonary
embolism
e.
Gagal
ginjal akut
I.
Pencegahan
Karena infeksi tetanus seringkali
berakibat fatal, maka tindakan pencegahan merupakan hal terpenting untuk
dilakukan. Pencegahan bisa dilakukan dengan dua cara utama, imunisasi dan
penanganan luka.
Ada dua jenis imunisasi untuk setiap
penyakit, aktif dan pasif. Disebut imunisasi aktif saat vaksin diberikan kepada
orang sehingga sistem kekebalan tubuh bisa membuat antibodi untuk membunuh
kuman penginfeksi. Sebagian besar ahli, seperti yang dikutip situs webmd,
menganjurkan untuk melakukan imunisasi Td (tetanus dan diphtheria) setiap 10
tahun sekali. Sedangkan, mereka yng belum pernah menerima vaksin imunisasi
sebaiknya mendapatkan 3 seri imunisasi setiap 7 bulan. Ada juga bukti yang
menunjukkan kalau imunisasi tetanus efektif lebih dari 10 tahun. Beberapa ahli
mengatakan kalau imunisasi pertama saat sekolah menengah atas dan imunisasi
kedua di usia 60 bisa melindungi dari serangan tetanus seumur hidup.
Saat luka, bahkan goresan sekecil apapun, sepanjang merusak kulit, mempunyai kemungkinan mengalami tetanus.
Saat luka, bahkan goresan sekecil apapun, sepanjang merusak kulit, mempunyai kemungkinan mengalami tetanus.
Sebagain besar dokter
menyarankan langkah berikut: Jika lukanya bersih dan Anda belum menerima
imunisasi tetanus selama 10 tahun terakhir, Anda direkomendasikan untuk
melakukan imunisasi. Jika lukanya kotor atau cenderung mengalami tetanus,
dokter menyarankan Anda untuk melakukan imunisasi jika Anda belum melakukan
imunisasi selama 5 tahun terakhir.
Luka yang cenderung mengalami tetanus adalah luka yang dalam dan terkontaminasi dengan kotoran atau tanah. Jika tidak yakin kapan terakhir kali Anda menerima imunisasi, lebih baik memilih cara aman dengan melakukan imunisasi.
Jika Anda belum pernah menerima imunisasi saat anak-anak dan mengalami luka terbuka, dokter mungkin akan memberikan vaksin saat perawatan pertama luka. Anda harus kembali memeriksakan diri ke dokter 4 minggu kemudian dan 6 bulan kedepannya untuk melengkapi vaksin pertama Anda.
Luka yang cenderung mengalami tetanus adalah luka yang dalam dan terkontaminasi dengan kotoran atau tanah. Jika tidak yakin kapan terakhir kali Anda menerima imunisasi, lebih baik memilih cara aman dengan melakukan imunisasi.
Jika Anda belum pernah menerima imunisasi saat anak-anak dan mengalami luka terbuka, dokter mungkin akan memberikan vaksin saat perawatan pertama luka. Anda harus kembali memeriksakan diri ke dokter 4 minggu kemudian dan 6 bulan kedepannya untuk melengkapi vaksin pertama Anda.
Hal kedua
yang sangat penting untuk dilakukan adalah membersihkan luka secara menyeluruh.
Bersihkan luka dengan air bersih dan sabun, cobalah mengeluarkan semua partikel
dan kotoran dari luka. Hal ini tidak hanya akan mencegah tetanus tetapi juga
mencegah infeksi bakteri lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar