Cerita Tersembunyi
Oleh : Addin Fikry Nurullah
Sore yang cerah, matahari bersinar lembut, Fikry melangkah perlahan menuju halaman rumah dan segera membuka gerbang. Sesaat kemudian dia mengeluarkan motornya ke jalan raya. Perlahan tapi pasti dia mulai bergerak menjauh meninggalkan rumahnya. Sore itu Fikry akan pergi ke rumah temannya Yani, atau lebih tepat disebut kakak olehnya karena umur Yani terpaut 3 tahun lebih tua dari pada Fikry. Ketika memasuki persimpangan jalan menuju rumah Yani, Fikry berhenti sejenak di depan balai desa karena disana ada pertandingan Volly antar RT di kampung itu. Kemudian ia mencari Yani disana karena yang ia tahu Yani suka sekali menonton pertandingan Volly. Kemudian Fikry melihat Yani sedang berbincang dengan teman – temannya, Fikry pun urung menemui Yani karena ia merasa canggung dengan teman – teman Yani. Kemudian seorang gadis melangkah ke arahnya,
“Fikry, kapan datang? Kamu sudah besar ya sekarang”, kata Tati. Fikry yang dari tadi melamun pun tersentak kaget dan menjawab,
“Kemarin, kak”, jawab Fikry. “Kakak juga makin cantik, gimana sekolahnya? Sudah ada pengumuman lulus atau belum?”, lanjut Fikry.
“Kamu nih bisa saja kalau memuji, belum ada pengumuman. Bisa nggak kamu tanya sama papa kamu sudah ada pengumuman atau belum. Papa kamu kan kepala sekolah jadi dia tahu tentang masalah itu”, kata Tati.
“Iya deh, nanti aku tanya sama papa”, kata Fikry.
Kemudian tanpa disengaja Fikry memperhatikan seorang gadis yang sedang berdiri di dekat Yani, gadis itu memakai jilbab dengan baju berlengan panjang, tingginya hampir sama dengan Tati. Setelah itu, Fikry dan gadis itu saling melirik satu sama lain, dan gadis itu pun hanya memberikan senyuman pada Fikry dan Fikry membalas senyuman gadis itu. Kemudian Fikry bertanya pada Tati siapa sebenarnya gadis itu.
“Kak, cewek yang pakai jilbab warna ungu tua itu siapa?”, tanya Fikry.
“Yang mana? Dari tadi kakak nggak lihat cewek pakai jilbab warna ungu”, kata Tati.
“Masa kakak nggak lihat sih, itu loh yang berdiri disamping kak Yani”, kata Fikry menjelaskan.
“Oh itu, namanya Fitrah. Dia orang sini juga, memangnya kenapa? Naksir ya?”, tanya Tati curiga.
“Kakak nih, curigaan banget sih jadi orang. Aku kan cuma ingin tahu siapa dia, lagian juga dia kan lebih tua dariku mana mungkin aku bisa naksir dia”, kata Fikry mengelak.
“Maaf, soalnya pertanyaan kamu tadi sangat mencurigakan. Lagi pula cinta kan tidak memandang umur, jadi nggak salah kalau kamu naksir dia. Tapi tidak mudah untuk mendapatkan dia, soalnya saingan kamu banyak sekali, termasuk sepupu kamu Haris”, kata Tati menjelaskan.
“Untuk sekarang ini sih aku belum punya rasa sama cewek itu. Nggak tahu kalau selanjutnya, takdir orang kan tuhan yang menentukan. Lagian juga untuk apa aku mengejar orang yang jauh kalau disini sudah ada kakak”, kata Fikry setengah menggoda.
“Udah deh Fik, jangan menggoda kakak terus, nanti kakak nggak bisa tidur karena kepikiran kata – kata kamu”, kata Tati.
Kemudian Tati pulang ke rumahnya, karena sudah sore.Tidak lama kemudian Davi, salah satu teman Fikry waktu SD datang menghampiri Fikry.
“Friend, kapan datang?”, tanya Davi. “Kemarin, ngomong – ngomong tumben disini ramai. Memangnya ada acara apa?”, tanya Fikry.
“Biasalah, kegiatan antar RT”, kata Davi menjelaskan.
“Kamu juga ikutan?”, tanya Fikry.
“Nggaklah, kamu kayak nggak tahu aku saja. Aku kan paling malas ikut kegiatan kayak gini”, kata Davi.
“Oh iya, aku di tawarin minum – minum sama teman. Tapi aku nggak ikut, apa kamu berminat? Kalau ya, aku bisa ngomong sama mereka”, kata Davi menawarkan.
“Aku nggak berminat ikut yang kayak gitu. Coba kalau ada lomba mata pelajaran baru aku semangat”, kata Fikry menolak.
“Ngomong – ngomong tumben kamu main kesini, memangnya ada masalah ya?”, tanya Davi.
“Nggak juga sih, aku lagi BT (bosan total) di rumah, makanya aku keluar jalan – jalan”, kata Fikry.
Kemudian pmbicaraan mereka berlanjut pada hal – hal seputar masalah anak muda di kampung itu. Tiba – tiba Fikry dan gadis cantik yang memaka jilbab tadi kembali berpandangan untuk beberapa saat. Kemudian Fikry memberikan senyum pada gadis itu, dan gadis itu membalas senyuman gadis itu. Fikry pun tersentak dari lamunannya saat Davi menepuk bahunya.
“Kamu nih, ngelamun saja, kalau kemasukan setan baru tahu rasa. Memangnya kamu lagi mikirin apa sih? Serius banget dari tadi, sampai – sampai kamu nggak dengar aku ngomong apa”, kata Davi.
“Maaf, aku nggak mikir apa – apa kok. Tadi aku cuma sedikit nggak konsen”, kata Fikry mencari alasan.
Kemudian Yani datang menghampiri mereka. Setelah itu mereka bertiga melangkah ke rumah Yani. Dan pembicaraan mereka sore itu berlanjut hingga menjelang maghrib di rumahnya Yani.
******
“Kak, kakak kenal nggak sama Fitrah?”, tanya Fikry pada Yani.
“Iya, kenal. Memangnya kenapa? Kamu naksir ya sama dia?”, selidik Yani.
“Kalau naksir atau nggak sih belum ada, tapi kalau sekedar suka iya”, kata Fikry.
“Oh gitu ya, kalau nggak salah kakak punya nomor handphonenya dia.Kamu mau nggak?”,kata Yani menawarkan.
“Sebenarnya sih tadi aku memang mau minta nomor handphone cewek itu sama kakak. Eh nggak tahunya ditawarin duluan”, kata Fikry.
Setelah mendapatkan nomor handphone gadis itu, Fikry mulai menjalankan aksinya. Pada sore harinya Fikry mengsms gadis itu,
“Hai cewek, boleh kenalan nggak?”
Kemudian setelah beberapa saat, datang sms balasan dari Fitrah,
“Boleh, namaku Fitrah. Nama kamu siapa?”
Setelah mengetahui nama masing – masing, mereka pun semakin akrab. Dan mulai berteman baik.
“Gimana Fik, sukses nggak?”, tanya Yani tiba – tiba ketika mereka bertemu.
“Sukses dong, terimakasih ya kak. Tapi untuk sementara tolong kakak jangan kasih tahu siapa – siapa dulu ya”, kata Fikry.
“Iya, tenang saja. Rahasia kamu aman kok sama kakak”, kata Yani meyakinkan Fikry.
Pada suatu hari, Fikry mengajak Fitrah jalan – jalan. Tentunya secara sembunyi – sembunyi.Kemudian mengsms Fitrah,
Hai Fit, hari ini kamu ada acara nggak?”
Kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Nggak ada kok. Memangnya kenapa?”
Kemudian Fikry membalas sms tersebut,
“Aku mau ngajak kamu jalan. Bisa nggak?”
Sesaat kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Bisa”,
Kemudian di tempat yang sudah ditentukan, Fikry menunggu Fitrah. Setelah beberapa saat orang yang di tunggu akhirnya datang juga. Karena mereka baru pertama kali bertemu, mereka masih sangat canggung untuk bertegur sapa. Kemudian untuk mencairkan suasana, Fikry pun memulai pembicaraan.
“Hey, memangnya nggak ada yang marah apa kalau kamu jalan sama aku?”, tanya Fikry.
“Nggak ada kok, tadi aku sudah izin sama orangtuaku. Mereka bilang kalau mau mengajak aku jalan, kamu harus menjemputku di rumah”, kata Fitrah.
“Iya deh maaf, lain kali aku akan langsung ke rumah kamu”, kata Fikry.
“Oh iya, sebelumnya maaf kalau nanti ada tindakanku yang aneh. Soalnya aku baru kali ini jalan sama cowok”, kata Fitrah.
“Iya aku juga. Ini pertama kalinya aku jalan sama cewek yang umurnya lebih tua dariku”, kata Fikry.
“Ngomong – ngomong kali ini kita kemana?”, tanya Fitrah.
“Kamu maunya kemana?”, Fikry balik bertanya.
“Kenapa tanya aku? Kan kamu yang mengajak, jadi terserah kamu dong.Aku akan ikut kemana pun kamu mengajakku”, kata Fitrah mulai menggoda.
“Sudah berani ya, menggoda brondong”, kata Fikry.
Mendengar perkataan Fikry, Fitrah pun merah mukanya karena malu, kemudian ia hanya tersenyum.
”Ayo cepat naik”, lanjut Fikry.
Kemudian mereka pun jalan – jalan. Tapi ditengah jalan mereka bertemu dengan Nur, sepupunya Yani. Tapi Fikry hanya tersenyum padanya dan melanjutkan perjalanannya. Jalan – jalan mereka sore berlanjut ke pantai dan mereka pulang sebelum maghrib. Dan jalan – jalan mereka kali ini sangat berkesan karena baru pertama kalinya. Mereka berdua pun segera memikirkan kata – kata yang akan mereka ucapkan pada teman – teman mereka masing – masing.
******
Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah satu minggu sejak perkenalan itu terjadi. Hubungan pertemanan Fikry dan Fitrah semakin akrab. Sementara itu, orang – orang semakin ramai membicarakan mereka. Layaknya suatu opini publik, pro dan kontra sering terjadi. Tapi mereka berusaha untuk cuek dengan semua itu.
Sejak berteman dengan Fitrah, Fikry semakin rajin mendapatkan pertanyaan – pertanyaan aneh bahkan sinis dari orang – orang terdekatnya. Tapi bukan Fikry namanya jika tidak bisa menepis semua masalah tersebut.
“Fit, kamu udah punya pacar atau belum?”, tanya Fikry tiba – tiba saat dia duduk dengan Fitrah.
“Memangnya kenapa?”, Fitrah balik bertanya.
“Nggak ada apa – apa sih, aku hanya ingin tahu aja”, jawab Fikry.
Mendengar pertanyaan Fikry tadi, Fitrah merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam diri Fikry. Tapi dia tidak tahu apa itu. Kemudian ia berusaha untuk jujur dan menjawab,
“Kalau untuk sekarang sih memang sudah ada”, jawab Fitrah.
Mendengar jawaban Fitrah, Fikry seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari dalam dirinya. Kemudian Fikry terdiam, ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya pun terdiam membisu. Beberapa saat kemudian Fitrah memulai pembicaraan.
“Fik, kamu suka musik nggak?”, tanya Fitrah. Mendengar pertanyaan Fitrah, Fikry pun tersentak dalam lamunannya.
“Iya, aku suka musik. Ngomong – ngomong kamu suka lagu apa?”, tanya Fikry pada Fitrah.
“Aku suka lagu Disini Untukmu”, kata Fitrah.
“Kamu ngefans sama grup band UNGU ya?” tanya Fikry.
“Iya. Kalau kamu sukanya lagu apa?”, tanya Fitrah.
“Aku suka lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu”, jawab Fikry berbohong. Dia menjawab sesuai dengan suasana hatinya.
“Kamu lagi patah hati ya?”, tanya Fitrah tiba – tiba.
“Nggak kok, aku fun – fun aja”, jawab Fikry spontan.
“Terus, kenapa kamu suka lagu itu?”, selidik Fitrah.
“Aku juga nggak tahu kenapa aku suka lagu itu. Mungkin karena lagu itu bagus”, jawab Fikry.
“Oh, aku pikir kamu suka lagu itu karena kamu lagi patah hati”, kata Fitrah.
“Nggak kok tenang aja. Aku baik – baik saja”, kata Fikry berbohong. Padahal jauh di lubuk hatinya batinnya menangis menahan perih.
******
28 November 2010
cerpen
Cerita Tersembunyi
Oleh : Addin Fikry Nurullah
Sore yang cerah, matahari bersinar lembut, Fikry melangkah perlahan menuju halaman rumah dan segera membuka gerbang. Sesaat kemudian dia mengeluarkan motornya ke jalan raya. Perlahan tapi pasti dia mulai bergerak menjauh meninggalkan rumahnya. Sore itu Fikry akan pergi ke rumah temannya Yani, atau lebih tepat disebut kakak olehnya karena umur Yani terpaut 3 tahun lebih tua dari pada Fikry. Ketika memasuki persimpangan jalan menuju rumah Yani, Fikry berhenti sejenak di depan balai desa karena disana ada pertandingan Volly antar RT di kampung itu. Kemudian ia mencari Yani disana karena yang ia tahu Yani suka sekali menonton pertandingan Volly. Kemudian Fikry melihat Yani sedang berbincang dengan teman – temannya, Fikry pun urung menemui Yani karena ia merasa canggung dengan teman – teman Yani. Kemudian seorang gadis melangkah ke arahnya,
“Fikry, kapan datang? Kamu sudah besar ya sekarang”, kata Tati. Fikry yang dari tadi melamun pun tersentak kaget dan menjawab,
“Kemarin, kak”, jawab Fikry. “Kakak juga makin cantik, gimana sekolahnya? Sudah ada pengumuman lulus atau belum?”, lanjut Fikry.
“Kamu nih bisa saja kalau memuji, belum ada pengumuman. Bisa nggak kamu tanya sama papa kamu sudah ada pengumuman atau belum. Papa kamu kan kepala sekolah jadi dia tahu tentang masalah itu”, kata Tati.
“Iya deh, nanti aku tanya sama papa”, kata Fikry.
Kemudian tanpa disengaja Fikry memperhatikan seorang gadis yang sedang berdiri di dekat Yani, gadis itu memakai jilbab dengan baju berlengan panjang, tingginya hampir sama dengan Tati. Setelah itu, Fikry dan gadis itu saling melirik satu sama lain, dan gadis itu pun hanya memberikan senyuman pada Fikry dan Fikry membalas senyuman gadis itu. Kemudian Fikry bertanya pada Tati siapa sebenarnya gadis itu.
“Kak, cewek yang pakai jilbab warna ungu tua itu siapa?”, tanya Fikry.
“Yang mana? Dari tadi kakak nggak lihat cewek pakai jilbab warna ungu”, kata Tati.
“Masa kakak nggak lihat sih, itu loh yang berdiri disamping kak Yani”, kata Fikry menjelaskan.
“Oh itu, namanya Fitrah. Dia orang sini juga, memangnya kenapa? Naksir ya?”, tanya Tati curiga.
“Kakak nih, curigaan banget sih jadi orang. Aku kan cuma ingin tahu siapa dia, lagian juga dia kan lebih tua dariku mana mungkin aku bisa naksir dia”, kata Fikry mengelak.
“Maaf, soalnya pertanyaan kamu tadi sangat mencurigakan. Lagi pula cinta kan tidak memandang umur, jadi nggak salah kalau kamu naksir dia. Tapi tidak mudah untuk mendapatkan dia, soalnya saingan kamu banyak sekali, termasuk sepupu kamu Haris”, kata Tati menjelaskan.
“Untuk sekarang ini sih aku belum punya rasa sama cewek itu. Nggak tahu kalau selanjutnya, takdir orang kan tuhan yang menentukan. Lagian juga untuk apa aku mengejar orang yang jauh kalau disini sudah ada kakak”, kata Fikry setengah menggoda.
“Udah deh Fik, jangan menggoda kakak terus, nanti kakak nggak bisa tidur karena kepikiran kata – kata kamu”, kata Tati.
Kemudian Tati pulang ke rumahnya, karena sudah sore.Tidak lama kemudian Davi, salah satu teman Fikry waktu SD datang menghampiri Fikry.
“Friend, kapan datang?”, tanya Davi. “Kemarin, ngomong – ngomong tumben disini ramai. Memangnya ada acara apa?”, tanya Fikry.
“Biasalah, kegiatan antar RT”, kata Davi menjelaskan.
“Kamu juga ikutan?”, tanya Fikry.
“Nggaklah, kamu kayak nggak tahu aku saja. Aku kan paling malas ikut kegiatan kayak gini”, kata Davi.
“Oh iya, aku di tawarin minum – minum sama teman. Tapi aku nggak ikut, apa kamu berminat? Kalau ya, aku bisa ngomong sama mereka”, kata Davi menawarkan.
“Aku nggak berminat ikut yang kayak gitu. Coba kalau ada lomba mata pelajaran baru aku semangat”, kata Fikry menolak.
“Ngomong – ngomong tumben kamu main kesini, memangnya ada masalah ya?”, tanya Davi.
“Nggak juga sih, aku lagi BT (bosan total) di rumah, makanya aku keluar jalan – jalan”, kata Fikry.
Kemudian pmbicaraan mereka berlanjut pada hal – hal seputar masalah anak muda di kampung itu. Tiba – tiba Fikry dan gadis cantik yang memaka jilbab tadi kembali berpandangan untuk beberapa saat. Kemudian Fikry memberikan senyum pada gadis itu, dan gadis itu membalas senyuman gadis itu. Fikry pun tersentak dari lamunannya saat Davi menepuk bahunya.
“Kamu nih, ngelamun saja, kalau kemasukan setan baru tahu rasa. Memangnya kamu lagi mikirin apa sih? Serius banget dari tadi, sampai – sampai kamu nggak dengar aku ngomong apa”, kata Davi.
“Maaf, aku nggak mikir apa – apa kok. Tadi aku cuma sedikit nggak konsen”, kata Fikry mencari alasan.
Kemudian Yani datang menghampiri mereka. Setelah itu mereka bertiga melangkah ke rumah Yani. Dan pembicaraan mereka sore itu berlanjut hingga menjelang maghrib di rumahnya Yani.
******
“Kak, kakak kenal nggak sama Fitrah?”, tanya Fikry pada Yani.
“Iya, kenal. Memangnya kenapa? Kamu naksir ya sama dia?”, selidik Yani.
“Kalau naksir atau nggak sih belum ada, tapi kalau sekedar suka iya”, kata Fikry.
“Oh gitu ya, kalau nggak salah kakak punya nomor handphonenya dia.Kamu mau nggak?”,kata Yani menawarkan.
“Sebenarnya sih tadi aku memang mau minta nomor handphone cewek itu sama kakak. Eh nggak tahunya ditawarin duluan”, kata Fikry.
Setelah mendapatkan nomor handphone gadis itu, Fikry mulai menjalankan aksinya. Pada sore harinya Fikry mengsms gadis itu,
“Hai cewek, boleh kenalan nggak?”
Kemudian setelah beberapa saat, datang sms balasan dari Fitrah,
“Boleh, namaku Fitrah. Nama kamu siapa?”
Setelah mengetahui nama masing – masing, mereka pun semakin akrab. Dan mulai berteman baik.
“Gimana Fik, sukses nggak?”, tanya Yani tiba – tiba ketika mereka bertemu.
“Sukses dong, terimakasih ya kak. Tapi untuk sementara tolong kakak jangan kasih tahu siapa – siapa dulu ya”, kata Fikry.
“Iya, tenang saja. Rahasia kamu aman kok sama kakak”, kata Yani meyakinkan Fikry.
Pada suatu hari, Fikry mengajak Fitrah jalan – jalan. Tentunya secara sembunyi – sembunyi.Kemudian mengsms Fitrah,
Hai Fit, hari ini kamu ada acara nggak?”
Kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Nggak ada kok. Memangnya kenapa?”
Kemudian Fikry membalas sms tersebut,
“Aku mau ngajak kamu jalan. Bisa nggak?”
Sesaat kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Bisa”,
Kemudian di tempat yang sudah ditentukan, Fikry menunggu Fitrah. Setelah beberapa saat orang yang di tunggu akhirnya datang juga. Karena mereka baru pertama kali bertemu, mereka masih sangat canggung untuk bertegur sapa. Kemudian untuk mencairkan suasana, Fikry pun memulai pembicaraan.
“Hey, memangnya nggak ada yang marah apa kalau kamu jalan sama aku?”, tanya Fikry.
“Nggak ada kok, tadi aku sudah izin sama orangtuaku. Mereka bilang kalau mau mengajak aku jalan, kamu harus menjemputku di rumah”, kata Fitrah.
“Iya deh maaf, lain kali aku akan langsung ke rumah kamu”, kata Fikry.
“Oh iya, sebelumnya maaf kalau nanti ada tindakanku yang aneh. Soalnya aku baru kali ini jalan sama cowok”, kata Fitrah.
“Iya aku juga. Ini pertama kalinya aku jalan sama cewek yang umurnya lebih tua dariku”, kata Fikry.
“Ngomong – ngomong kali ini kita kemana?”, tanya Fitrah.
“Kamu maunya kemana?”, Fikry balik bertanya.
“Kenapa tanya aku? Kan kamu yang mengajak, jadi terserah kamu dong.Aku akan ikut kemana pun kamu mengajakku”, kata Fitrah mulai menggoda.
“Sudah berani ya, menggoda brondong”, kata Fikry.
Mendengar perkataan Fikry, Fitrah pun merah mukanya karena malu, kemudian ia hanya tersenyum.
”Ayo cepat naik”, lanjut Fikry.
Kemudian mereka pun jalan – jalan. Tapi ditengah jalan mereka bertemu dengan Nur, sepupunya Yani. Tapi Fikry hanya tersenyum padanya dan melanjutkan perjalanannya. Jalan – jalan mereka sore berlanjut ke pantai dan mereka pulang sebelum maghrib. Dan jalan – jalan mereka kali ini sangat berkesan karena baru pertama kalinya. Mereka berdua pun segera memikirkan kata – kata yang akan mereka ucapkan pada teman – teman mereka masing – masing.
******
Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah satu minggu sejak perkenalan itu terjadi. Hubungan pertemanan Fikry dan Fitrah semakin akrab. Sementara itu, orang – orang semakin ramai membicarakan mereka. Layaknya suatu opini publik, pro dan kontra sering terjadi. Tapi mereka berusaha untuk cuek dengan semua itu.
Sejak berteman dengan Fitrah, Fikry semakin rajin mendapatkan pertanyaan – pertanyaan aneh bahkan sinis dari orang – orang terdekatnya. Tapi bukan Fikry namanya jika tidak bisa menepis semua masalah tersebut.
“Fit, kamu udah punya pacar atau belum?”, tanya Fikry tiba – tiba saat dia duduk dengan Fitrah.
“Memangnya kenapa?”, Fitrah balik bertanya.
“Nggak ada apa – apa sih, aku hanya ingin tahu aja”, jawab Fikry.
Mendengar pertanyaan Fikry tadi, Fitrah merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam diri Fikry. Tapi dia tidak tahu apa itu. Kemudian ia berusaha untuk jujur dan menjawab,
“Kalau untuk sekarang sih memang sudah ada”, jawab Fitrah.
Mendengar jawaban Fitrah, Fikry seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari dalam dirinya. Kemudian Fikry terdiam, ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya pun terdiam membisu. Beberapa saat kemudian Fitrah memulai pembicaraan.
“Fik, kamu suka musik nggak?”, tanya Fitrah. Mendengar pertanyaan Fitrah, Fikry pun tersentak dalam lamunannya.
“Iya, aku suka musik. Ngomong – ngomong kamu suka lagu apa?”, tanya Fikry pada Fitrah.
“Aku suka lagu Disini Untukmu”, kata Fitrah.
“Kamu ngefans sama grup band UNGU ya?” tanya Fikry.
“Iya. Kalau kamu sukanya lagu apa?”, tanya Fitrah.
“Aku suka lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu”, jawab Fikry berbohong. Dia menjawab sesuai dengan suasana hatinya.
“Kamu lagi patah hati ya?”, tanya Fitrah tiba – tiba.
“Nggak kok, aku fun – fun aja”, jawab Fikry spontan.
“Terus, kenapa kamu suka lagu itu?”, selidik Fitrah.
“Aku juga nggak tahu kenapa aku suka lagu itu. Mungkin karena lagu itu bagus”, jawab Fikry.
“Oh, aku pikir kamu suka lagu itu karena kamu lagi patah hati”, kata Fitrah.
“Nggak kok tenang aja. Aku baik – baik saja”, kata Fikry berbohong. Padahal jauh di lubuk hatinya batinnya menangis menahan perih.
******
Oleh : Addin Fikry Nurullah
Sore yang cerah, matahari bersinar lembut, Fikry melangkah perlahan menuju halaman rumah dan segera membuka gerbang. Sesaat kemudian dia mengeluarkan motornya ke jalan raya. Perlahan tapi pasti dia mulai bergerak menjauh meninggalkan rumahnya. Sore itu Fikry akan pergi ke rumah temannya Yani, atau lebih tepat disebut kakak olehnya karena umur Yani terpaut 3 tahun lebih tua dari pada Fikry. Ketika memasuki persimpangan jalan menuju rumah Yani, Fikry berhenti sejenak di depan balai desa karena disana ada pertandingan Volly antar RT di kampung itu. Kemudian ia mencari Yani disana karena yang ia tahu Yani suka sekali menonton pertandingan Volly. Kemudian Fikry melihat Yani sedang berbincang dengan teman – temannya, Fikry pun urung menemui Yani karena ia merasa canggung dengan teman – teman Yani. Kemudian seorang gadis melangkah ke arahnya,
“Fikry, kapan datang? Kamu sudah besar ya sekarang”, kata Tati. Fikry yang dari tadi melamun pun tersentak kaget dan menjawab,
“Kemarin, kak”, jawab Fikry. “Kakak juga makin cantik, gimana sekolahnya? Sudah ada pengumuman lulus atau belum?”, lanjut Fikry.
“Kamu nih bisa saja kalau memuji, belum ada pengumuman. Bisa nggak kamu tanya sama papa kamu sudah ada pengumuman atau belum. Papa kamu kan kepala sekolah jadi dia tahu tentang masalah itu”, kata Tati.
“Iya deh, nanti aku tanya sama papa”, kata Fikry.
Kemudian tanpa disengaja Fikry memperhatikan seorang gadis yang sedang berdiri di dekat Yani, gadis itu memakai jilbab dengan baju berlengan panjang, tingginya hampir sama dengan Tati. Setelah itu, Fikry dan gadis itu saling melirik satu sama lain, dan gadis itu pun hanya memberikan senyuman pada Fikry dan Fikry membalas senyuman gadis itu. Kemudian Fikry bertanya pada Tati siapa sebenarnya gadis itu.
“Kak, cewek yang pakai jilbab warna ungu tua itu siapa?”, tanya Fikry.
“Yang mana? Dari tadi kakak nggak lihat cewek pakai jilbab warna ungu”, kata Tati.
“Masa kakak nggak lihat sih, itu loh yang berdiri disamping kak Yani”, kata Fikry menjelaskan.
“Oh itu, namanya Fitrah. Dia orang sini juga, memangnya kenapa? Naksir ya?”, tanya Tati curiga.
“Kakak nih, curigaan banget sih jadi orang. Aku kan cuma ingin tahu siapa dia, lagian juga dia kan lebih tua dariku mana mungkin aku bisa naksir dia”, kata Fikry mengelak.
“Maaf, soalnya pertanyaan kamu tadi sangat mencurigakan. Lagi pula cinta kan tidak memandang umur, jadi nggak salah kalau kamu naksir dia. Tapi tidak mudah untuk mendapatkan dia, soalnya saingan kamu banyak sekali, termasuk sepupu kamu Haris”, kata Tati menjelaskan.
“Untuk sekarang ini sih aku belum punya rasa sama cewek itu. Nggak tahu kalau selanjutnya, takdir orang kan tuhan yang menentukan. Lagian juga untuk apa aku mengejar orang yang jauh kalau disini sudah ada kakak”, kata Fikry setengah menggoda.
“Udah deh Fik, jangan menggoda kakak terus, nanti kakak nggak bisa tidur karena kepikiran kata – kata kamu”, kata Tati.
Kemudian Tati pulang ke rumahnya, karena sudah sore.Tidak lama kemudian Davi, salah satu teman Fikry waktu SD datang menghampiri Fikry.
“Friend, kapan datang?”, tanya Davi. “Kemarin, ngomong – ngomong tumben disini ramai. Memangnya ada acara apa?”, tanya Fikry.
“Biasalah, kegiatan antar RT”, kata Davi menjelaskan.
“Kamu juga ikutan?”, tanya Fikry.
“Nggaklah, kamu kayak nggak tahu aku saja. Aku kan paling malas ikut kegiatan kayak gini”, kata Davi.
“Oh iya, aku di tawarin minum – minum sama teman. Tapi aku nggak ikut, apa kamu berminat? Kalau ya, aku bisa ngomong sama mereka”, kata Davi menawarkan.
“Aku nggak berminat ikut yang kayak gitu. Coba kalau ada lomba mata pelajaran baru aku semangat”, kata Fikry menolak.
“Ngomong – ngomong tumben kamu main kesini, memangnya ada masalah ya?”, tanya Davi.
“Nggak juga sih, aku lagi BT (bosan total) di rumah, makanya aku keluar jalan – jalan”, kata Fikry.
Kemudian pmbicaraan mereka berlanjut pada hal – hal seputar masalah anak muda di kampung itu. Tiba – tiba Fikry dan gadis cantik yang memaka jilbab tadi kembali berpandangan untuk beberapa saat. Kemudian Fikry memberikan senyum pada gadis itu, dan gadis itu membalas senyuman gadis itu. Fikry pun tersentak dari lamunannya saat Davi menepuk bahunya.
“Kamu nih, ngelamun saja, kalau kemasukan setan baru tahu rasa. Memangnya kamu lagi mikirin apa sih? Serius banget dari tadi, sampai – sampai kamu nggak dengar aku ngomong apa”, kata Davi.
“Maaf, aku nggak mikir apa – apa kok. Tadi aku cuma sedikit nggak konsen”, kata Fikry mencari alasan.
Kemudian Yani datang menghampiri mereka. Setelah itu mereka bertiga melangkah ke rumah Yani. Dan pembicaraan mereka sore itu berlanjut hingga menjelang maghrib di rumahnya Yani.
******
“Kak, kakak kenal nggak sama Fitrah?”, tanya Fikry pada Yani.
“Iya, kenal. Memangnya kenapa? Kamu naksir ya sama dia?”, selidik Yani.
“Kalau naksir atau nggak sih belum ada, tapi kalau sekedar suka iya”, kata Fikry.
“Oh gitu ya, kalau nggak salah kakak punya nomor handphonenya dia.Kamu mau nggak?”,kata Yani menawarkan.
“Sebenarnya sih tadi aku memang mau minta nomor handphone cewek itu sama kakak. Eh nggak tahunya ditawarin duluan”, kata Fikry.
Setelah mendapatkan nomor handphone gadis itu, Fikry mulai menjalankan aksinya. Pada sore harinya Fikry mengsms gadis itu,
“Hai cewek, boleh kenalan nggak?”
Kemudian setelah beberapa saat, datang sms balasan dari Fitrah,
“Boleh, namaku Fitrah. Nama kamu siapa?”
Setelah mengetahui nama masing – masing, mereka pun semakin akrab. Dan mulai berteman baik.
“Gimana Fik, sukses nggak?”, tanya Yani tiba – tiba ketika mereka bertemu.
“Sukses dong, terimakasih ya kak. Tapi untuk sementara tolong kakak jangan kasih tahu siapa – siapa dulu ya”, kata Fikry.
“Iya, tenang saja. Rahasia kamu aman kok sama kakak”, kata Yani meyakinkan Fikry.
Pada suatu hari, Fikry mengajak Fitrah jalan – jalan. Tentunya secara sembunyi – sembunyi.Kemudian mengsms Fitrah,
Hai Fit, hari ini kamu ada acara nggak?”
Kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Nggak ada kok. Memangnya kenapa?”
Kemudian Fikry membalas sms tersebut,
“Aku mau ngajak kamu jalan. Bisa nggak?”
Sesaat kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Bisa”,
Kemudian di tempat yang sudah ditentukan, Fikry menunggu Fitrah. Setelah beberapa saat orang yang di tunggu akhirnya datang juga. Karena mereka baru pertama kali bertemu, mereka masih sangat canggung untuk bertegur sapa. Kemudian untuk mencairkan suasana, Fikry pun memulai pembicaraan.
“Hey, memangnya nggak ada yang marah apa kalau kamu jalan sama aku?”, tanya Fikry.
“Nggak ada kok, tadi aku sudah izin sama orangtuaku. Mereka bilang kalau mau mengajak aku jalan, kamu harus menjemputku di rumah”, kata Fitrah.
“Iya deh maaf, lain kali aku akan langsung ke rumah kamu”, kata Fikry.
“Oh iya, sebelumnya maaf kalau nanti ada tindakanku yang aneh. Soalnya aku baru kali ini jalan sama cowok”, kata Fitrah.
“Iya aku juga. Ini pertama kalinya aku jalan sama cewek yang umurnya lebih tua dariku”, kata Fikry.
“Ngomong – ngomong kali ini kita kemana?”, tanya Fitrah.
“Kamu maunya kemana?”, Fikry balik bertanya.
“Kenapa tanya aku? Kan kamu yang mengajak, jadi terserah kamu dong.Aku akan ikut kemana pun kamu mengajakku”, kata Fitrah mulai menggoda.
“Sudah berani ya, menggoda brondong”, kata Fikry.
Mendengar perkataan Fikry, Fitrah pun merah mukanya karena malu, kemudian ia hanya tersenyum.
”Ayo cepat naik”, lanjut Fikry.
Kemudian mereka pun jalan – jalan. Tapi ditengah jalan mereka bertemu dengan Nur, sepupunya Yani. Tapi Fikry hanya tersenyum padanya dan melanjutkan perjalanannya. Jalan – jalan mereka sore berlanjut ke pantai dan mereka pulang sebelum maghrib. Dan jalan – jalan mereka kali ini sangat berkesan karena baru pertama kalinya. Mereka berdua pun segera memikirkan kata – kata yang akan mereka ucapkan pada teman – teman mereka masing – masing.
******
Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah satu minggu sejak perkenalan itu terjadi. Hubungan pertemanan Fikry dan Fitrah semakin akrab. Sementara itu, orang – orang semakin ramai membicarakan mereka. Layaknya suatu opini publik, pro dan kontra sering terjadi. Tapi mereka berusaha untuk cuek dengan semua itu.
Sejak berteman dengan Fitrah, Fikry semakin rajin mendapatkan pertanyaan – pertanyaan aneh bahkan sinis dari orang – orang terdekatnya. Tapi bukan Fikry namanya jika tidak bisa menepis semua masalah tersebut.
“Fit, kamu udah punya pacar atau belum?”, tanya Fikry tiba – tiba saat dia duduk dengan Fitrah.
“Memangnya kenapa?”, Fitrah balik bertanya.
“Nggak ada apa – apa sih, aku hanya ingin tahu aja”, jawab Fikry.
Mendengar pertanyaan Fikry tadi, Fitrah merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam diri Fikry. Tapi dia tidak tahu apa itu. Kemudian ia berusaha untuk jujur dan menjawab,
“Kalau untuk sekarang sih memang sudah ada”, jawab Fitrah.
Mendengar jawaban Fitrah, Fikry seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari dalam dirinya. Kemudian Fikry terdiam, ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya pun terdiam membisu. Beberapa saat kemudian Fitrah memulai pembicaraan.
“Fik, kamu suka musik nggak?”, tanya Fitrah. Mendengar pertanyaan Fitrah, Fikry pun tersentak dalam lamunannya.
“Iya, aku suka musik. Ngomong – ngomong kamu suka lagu apa?”, tanya Fikry pada Fitrah.
“Aku suka lagu Disini Untukmu”, kata Fitrah.
“Kamu ngefans sama grup band UNGU ya?” tanya Fikry.
“Iya. Kalau kamu sukanya lagu apa?”, tanya Fitrah.
“Aku suka lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu”, jawab Fikry berbohong. Dia menjawab sesuai dengan suasana hatinya.
“Kamu lagi patah hati ya?”, tanya Fitrah tiba – tiba.
“Nggak kok, aku fun – fun aja”, jawab Fikry spontan.
“Terus, kenapa kamu suka lagu itu?”, selidik Fitrah.
“Aku juga nggak tahu kenapa aku suka lagu itu. Mungkin karena lagu itu bagus”, jawab Fikry.
“Oh, aku pikir kamu suka lagu itu karena kamu lagi patah hati”, kata Fitrah.
“Nggak kok tenang aja. Aku baik – baik saja”, kata Fikry berbohong. Padahal jauh di lubuk hatinya batinnya menangis menahan perih.
******
cerpen
Cerita Tersembunyi
Oleh : Addin Fikry Nurullah
Sore yang cerah, matahari bersinar lembut, Fikry melangkah perlahan menuju halaman rumah dan segera membuka gerbang. Sesaat kemudian dia mengeluarkan motornya ke jalan raya. Perlahan tapi pasti dia mulai bergerak menjauh meninggalkan rumahnya. Sore itu Fikry akan pergi ke rumah temannya Yani, atau lebih tepat disebut kakak olehnya karena umur Yani terpaut 3 tahun lebih tua dari pada Fikry. Ketika memasuki persimpangan jalan menuju rumah Yani, Fikry berhenti sejenak di depan balai desa karena disana ada pertandingan Volly antar RT di kampung itu. Kemudian ia mencari Yani disana karena yang ia tahu Yani suka sekali menonton pertandingan Volly. Kemudian Fikry melihat Yani sedang berbincang dengan teman – temannya, Fikry pun urung menemui Yani karena ia merasa canggung dengan teman – teman Yani. Kemudian seorang gadis melangkah ke arahnya,
“Fikry, kapan datang? Kamu sudah besar ya sekarang”, kata Tati. Fikry yang dari tadi melamun pun tersentak kaget dan menjawab,
“Kemarin, kak”, jawab Fikry. “Kakak juga makin cantik, gimana sekolahnya? Sudah ada pengumuman lulus atau belum?”, lanjut Fikry.
“Kamu nih bisa saja kalau memuji, belum ada pengumuman. Bisa nggak kamu tanya sama papa kamu sudah ada pengumuman atau belum. Papa kamu kan kepala sekolah jadi dia tahu tentang masalah itu”, kata Tati.
“Iya deh, nanti aku tanya sama papa”, kata Fikry.
Kemudian tanpa disengaja Fikry memperhatikan seorang gadis yang sedang berdiri di dekat Yani, gadis itu memakai jilbab dengan baju berlengan panjang, tingginya hampir sama dengan Tati. Setelah itu, Fikry dan gadis itu saling melirik satu sama lain, dan gadis itu pun hanya memberikan senyuman pada Fikry dan Fikry membalas senyuman gadis itu. Kemudian Fikry bertanya pada Tati siapa sebenarnya gadis itu.
“Kak, cewek yang pakai jilbab warna ungu tua itu siapa?”, tanya Fikry.
“Yang mana? Dari tadi kakak nggak lihat cewek pakai jilbab warna ungu”, kata Tati.
“Masa kakak nggak lihat sih, itu loh yang berdiri disamping kak Yani”, kata Fikry menjelaskan.
“Oh itu, namanya Fitrah. Dia orang sini juga, memangnya kenapa? Naksir ya?”, tanya Tati curiga.
“Kakak nih, curigaan banget sih jadi orang. Aku kan cuma ingin tahu siapa dia, lagian juga dia kan lebih tua dariku mana mungkin aku bisa naksir dia”, kata Fikry mengelak.
“Maaf, soalnya pertanyaan kamu tadi sangat mencurigakan. Lagi pula cinta kan tidak memandang umur, jadi nggak salah kalau kamu naksir dia. Tapi tidak mudah untuk mendapatkan dia, soalnya saingan kamu banyak sekali, termasuk sepupu kamu Haris”, kata Tati menjelaskan.
“Untuk sekarang ini sih aku belum punya rasa sama cewek itu. Nggak tahu kalau selanjutnya, takdir orang kan tuhan yang menentukan. Lagian juga untuk apa aku mengejar orang yang jauh kalau disini sudah ada kakak”, kata Fikry setengah menggoda.
“Udah deh Fik, jangan menggoda kakak terus, nanti kakak nggak bisa tidur karena kepikiran kata – kata kamu”, kata Tati.
Kemudian Tati pulang ke rumahnya, karena sudah sore.Tidak lama kemudian Davi, salah satu teman Fikry waktu SD datang menghampiri Fikry.
“Friend, kapan datang?”, tanya Davi. “Kemarin, ngomong – ngomong tumben disini ramai. Memangnya ada acara apa?”, tanya Fikry.
“Biasalah, kegiatan antar RT”, kata Davi menjelaskan.
“Kamu juga ikutan?”, tanya Fikry.
“Nggaklah, kamu kayak nggak tahu aku saja. Aku kan paling malas ikut kegiatan kayak gini”, kata Davi.
“Oh iya, aku di tawarin minum – minum sama teman. Tapi aku nggak ikut, apa kamu berminat? Kalau ya, aku bisa ngomong sama mereka”, kata Davi menawarkan.
“Aku nggak berminat ikut yang kayak gitu. Coba kalau ada lomba mata pelajaran baru aku semangat”, kata Fikry menolak.
“Ngomong – ngomong tumben kamu main kesini, memangnya ada masalah ya?”, tanya Davi.
“Nggak juga sih, aku lagi BT (bosan total) di rumah, makanya aku keluar jalan – jalan”, kata Fikry.
Kemudian pmbicaraan mereka berlanjut pada hal – hal seputar masalah anak muda di kampung itu. Tiba – tiba Fikry dan gadis cantik yang memaka jilbab tadi kembali berpandangan untuk beberapa saat. Kemudian Fikry memberikan senyum pada gadis itu, dan gadis itu membalas senyuman gadis itu. Fikry pun tersentak dari lamunannya saat Davi menepuk bahunya.
“Kamu nih, ngelamun saja, kalau kemasukan setan baru tahu rasa. Memangnya kamu lagi mikirin apa sih? Serius banget dari tadi, sampai – sampai kamu nggak dengar aku ngomong apa”, kata Davi.
“Maaf, aku nggak mikir apa – apa kok. Tadi aku cuma sedikit nggak konsen”, kata Fikry mencari alasan.
Kemudian Yani datang menghampiri mereka. Setelah itu mereka bertiga melangkah ke rumah Yani. Dan pembicaraan mereka sore itu berlanjut hingga menjelang maghrib di rumahnya Yani.
******
“Kak, kakak kenal nggak sama Fitrah?”, tanya Fikry pada Yani.
“Iya, kenal. Memangnya kenapa? Kamu naksir ya sama dia?”, selidik Yani.
“Kalau naksir atau nggak sih belum ada, tapi kalau sekedar suka iya”, kata Fikry.
“Oh gitu ya, kalau nggak salah kakak punya nomor handphonenya dia.Kamu mau nggak?”,kata Yani menawarkan.
“Sebenarnya sih tadi aku memang mau minta nomor handphone cewek itu sama kakak. Eh nggak tahunya ditawarin duluan”, kata Fikry.
Setelah mendapatkan nomor handphone gadis itu, Fikry mulai menjalankan aksinya. Pada sore harinya Fikry mengsms gadis itu,
“Hai cewek, boleh kenalan nggak?”
Kemudian setelah beberapa saat, datang sms balasan dari Fitrah,
“Boleh, namaku Fitrah. Nama kamu siapa?”
Setelah mengetahui nama masing – masing, mereka pun semakin akrab. Dan mulai berteman baik.
“Gimana Fik, sukses nggak?”, tanya Yani tiba – tiba ketika mereka bertemu.
“Sukses dong, terimakasih ya kak. Tapi untuk sementara tolong kakak jangan kasih tahu siapa – siapa dulu ya”, kata Fikry.
“Iya, tenang saja. Rahasia kamu aman kok sama kakak”, kata Yani meyakinkan Fikry.
Pada suatu hari, Fikry mengajak Fitrah jalan – jalan. Tentunya secara sembunyi – sembunyi.Kemudian mengsms Fitrah,
Hai Fit, hari ini kamu ada acara nggak?”
Kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Nggak ada kok. Memangnya kenapa?”
Kemudian Fikry membalas sms tersebut,
“Aku mau ngajak kamu jalan. Bisa nggak?”
Sesaat kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Bisa”,
Kemudian di tempat yang sudah ditentukan, Fikry menunggu Fitrah. Setelah beberapa saat orang yang di tunggu akhirnya datang juga. Karena mereka baru pertama kali bertemu, mereka masih sangat canggung untuk bertegur sapa. Kemudian untuk mencairkan suasana, Fikry pun memulai pembicaraan.
“Hey, memangnya nggak ada yang marah apa kalau kamu jalan sama aku?”, tanya Fikry.
“Nggak ada kok, tadi aku sudah izin sama orangtuaku. Mereka bilang kalau mau mengajak aku jalan, kamu harus menjemputku di rumah”, kata Fitrah.
“Iya deh maaf, lain kali aku akan langsung ke rumah kamu”, kata Fikry.
“Oh iya, sebelumnya maaf kalau nanti ada tindakanku yang aneh. Soalnya aku baru kali ini jalan sama cowok”, kata Fitrah.
“Iya aku juga. Ini pertama kalinya aku jalan sama cewek yang umurnya lebih tua dariku”, kata Fikry.
“Ngomong – ngomong kali ini kita kemana?”, tanya Fitrah.
“Kamu maunya kemana?”, Fikry balik bertanya.
“Kenapa tanya aku? Kan kamu yang mengajak, jadi terserah kamu dong.Aku akan ikut kemana pun kamu mengajakku”, kata Fitrah mulai menggoda.
“Sudah berani ya, menggoda brondong”, kata Fikry.
Mendengar perkataan Fikry, Fitrah pun merah mukanya karena malu, kemudian ia hanya tersenyum.
”Ayo cepat naik”, lanjut Fikry.
Kemudian mereka pun jalan – jalan. Tapi ditengah jalan mereka bertemu dengan Nur, sepupunya Yani. Tapi Fikry hanya tersenyum padanya dan melanjutkan perjalanannya. Jalan – jalan mereka sore berlanjut ke pantai dan mereka pulang sebelum maghrib. Dan jalan – jalan mereka kali ini sangat berkesan karena baru pertama kalinya. Mereka berdua pun segera memikirkan kata – kata yang akan mereka ucapkan pada teman – teman mereka masing – masing.
******
Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah satu minggu sejak perkenalan itu terjadi. Hubungan pertemanan Fikry dan Fitrah semakin akrab. Sementara itu, orang – orang semakin ramai membicarakan mereka. Layaknya suatu opini publik, pro dan kontra sering terjadi. Tapi mereka berusaha untuk cuek dengan semua itu.
Sejak berteman dengan Fitrah, Fikry semakin rajin mendapatkan pertanyaan – pertanyaan aneh bahkan sinis dari orang – orang terdekatnya. Tapi bukan Fikry namanya jika tidak bisa menepis semua masalah tersebut.
“Fit, kamu udah punya pacar atau belum?”, tanya Fikry tiba – tiba saat dia duduk dengan Fitrah.
“Memangnya kenapa?”, Fitrah balik bertanya.
“Nggak ada apa – apa sih, aku hanya ingin tahu aja”, jawab Fikry.
Mendengar pertanyaan Fikry tadi, Fitrah merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam diri Fikry. Tapi dia tidak tahu apa itu. Kemudian ia berusaha untuk jujur dan menjawab,
“Kalau untuk sekarang sih memang sudah ada”, jawab Fitrah.
Mendengar jawaban Fitrah, Fikry seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari dalam dirinya. Kemudian Fikry terdiam, ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya pun terdiam membisu. Beberapa saat kemudian Fitrah memulai pembicaraan.
“Fik, kamu suka musik nggak?”, tanya Fitrah. Mendengar pertanyaan Fitrah, Fikry pun tersentak dalam lamunannya.
“Iya, aku suka musik. Ngomong – ngomong kamu suka lagu apa?”, tanya Fikry pada Fitrah.
“Aku suka lagu Disini Untukmu”, kata Fitrah.
“Kamu ngefans sama grup band UNGU ya?” tanya Fikry.
“Iya. Kalau kamu sukanya lagu apa?”, tanya Fitrah.
“Aku suka lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu”, jawab Fikry berbohong. Dia menjawab sesuai dengan suasana hatinya.
“Kamu lagi patah hati ya?”, tanya Fitrah tiba – tiba.
“Nggak kok, aku fun – fun aja”, jawab Fikry spontan.
“Terus, kenapa kamu suka lagu itu?”, selidik Fitrah.
“Aku juga nggak tahu kenapa aku suka lagu itu. Mungkin karena lagu itu bagus”, jawab Fikry.
“Oh, aku pikir kamu suka lagu itu karena kamu lagi patah hati”, kata Fitrah.
“Nggak kok tenang aja. Aku baik – baik saja”, kata Fikry berbohong. Padahal jauh di lubuk hatinya batinnya menangis menahan perih.
******
Oleh : Addin Fikry Nurullah
Sore yang cerah, matahari bersinar lembut, Fikry melangkah perlahan menuju halaman rumah dan segera membuka gerbang. Sesaat kemudian dia mengeluarkan motornya ke jalan raya. Perlahan tapi pasti dia mulai bergerak menjauh meninggalkan rumahnya. Sore itu Fikry akan pergi ke rumah temannya Yani, atau lebih tepat disebut kakak olehnya karena umur Yani terpaut 3 tahun lebih tua dari pada Fikry. Ketika memasuki persimpangan jalan menuju rumah Yani, Fikry berhenti sejenak di depan balai desa karena disana ada pertandingan Volly antar RT di kampung itu. Kemudian ia mencari Yani disana karena yang ia tahu Yani suka sekali menonton pertandingan Volly. Kemudian Fikry melihat Yani sedang berbincang dengan teman – temannya, Fikry pun urung menemui Yani karena ia merasa canggung dengan teman – teman Yani. Kemudian seorang gadis melangkah ke arahnya,
“Fikry, kapan datang? Kamu sudah besar ya sekarang”, kata Tati. Fikry yang dari tadi melamun pun tersentak kaget dan menjawab,
“Kemarin, kak”, jawab Fikry. “Kakak juga makin cantik, gimana sekolahnya? Sudah ada pengumuman lulus atau belum?”, lanjut Fikry.
“Kamu nih bisa saja kalau memuji, belum ada pengumuman. Bisa nggak kamu tanya sama papa kamu sudah ada pengumuman atau belum. Papa kamu kan kepala sekolah jadi dia tahu tentang masalah itu”, kata Tati.
“Iya deh, nanti aku tanya sama papa”, kata Fikry.
Kemudian tanpa disengaja Fikry memperhatikan seorang gadis yang sedang berdiri di dekat Yani, gadis itu memakai jilbab dengan baju berlengan panjang, tingginya hampir sama dengan Tati. Setelah itu, Fikry dan gadis itu saling melirik satu sama lain, dan gadis itu pun hanya memberikan senyuman pada Fikry dan Fikry membalas senyuman gadis itu. Kemudian Fikry bertanya pada Tati siapa sebenarnya gadis itu.
“Kak, cewek yang pakai jilbab warna ungu tua itu siapa?”, tanya Fikry.
“Yang mana? Dari tadi kakak nggak lihat cewek pakai jilbab warna ungu”, kata Tati.
“Masa kakak nggak lihat sih, itu loh yang berdiri disamping kak Yani”, kata Fikry menjelaskan.
“Oh itu, namanya Fitrah. Dia orang sini juga, memangnya kenapa? Naksir ya?”, tanya Tati curiga.
“Kakak nih, curigaan banget sih jadi orang. Aku kan cuma ingin tahu siapa dia, lagian juga dia kan lebih tua dariku mana mungkin aku bisa naksir dia”, kata Fikry mengelak.
“Maaf, soalnya pertanyaan kamu tadi sangat mencurigakan. Lagi pula cinta kan tidak memandang umur, jadi nggak salah kalau kamu naksir dia. Tapi tidak mudah untuk mendapatkan dia, soalnya saingan kamu banyak sekali, termasuk sepupu kamu Haris”, kata Tati menjelaskan.
“Untuk sekarang ini sih aku belum punya rasa sama cewek itu. Nggak tahu kalau selanjutnya, takdir orang kan tuhan yang menentukan. Lagian juga untuk apa aku mengejar orang yang jauh kalau disini sudah ada kakak”, kata Fikry setengah menggoda.
“Udah deh Fik, jangan menggoda kakak terus, nanti kakak nggak bisa tidur karena kepikiran kata – kata kamu”, kata Tati.
Kemudian Tati pulang ke rumahnya, karena sudah sore.Tidak lama kemudian Davi, salah satu teman Fikry waktu SD datang menghampiri Fikry.
“Friend, kapan datang?”, tanya Davi. “Kemarin, ngomong – ngomong tumben disini ramai. Memangnya ada acara apa?”, tanya Fikry.
“Biasalah, kegiatan antar RT”, kata Davi menjelaskan.
“Kamu juga ikutan?”, tanya Fikry.
“Nggaklah, kamu kayak nggak tahu aku saja. Aku kan paling malas ikut kegiatan kayak gini”, kata Davi.
“Oh iya, aku di tawarin minum – minum sama teman. Tapi aku nggak ikut, apa kamu berminat? Kalau ya, aku bisa ngomong sama mereka”, kata Davi menawarkan.
“Aku nggak berminat ikut yang kayak gitu. Coba kalau ada lomba mata pelajaran baru aku semangat”, kata Fikry menolak.
“Ngomong – ngomong tumben kamu main kesini, memangnya ada masalah ya?”, tanya Davi.
“Nggak juga sih, aku lagi BT (bosan total) di rumah, makanya aku keluar jalan – jalan”, kata Fikry.
Kemudian pmbicaraan mereka berlanjut pada hal – hal seputar masalah anak muda di kampung itu. Tiba – tiba Fikry dan gadis cantik yang memaka jilbab tadi kembali berpandangan untuk beberapa saat. Kemudian Fikry memberikan senyum pada gadis itu, dan gadis itu membalas senyuman gadis itu. Fikry pun tersentak dari lamunannya saat Davi menepuk bahunya.
“Kamu nih, ngelamun saja, kalau kemasukan setan baru tahu rasa. Memangnya kamu lagi mikirin apa sih? Serius banget dari tadi, sampai – sampai kamu nggak dengar aku ngomong apa”, kata Davi.
“Maaf, aku nggak mikir apa – apa kok. Tadi aku cuma sedikit nggak konsen”, kata Fikry mencari alasan.
Kemudian Yani datang menghampiri mereka. Setelah itu mereka bertiga melangkah ke rumah Yani. Dan pembicaraan mereka sore itu berlanjut hingga menjelang maghrib di rumahnya Yani.
******
“Kak, kakak kenal nggak sama Fitrah?”, tanya Fikry pada Yani.
“Iya, kenal. Memangnya kenapa? Kamu naksir ya sama dia?”, selidik Yani.
“Kalau naksir atau nggak sih belum ada, tapi kalau sekedar suka iya”, kata Fikry.
“Oh gitu ya, kalau nggak salah kakak punya nomor handphonenya dia.Kamu mau nggak?”,kata Yani menawarkan.
“Sebenarnya sih tadi aku memang mau minta nomor handphone cewek itu sama kakak. Eh nggak tahunya ditawarin duluan”, kata Fikry.
Setelah mendapatkan nomor handphone gadis itu, Fikry mulai menjalankan aksinya. Pada sore harinya Fikry mengsms gadis itu,
“Hai cewek, boleh kenalan nggak?”
Kemudian setelah beberapa saat, datang sms balasan dari Fitrah,
“Boleh, namaku Fitrah. Nama kamu siapa?”
Setelah mengetahui nama masing – masing, mereka pun semakin akrab. Dan mulai berteman baik.
“Gimana Fik, sukses nggak?”, tanya Yani tiba – tiba ketika mereka bertemu.
“Sukses dong, terimakasih ya kak. Tapi untuk sementara tolong kakak jangan kasih tahu siapa – siapa dulu ya”, kata Fikry.
“Iya, tenang saja. Rahasia kamu aman kok sama kakak”, kata Yani meyakinkan Fikry.
Pada suatu hari, Fikry mengajak Fitrah jalan – jalan. Tentunya secara sembunyi – sembunyi.Kemudian mengsms Fitrah,
Hai Fit, hari ini kamu ada acara nggak?”
Kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Nggak ada kok. Memangnya kenapa?”
Kemudian Fikry membalas sms tersebut,
“Aku mau ngajak kamu jalan. Bisa nggak?”
Sesaat kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Bisa”,
Kemudian di tempat yang sudah ditentukan, Fikry menunggu Fitrah. Setelah beberapa saat orang yang di tunggu akhirnya datang juga. Karena mereka baru pertama kali bertemu, mereka masih sangat canggung untuk bertegur sapa. Kemudian untuk mencairkan suasana, Fikry pun memulai pembicaraan.
“Hey, memangnya nggak ada yang marah apa kalau kamu jalan sama aku?”, tanya Fikry.
“Nggak ada kok, tadi aku sudah izin sama orangtuaku. Mereka bilang kalau mau mengajak aku jalan, kamu harus menjemputku di rumah”, kata Fitrah.
“Iya deh maaf, lain kali aku akan langsung ke rumah kamu”, kata Fikry.
“Oh iya, sebelumnya maaf kalau nanti ada tindakanku yang aneh. Soalnya aku baru kali ini jalan sama cowok”, kata Fitrah.
“Iya aku juga. Ini pertama kalinya aku jalan sama cewek yang umurnya lebih tua dariku”, kata Fikry.
“Ngomong – ngomong kali ini kita kemana?”, tanya Fitrah.
“Kamu maunya kemana?”, Fikry balik bertanya.
“Kenapa tanya aku? Kan kamu yang mengajak, jadi terserah kamu dong.Aku akan ikut kemana pun kamu mengajakku”, kata Fitrah mulai menggoda.
“Sudah berani ya, menggoda brondong”, kata Fikry.
Mendengar perkataan Fikry, Fitrah pun merah mukanya karena malu, kemudian ia hanya tersenyum.
”Ayo cepat naik”, lanjut Fikry.
Kemudian mereka pun jalan – jalan. Tapi ditengah jalan mereka bertemu dengan Nur, sepupunya Yani. Tapi Fikry hanya tersenyum padanya dan melanjutkan perjalanannya. Jalan – jalan mereka sore berlanjut ke pantai dan mereka pulang sebelum maghrib. Dan jalan – jalan mereka kali ini sangat berkesan karena baru pertama kalinya. Mereka berdua pun segera memikirkan kata – kata yang akan mereka ucapkan pada teman – teman mereka masing – masing.
******
Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah satu minggu sejak perkenalan itu terjadi. Hubungan pertemanan Fikry dan Fitrah semakin akrab. Sementara itu, orang – orang semakin ramai membicarakan mereka. Layaknya suatu opini publik, pro dan kontra sering terjadi. Tapi mereka berusaha untuk cuek dengan semua itu.
Sejak berteman dengan Fitrah, Fikry semakin rajin mendapatkan pertanyaan – pertanyaan aneh bahkan sinis dari orang – orang terdekatnya. Tapi bukan Fikry namanya jika tidak bisa menepis semua masalah tersebut.
“Fit, kamu udah punya pacar atau belum?”, tanya Fikry tiba – tiba saat dia duduk dengan Fitrah.
“Memangnya kenapa?”, Fitrah balik bertanya.
“Nggak ada apa – apa sih, aku hanya ingin tahu aja”, jawab Fikry.
Mendengar pertanyaan Fikry tadi, Fitrah merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam diri Fikry. Tapi dia tidak tahu apa itu. Kemudian ia berusaha untuk jujur dan menjawab,
“Kalau untuk sekarang sih memang sudah ada”, jawab Fitrah.
Mendengar jawaban Fitrah, Fikry seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari dalam dirinya. Kemudian Fikry terdiam, ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya pun terdiam membisu. Beberapa saat kemudian Fitrah memulai pembicaraan.
“Fik, kamu suka musik nggak?”, tanya Fitrah. Mendengar pertanyaan Fitrah, Fikry pun tersentak dalam lamunannya.
“Iya, aku suka musik. Ngomong – ngomong kamu suka lagu apa?”, tanya Fikry pada Fitrah.
“Aku suka lagu Disini Untukmu”, kata Fitrah.
“Kamu ngefans sama grup band UNGU ya?” tanya Fikry.
“Iya. Kalau kamu sukanya lagu apa?”, tanya Fitrah.
“Aku suka lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu”, jawab Fikry berbohong. Dia menjawab sesuai dengan suasana hatinya.
“Kamu lagi patah hati ya?”, tanya Fitrah tiba – tiba.
“Nggak kok, aku fun – fun aja”, jawab Fikry spontan.
“Terus, kenapa kamu suka lagu itu?”, selidik Fitrah.
“Aku juga nggak tahu kenapa aku suka lagu itu. Mungkin karena lagu itu bagus”, jawab Fikry.
“Oh, aku pikir kamu suka lagu itu karena kamu lagi patah hati”, kata Fitrah.
“Nggak kok tenang aja. Aku baik – baik saja”, kata Fikry berbohong. Padahal jauh di lubuk hatinya batinnya menangis menahan perih.
******
cerpen
Menanti Sebuah Jawaban
Oleh : Addin Fikry Nurullah
Udara dingin menghinggapi kulit Andra. Ia pun melangkah ke bangku di depan kelasnya. Pagi itu belum terlalu ramai, hanya beberapa siswa yang lalu - lalang di depannya.
“Hey, Andra!.. “, panggil Syam tiba – tiba. “Kamu nih, ngagetin aja”, kata Andra pada Syam yang baru datang. “Bukannya gitu, kamu aku panggil dari tadi nggak dengar – dengar, ya… terpaksa aku kagetin kamu. Kamu juga sih pagi – pagi udah ngelamun. Hati – hati, nanti kamu kesambet setan”, kata Syam panjang lebar.
“Iya deh, lain kali aku pasti dengar panggilan kamu. Tadi tuh pikiranku lagi nggak konsen. Ngomong – ngomong cepat sana piket. Hari ini kan gilran kamu”, kata Andra.
“Oke bos, siap laksanakan tugas”, jawab Syam sambil memasuki ruang kelas. Andra kembali terdiam memperhatikan siswa – siswa sekolahnya yang mulai berdatangan. Ia pun memperhatikan mereka satu per satu. Tiba – tiba matanya menangkap tatapan hangat dari seorang gadis yang berjalan di depannya. Mata mereka pun saling menatap, untuk beberapa saat, kemudian gadis itu tersenyum padanya, dan Andra pun membalas senyuman gadis itu. Manis sekali.
“Hey…, pagi – pagi udah ngelamun”, kata Abit mengagetkan Andra. “Kamu nih dasar syirik, nggak bisa lihat orang senang”, kata Andra. “Bukannya gitu teman, soalnya beberapa hari ini aku lihat kamu sering ngelamun. Apa kamu beneran suka sama dia?”, tanya Abit.
“Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti”, kata Andra pura – pura tidak tahu. “Kamu jangan berlagak bodoh. Kamu pikir aku tidak tahu ya kalau kamu suka sama Devi”, kata Abit membuka rahasia Andra.
“Oh jadi kamu sudah tahu ya? Devi…, nama yang bagus”, kata Andra setengah memuji. “Aku bisa bantuin kamu untuk kenalan sama dia. Dia orangnya nggak terlalu pemilih, dan yang pasti orangnya baik”, kata Abit memberikan informasi.
“Ngomong – ngomong dari mana kamu tahu semua tentang gadis ini?”, tanya Andra yang masih bingung.
“Waktu kelas tiga SMP aku satu kelas dengannya, jadi aku tahu semua tentang dia”, kata Abit menjelaskan.
“Terimakasih ya Abit. Tolong jangan kasih tahu siapa – siapa kalau aku suka sama Devi”, kata Andra. “Iya, tenang aja rahasia kamu aman padaku”, kata Abit.
***********
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua siswa SMU teladan berhamburan keluar kelas. Terlihat dua cowok keren melangkah ke gerbang sekolah. Keduanya tampak gelisah menunggu seseorang. Tapi tidak lama kemudian orang yang mereka tunggu datang juga.
“Devi sini dulu, ada yang mau kenalan sama kamu”, panggil Abit pada Devi. Devi sangat terkejut dengan panggilan Abit, kemudian ia melangkah ke tempat dua cowok itu berdiri dengan hati yang berdebar. Devi juga tidak tahu kenapa saat perkenalan kali ini ada yang lain dari dirinya. Kemudan Andra dan Devi berkenalan.
“Namaku Andra, nama kamu siapa?”, tanya Andra. “Namaku Devi, kamu tinggal dimana?”, tanya Devi pada Andra.
“Aku tinggal di jalan pejanggik no. 12. Kalau kamu tinggal dimana?”, tanya Andra. “Aku tinggal di jalan mawar no. 19”, jawab Devi. Abit yang sudah punya rencana langsung memotong pembicaraa antara Devi dan Andra.
“Wah… berarti rumah kalian searah dong. Devi kamu pulangnya diantar sama Andra aja ya”, kata Abit memberi usul. Mendengar kata – kata Abit, Andra lalu menatap Abit dengan tatapan nanar, dan pura – pura marah. Tapi jauh di hatinya dia sangat senang dan berharap. Devi sebenarnya sangat senang mendengar usul Abit, tapi dia tidak terlalu menunjukkannya, di hanya tersenyum pada Andra.Lalu Devi menjawab,
“Iya deh, tapi nanti kita mampir di toko buku dulu ya. Nggak apa – apa kan Andra?”, kata Devi dengan mata memohon. “Iya deh nggak apa – apa, aku juga mau cari buku Fisika”, kata Andra.
Keduanya pun pergi ke toko buku. Setelah di toko buku, keduanya pun makan siang. Dan perjalanan mereka berlanjut ke pantai. Tiba – tiba Andra menggenggam jemari Devi, dan Devi pun hanya tersenyum dan langsug memeluk Andra. Keduanya pun seperti terbius untuk beberapa saat. Kemudian Andra berkata,
“Devi, aku ingin sekali terus bersama kamu. Hanya kamu dan aku. Kamu mau nggak menjadi pacarku?”, kata Andra berharap.
“Kamu pikir pelukanku ini artinya apa? Aku sangat mencintaimu, dan aku ingin hatimu hanya untukku, dan aku akan selalu untukmu”, balas Devi.
Kemudian Andra mempererat dekapannya pada Devi, kemudian mengecup lembut bibir Devi. Devi pun tak mau kalah, tangannya pun melingkari leher Andra. Keduanya pun makin terhanyut dalam keadaan. Apalagi Devi sepertinya memberi lampu hijau pada Andra unuk melakukan itu, kemudian Devi membuka bajunya. Andra kemudian memegang dada Devi. Tapi Andra pun sadar kalau tindakannya sudah terlalu jauh. Ia pun mendorong Devi dan berkata,
“Dev, belum saatnya kita melakukan itu. Perjalanan kita masih panjang. Aku tidak bisa mengambil sesuatu yang bukan milikku”, kata Andra menjelaskan pada Devi.
“Terimakasih, karena kamu sudah mengingatkanku dan membantu aku menjaga kehormatanku. Sekarang aku semakin yakin kamulah orang yang aku cari selama ini”, kata Devi.
Kemudian Andra mengantar Devi ke rumahnya. Sebelum pulang, Andra mencium kening Devi. Dan hari – hari berikutnya menjadi semakin indah karena mereka telah saling memiliki dan saling mengingatkan. Andra dan Devi pun berjanji akan teus bersama hingga akhir waktu.
*USAF*
Oleh : Addin Fikry Nurullah
Udara dingin menghinggapi kulit Andra. Ia pun melangkah ke bangku di depan kelasnya. Pagi itu belum terlalu ramai, hanya beberapa siswa yang lalu - lalang di depannya.
“Hey, Andra!.. “, panggil Syam tiba – tiba. “Kamu nih, ngagetin aja”, kata Andra pada Syam yang baru datang. “Bukannya gitu, kamu aku panggil dari tadi nggak dengar – dengar, ya… terpaksa aku kagetin kamu. Kamu juga sih pagi – pagi udah ngelamun. Hati – hati, nanti kamu kesambet setan”, kata Syam panjang lebar.
“Iya deh, lain kali aku pasti dengar panggilan kamu. Tadi tuh pikiranku lagi nggak konsen. Ngomong – ngomong cepat sana piket. Hari ini kan gilran kamu”, kata Andra.
“Oke bos, siap laksanakan tugas”, jawab Syam sambil memasuki ruang kelas. Andra kembali terdiam memperhatikan siswa – siswa sekolahnya yang mulai berdatangan. Ia pun memperhatikan mereka satu per satu. Tiba – tiba matanya menangkap tatapan hangat dari seorang gadis yang berjalan di depannya. Mata mereka pun saling menatap, untuk beberapa saat, kemudian gadis itu tersenyum padanya, dan Andra pun membalas senyuman gadis itu. Manis sekali.
“Hey…, pagi – pagi udah ngelamun”, kata Abit mengagetkan Andra. “Kamu nih dasar syirik, nggak bisa lihat orang senang”, kata Andra. “Bukannya gitu teman, soalnya beberapa hari ini aku lihat kamu sering ngelamun. Apa kamu beneran suka sama dia?”, tanya Abit.
“Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti”, kata Andra pura – pura tidak tahu. “Kamu jangan berlagak bodoh. Kamu pikir aku tidak tahu ya kalau kamu suka sama Devi”, kata Abit membuka rahasia Andra.
“Oh jadi kamu sudah tahu ya? Devi…, nama yang bagus”, kata Andra setengah memuji. “Aku bisa bantuin kamu untuk kenalan sama dia. Dia orangnya nggak terlalu pemilih, dan yang pasti orangnya baik”, kata Abit memberikan informasi.
“Ngomong – ngomong dari mana kamu tahu semua tentang gadis ini?”, tanya Andra yang masih bingung.
“Waktu kelas tiga SMP aku satu kelas dengannya, jadi aku tahu semua tentang dia”, kata Abit menjelaskan.
“Terimakasih ya Abit. Tolong jangan kasih tahu siapa – siapa kalau aku suka sama Devi”, kata Andra. “Iya, tenang aja rahasia kamu aman padaku”, kata Abit.
***********
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua siswa SMU teladan berhamburan keluar kelas. Terlihat dua cowok keren melangkah ke gerbang sekolah. Keduanya tampak gelisah menunggu seseorang. Tapi tidak lama kemudian orang yang mereka tunggu datang juga.
“Devi sini dulu, ada yang mau kenalan sama kamu”, panggil Abit pada Devi. Devi sangat terkejut dengan panggilan Abit, kemudian ia melangkah ke tempat dua cowok itu berdiri dengan hati yang berdebar. Devi juga tidak tahu kenapa saat perkenalan kali ini ada yang lain dari dirinya. Kemudan Andra dan Devi berkenalan.
“Namaku Andra, nama kamu siapa?”, tanya Andra. “Namaku Devi, kamu tinggal dimana?”, tanya Devi pada Andra.
“Aku tinggal di jalan pejanggik no. 12. Kalau kamu tinggal dimana?”, tanya Andra. “Aku tinggal di jalan mawar no. 19”, jawab Devi. Abit yang sudah punya rencana langsung memotong pembicaraa antara Devi dan Andra.
“Wah… berarti rumah kalian searah dong. Devi kamu pulangnya diantar sama Andra aja ya”, kata Abit memberi usul. Mendengar kata – kata Abit, Andra lalu menatap Abit dengan tatapan nanar, dan pura – pura marah. Tapi jauh di hatinya dia sangat senang dan berharap. Devi sebenarnya sangat senang mendengar usul Abit, tapi dia tidak terlalu menunjukkannya, di hanya tersenyum pada Andra.Lalu Devi menjawab,
“Iya deh, tapi nanti kita mampir di toko buku dulu ya. Nggak apa – apa kan Andra?”, kata Devi dengan mata memohon. “Iya deh nggak apa – apa, aku juga mau cari buku Fisika”, kata Andra.
Keduanya pun pergi ke toko buku. Setelah di toko buku, keduanya pun makan siang. Dan perjalanan mereka berlanjut ke pantai. Tiba – tiba Andra menggenggam jemari Devi, dan Devi pun hanya tersenyum dan langsug memeluk Andra. Keduanya pun seperti terbius untuk beberapa saat. Kemudian Andra berkata,
“Devi, aku ingin sekali terus bersama kamu. Hanya kamu dan aku. Kamu mau nggak menjadi pacarku?”, kata Andra berharap.
“Kamu pikir pelukanku ini artinya apa? Aku sangat mencintaimu, dan aku ingin hatimu hanya untukku, dan aku akan selalu untukmu”, balas Devi.
Kemudian Andra mempererat dekapannya pada Devi, kemudian mengecup lembut bibir Devi. Devi pun tak mau kalah, tangannya pun melingkari leher Andra. Keduanya pun makin terhanyut dalam keadaan. Apalagi Devi sepertinya memberi lampu hijau pada Andra unuk melakukan itu, kemudian Devi membuka bajunya. Andra kemudian memegang dada Devi. Tapi Andra pun sadar kalau tindakannya sudah terlalu jauh. Ia pun mendorong Devi dan berkata,
“Dev, belum saatnya kita melakukan itu. Perjalanan kita masih panjang. Aku tidak bisa mengambil sesuatu yang bukan milikku”, kata Andra menjelaskan pada Devi.
“Terimakasih, karena kamu sudah mengingatkanku dan membantu aku menjaga kehormatanku. Sekarang aku semakin yakin kamulah orang yang aku cari selama ini”, kata Devi.
Kemudian Andra mengantar Devi ke rumahnya. Sebelum pulang, Andra mencium kening Devi. Dan hari – hari berikutnya menjadi semakin indah karena mereka telah saling memiliki dan saling mengingatkan. Andra dan Devi pun berjanji akan teus bersama hingga akhir waktu.
*USAF*
cerpen
PECINTA SEJATI
Oleh: Addin Fikry Nurullah
Sebuah motor merah melaju dengan kencang membelah jalan pendidikan. Dua cowok yang mengendarainya pun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sepanjang kiri dan kanan jalan.Tapi sepertinya kedua cowok tadi cuek saja dengan tanggapan orang-orang.
“Tuh kan Vick, acaranya masih lama. Kamu sih buru-buru, padahalkan ini baru pukul 14.45”, kata Abit pada Vicky yang masih kesal karena tadi dia belum mempersiapkan diri dengan maksimal.”Kita ngapain nih, acaranya kan masih lama”, kata Abit. ”Itu Udin, kayaknya dia mau kesini”, kata Vicky.
“Udin, kamu mau kemana?” Tanya Abit. “Aku nggak kemana-mana.Aku datang kesini mau mengajak kalian main bola.Orang-orang yang kemarin kayaknya belum kapok kita kalahkan.Sekarang mereka menunggu kita di tempat yang kemarin”, Udin mencoba memberikan informasi.
“Hari ini aku dan Vicky nggak bisa ikut.Soalnya kita mau nonton orang yang gerak jalan”, Abit memberi alasan. ”Ya udah, kalau kalian nggak ikutan aku juga nggak deh. Aku malas main satu tim dengan Bondan”, kata Udin.”Lihat, marching bandnya udah di mulai. Sepertinya gerak jalannya juga akan di mulai”, kata Vicky sambil menunjuk. ”Ngomong-ngomong kata Made marching band sekolah kita juga tampil”, kata Abit. ”Mungkin yang sedang berbaris itu”, kata Udin sambil menunjuk sekelompok orang yang sedang berbaris.
“Oh iya benar, aku pernah lihat Imah memakai topi yang seperti itu”, kata Vicky yang baru mengingat sesuatu. Rombongan marching band itu pun mulai berjalan perlahan, kemudian berhenti tepat di depan cowok tadi.
“Cewek-cewek SMANSA kece juga ya?” komentar Udin. “Iya dong, SMANSA gitu loh”, kata Vicky mencoba meng-iklankan sekolahnya.
Kemudian Vicky memperhatikan seluruh anggota klub marching tersebut satu persatu. Lalu Vicky merasa ada yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Mulanya dia pura-pura tidak tahu, dan menunduk. Karena penasaran dia pun mengangkat kepalanya. Dan benar, seorang gadis yang berada di barisan belakang memang memperhatikan dirinya sejak tadi. Vicky memang sudah curiga kalau gadis itu memang menyimpan rasa padanya. Sebab, sudah sering ia memergoki gadis itu memandangnya dengan pandangan aneh. Tapi Vicky pura-pura cuek pada gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga memiliki rasa pada gadis itu.
Vicky akhirnya juga melirik gadis itu dan memberikan senyum. Gadis itu jadi salah tingkah. Bahkan ketika rombongan marching itu akan melanjutkan perjalanannya, gadis itu terpisah dari barisan dan permainan terompetnya agak kurang kompak dengan teman-temannya. Melihat kejadian itu, Vicky hanya tertawa di dalam hati
Dering handphone membuyarkan lamunan Vicky. Setelah melihat nomornya ia pun mengangkat telpon tersebut.
“Halo, ada apa Nind?” kata Vicky. Nindy yang meneleponnya pun langsung menjawab. “Nggak ada apa-apa sih. Aku Cuma kangen aja sama kamu”. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nindy, Vicky tersenyum. Lalu berkata, “Bukannya kemarin kita udah jalan? Masa hari ini langsung kangen?” . Gadis itu langsung menjawab, “Iya beneran, aku kangen banget sama kamu. Hari ini kita jalan yuk”. Karena masih ingin melihat orang yang gerak jalan, Vicky pun menolak permintaan gadis itu. Siapa tahu ada bidadari yang ikut gerak jalan. Begitu pikirnya, lalu ia menjawab, “Maaf ya sayang, hari ini aku nggak bisa jalan sama kamu. Soalnya aku udah janjian sama Udin dan Abit. Udah dulu ya sayang, aku udah dipanggil. Bye”.
Beberapa cewek cantik lewat di depan mereka. Abit pun langsung menggoda gadis-gadis itu. Setelah berkenalan dengan Abit, cewek tinggi berkacamata mendekati Vicky, lalu mengajaknya berkenalan.
“Cowok, boleh kenalan nggak?”. Sambil mengulurkan tangannya. Karena cewek itu lumayan cantik, ia pun mau. Lalu ia meraih tangan gadis itu. “Boleh, namaku Vicky. Nama kamu siapa?”, Tanya Vicky sambil melempar senyum. Gadis itu pun langsung gugup. Tetapi akhirnya ia dapat menguasai dirinya. Dan menjawab, “Namaku Desi”. Setelah mendapat cukup informasi termasuk nomor handphone cowok-cowok itu, cewek-cewek tadi pun pamit
Melihat tingkah kedua temannya, Udin pun langsung menyindir mereka. “Dasar buaya, simpanan kalian berdua tuh gentayangan dimana-mana. Apa mereka semua belum cukup?”, kata Udin.
“Bukannya gitu Udin, kita berdua nih belum menemukan yang klik banget”, Abit memberi alasan. “Lagian juga, kami kan pecinta sejati. Masa pacarnya Cuma satu atau dua? Kan membosankan”, kata Vicky menambahkan.
“Terserah kalian deh, awas kalau kalian patah hati”, kata Udin cuek. “Oh itu nggak mungkin. Pecinta sejati tidak mengenal patah hati. Bagi kita, hilang satu tumbuh seribu”, jawab Abit. Mendengar jawaban kedua temannya itu, Udin hanya geleng-geleng kepala saja.
Vario hitam bergaris merah muda melaju pelan dan berhenti di persimpangan jalan. Kedua dara yang mengendarainya pun turun. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, termasuk Vicky dan teman-temannya. Kedua gadis itu adalah Wulan dan Riska. Mereka satu sekolah dengan Vicky dan Abit. Wulan sendiri merupakan gadis yang sangat dicintai oleh Vicky. Dia mau melakukan apa saja demi gadis itu. Termasuk menghentikan petulangan cintanya. Sebenarnya Wulan juga menyimpan rasa pada Vicky. Tetapi Vicky tidak mengetahuinya . Karena setiap bertemu dengan Vicky, gadis itu selalu cuek.
Abit yang mengetahui kalau Vicky suka pada gadis itu langsung menyindir Vicky. “Jangan Cuma mengawasi di balik topeng. Kalau beneran suka, dekati dia lalu tembak.Gampang kan? Apa susahnya sih melakukan itu?”, kata Abit sambil bersenggolan dengan Udin.
Vicky yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. “Lihatlah keadaan dirimu sebelum menilai orang lain. Kalau kamu memang berani melakukannya, kenapa kamu tidak melakukan itu pada Lisa?”, balas Vicky.
“Aku belum melakukannya karena belum ada moment yang tepat untuk nembak”, kata Abit.
“Udahlah, nggak usah banyak alasan. Bilang aja kalau kamu memang nggak berani”, kata Vicky berusaha mematikan Abit.
Abit yang malas berdebat dengan Vicky akhirnya mengalah. “Terserah kamu deh”, kata Abit. Lalu sebuah ide terlintas di pikiran Abit. Ia ingin menantang Vicky beradu nyali. Lalu ia berkata, “Kalau kamu beneran bisa mendapatkan Wulan. Bawa dia kehadapanku selambat-lambatnya hari minggu besok pukul 18.00 sore”, kata Abit menantang Vicky.
“Oke, jika aku berhasil kamu harus mentraktirku di kantin sekolah selama 2 minggu. Tapi, jika aku gagal, kamu yang aku traktir. Gimana?”, jawab Vicky meyakinkan.
“Oke, deal”!!!, kata Abit
*USAF*
Hari sabtu sepulang sekolah, Vicky menyiapkan segala sesuatunya. Tepat pukul 16.00 ia berangkat ke rumah Wulan. Karena Wulan punya counter pulsa, Vicky kesana dengan alasan mau isi pulsa. Jantung Vicky berdetak kencang ketika memasuki pekarangan rumah gadis itu. Wulan yang sedang duduk di depan rumahnya kaget melihat kedatangan Vicky. Entah mengapa gadis itu merasa ada yang lain hari ini dari cowok itu. Saat melihat Vicky membawa bunga, Wulan sangat senang. Ia pun berdo,a di dalam hatinya semoga bunga itu untuknya.
Ketika mereka berhadapan, Vicky langsung mencari alasan. “Aku mau isi pulsa. Pulsa kartu As yang 15 ada nggak?”, kata Vicky.
“Ada, nomornya berapa?”, jawab Wulan sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan harapannya. Setelah memberikan uang kembalian pada cowok itu, Wulan pun berbalik. Tapi sebelum ia melangkah, dengan cepat Vicky meraih tangannya.
“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu”, kata Vicky. Wulan pun berbalik dan berkata, “Kamu mau ngomong apa?”.
“Aku…Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”, kata Vicky tanpa pikir panjang.
Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Vicky, Wulan kaget dan hampir tidak percaya. Dengan sedikit keberaniannya, ia pn menjawab, “Aku juga suka sama kamu, dan…Aku mau jadi pacar kamu”, kata Wulan sepenuh hati.
Lalu setelah pamit dengan Ibunya di dalam, Wulan jalan dengan Vicky. Kemudian Vicky mengajak Wulan ke rumah Abit, dengan alasan ada yang mau dia ambil. Padahal dia mau menuntaskan tantangan Abit.
Abit sangat kaget ketika melihat Vicky datang dengan Wulan sambil bergandengan tangan. “Gila, cepat sekali kamu mendapatkan dia. Aku pikir kamu tidak berani melakukannya”, kata Abit.
“Aku tidak sepengecut dirimu, oh iya, mulai hari Senin besok jangan lupa kewajibanmu”, kata Vicky mengingatkan Abit. Kemudian ia dan Wulan pun pamit.
Perjalanan kedua pasangan itu pun berlanjut ke pantai. Mereka pun menikmati kebersamaan mereka. Wulan memeluk Vicky dengan erat, seakan dia tak mau kehilangan Vicky.
*USAF*
Dua minggu ini wajah Vicky lebih cerah dari biasanya. Karena sekarang ia sudah meraih cinta yang diimpi-impikannya sejak dulu. Ia pun bertekad akan menghentikan petualangan cintanya dan berubah. Sore harinya ketika ia sedang jalan dengan Wulan, ia bertemu dengan Nindy. Ketika melihat kemesraan Vicky dan Wulan, ia pun langsung naik pitam. Lalu ia pun mendekati mereka.
“Sayang, siapa gadis ini?”, Tanya Nindy memancing memancingWulan.”Seharusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Datang-datang langsung memanggil pacarku dengan kata sayang”, jawab Wulan.
“Oh, jadi kamu belum tahu ya? Aku juga pacarnya Vicky”, kata Nindy. Mendengar jawaban Nindy, Wulan pun merah mukanya karena marah.
“Vick, apa benar dia pacar kamu?”, Tanya Wulan pada Vicky. Belum sempat Vicky menjawab, Plak!!!...tangan Wulan mendarat di pipi Vicky, dan ia pun pergi meninggalkan Vicky dan Nindy.
“Wulan, tunggu, kamu dengar dulu penjelasan dari aku”, kata Vicky mencoba menahan Wulan.
“Tidak, ku rasa semuanya sudah jelas. Ternyata kamu bermain cinta dengan gadis lain di belakangku”, kata Wulan. Wulan pun pergi meninggalkan Vicky seorang diri. Rasa sedih dan kecewa kini menyelimuti hatinya.
Kemudian Vicky berbalik menghampiri Nindy.
“Puas kamu sekarang!!!.... Mulai saat ini kita putus. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal”, kata Vicky memarahi Nindy. Lalu Vicky pun pergi dari tempat itu dengan perasaan hancur. Untunglah tempat itu masih sepi, jadi tidak ada orang yang melihat kejadian tadi.
*USAF*
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Vicky dan Wulan tidak saling bicara. Sudah beberapa kali Vicky mencoba untuk meminta maaf pada Wulan, termasuk mendatangi rumahnya. Tetapi tidak berhasil, kini ia hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi.
“Sudahlah, masih banyak gadis di luar sana yang mengantre untuk jadi pacar kamu”, kata Abit menghibur.
“Tapi yang ini beda. Dia cinta sejatiku.”, Vicky mencoba menjelaskan.
“Begini saja, malam ini kamu datangi saja rumahnya lagi.Kalau kamu nggak berani pergi sendiri, biar aku yang akan mengantarmu kesana”, kata Abit memberi usul.
“Tapi aku harus bilang apa ketika berhadapan dengan Wulan? Bertemu dengannya saja aku nggak berani”, kata Vicky.
“Yakinkan dirimu, kalau kamu bisa mlakukannya”, kata Abit.
“Oke deh, aku coba. Tapi aku pergi sendiri saja, nanti kamu gangguin lagi,”kata Vicky.
“Siapa juga yang mau ngantarin kamu. Ini kan malam Valentine, malam ini aku mau tembak Lisa”, kata Abit.
“Semoga berhasil ya”, kata Vicky. “Iya, kamu juga”, kata Abit.
Tepat pukul 19.05, Vicky sampai di rumahnya Wulan. Tapi dia masih ragu untuk masuk. Lalu ia mengsms Wulan.
“Aku mohon, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ijinkan aku bicara.Aku tunggu kamu diluar”.
Wulan pun keluar, sebenarnya ia tersiksa jika terpisah lama dengan Vicky. Namun karena ini kesalahan Vicky, ia gengsi untuk menemuinya.
“Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku rasa semuanya telah berakhir”, kata Wulan saat mereka bertemu.
“Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku. Aku tahu… mungkin kesalahanku tidak termaafkan. Tapi please…. Berikan aku kesempatan sekali lagi”, kata Vicky berharap.
Melihat keseriusan Vicky, akhirnya Wulan pun luluh. Ia pun memeluk Vicky, dan menitikan air mata.
“Maafkan aku jika beberapa hari ini aku telah mendiamkanmu. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya”, kata Wulan.
“Iya, aku janji”, kata Vicky.
Dinginnya malam membuat mereka semakin mempererat dekapannya masing-masing. Mereka pun tersentak oleh bunyi sms dari Abit.
“Vicky, aku diterima. Mulai sekarang aku juga akan berubah”
Kini Abit dan Lisa telah menikmati indahnya binar-binar cinta. Vicky dan Wulan pun berusaha menjaga cinta mereka selamanya. Mereka juga berjanji akan menjalani kehidupan bersama dalam indahnya cinta dan kasih sayang.
****** USAF ******
Oleh: Addin Fikry Nurullah
Sebuah motor merah melaju dengan kencang membelah jalan pendidikan. Dua cowok yang mengendarainya pun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sepanjang kiri dan kanan jalan.Tapi sepertinya kedua cowok tadi cuek saja dengan tanggapan orang-orang.
“Tuh kan Vick, acaranya masih lama. Kamu sih buru-buru, padahalkan ini baru pukul 14.45”, kata Abit pada Vicky yang masih kesal karena tadi dia belum mempersiapkan diri dengan maksimal.”Kita ngapain nih, acaranya kan masih lama”, kata Abit. ”Itu Udin, kayaknya dia mau kesini”, kata Vicky.
“Udin, kamu mau kemana?” Tanya Abit. “Aku nggak kemana-mana.Aku datang kesini mau mengajak kalian main bola.Orang-orang yang kemarin kayaknya belum kapok kita kalahkan.Sekarang mereka menunggu kita di tempat yang kemarin”, Udin mencoba memberikan informasi.
“Hari ini aku dan Vicky nggak bisa ikut.Soalnya kita mau nonton orang yang gerak jalan”, Abit memberi alasan. ”Ya udah, kalau kalian nggak ikutan aku juga nggak deh. Aku malas main satu tim dengan Bondan”, kata Udin.”Lihat, marching bandnya udah di mulai. Sepertinya gerak jalannya juga akan di mulai”, kata Vicky sambil menunjuk. ”Ngomong-ngomong kata Made marching band sekolah kita juga tampil”, kata Abit. ”Mungkin yang sedang berbaris itu”, kata Udin sambil menunjuk sekelompok orang yang sedang berbaris.
“Oh iya benar, aku pernah lihat Imah memakai topi yang seperti itu”, kata Vicky yang baru mengingat sesuatu. Rombongan marching band itu pun mulai berjalan perlahan, kemudian berhenti tepat di depan cowok tadi.
“Cewek-cewek SMANSA kece juga ya?” komentar Udin. “Iya dong, SMANSA gitu loh”, kata Vicky mencoba meng-iklankan sekolahnya.
Kemudian Vicky memperhatikan seluruh anggota klub marching tersebut satu persatu. Lalu Vicky merasa ada yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Mulanya dia pura-pura tidak tahu, dan menunduk. Karena penasaran dia pun mengangkat kepalanya. Dan benar, seorang gadis yang berada di barisan belakang memang memperhatikan dirinya sejak tadi. Vicky memang sudah curiga kalau gadis itu memang menyimpan rasa padanya. Sebab, sudah sering ia memergoki gadis itu memandangnya dengan pandangan aneh. Tapi Vicky pura-pura cuek pada gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga memiliki rasa pada gadis itu.
Vicky akhirnya juga melirik gadis itu dan memberikan senyum. Gadis itu jadi salah tingkah. Bahkan ketika rombongan marching itu akan melanjutkan perjalanannya, gadis itu terpisah dari barisan dan permainan terompetnya agak kurang kompak dengan teman-temannya. Melihat kejadian itu, Vicky hanya tertawa di dalam hati
Dering handphone membuyarkan lamunan Vicky. Setelah melihat nomornya ia pun mengangkat telpon tersebut.
“Halo, ada apa Nind?” kata Vicky. Nindy yang meneleponnya pun langsung menjawab. “Nggak ada apa-apa sih. Aku Cuma kangen aja sama kamu”. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nindy, Vicky tersenyum. Lalu berkata, “Bukannya kemarin kita udah jalan? Masa hari ini langsung kangen?” . Gadis itu langsung menjawab, “Iya beneran, aku kangen banget sama kamu. Hari ini kita jalan yuk”. Karena masih ingin melihat orang yang gerak jalan, Vicky pun menolak permintaan gadis itu. Siapa tahu ada bidadari yang ikut gerak jalan. Begitu pikirnya, lalu ia menjawab, “Maaf ya sayang, hari ini aku nggak bisa jalan sama kamu. Soalnya aku udah janjian sama Udin dan Abit. Udah dulu ya sayang, aku udah dipanggil. Bye”.
Beberapa cewek cantik lewat di depan mereka. Abit pun langsung menggoda gadis-gadis itu. Setelah berkenalan dengan Abit, cewek tinggi berkacamata mendekati Vicky, lalu mengajaknya berkenalan.
“Cowok, boleh kenalan nggak?”. Sambil mengulurkan tangannya. Karena cewek itu lumayan cantik, ia pun mau. Lalu ia meraih tangan gadis itu. “Boleh, namaku Vicky. Nama kamu siapa?”, Tanya Vicky sambil melempar senyum. Gadis itu pun langsung gugup. Tetapi akhirnya ia dapat menguasai dirinya. Dan menjawab, “Namaku Desi”. Setelah mendapat cukup informasi termasuk nomor handphone cowok-cowok itu, cewek-cewek tadi pun pamit
Melihat tingkah kedua temannya, Udin pun langsung menyindir mereka. “Dasar buaya, simpanan kalian berdua tuh gentayangan dimana-mana. Apa mereka semua belum cukup?”, kata Udin.
“Bukannya gitu Udin, kita berdua nih belum menemukan yang klik banget”, Abit memberi alasan. “Lagian juga, kami kan pecinta sejati. Masa pacarnya Cuma satu atau dua? Kan membosankan”, kata Vicky menambahkan.
“Terserah kalian deh, awas kalau kalian patah hati”, kata Udin cuek. “Oh itu nggak mungkin. Pecinta sejati tidak mengenal patah hati. Bagi kita, hilang satu tumbuh seribu”, jawab Abit. Mendengar jawaban kedua temannya itu, Udin hanya geleng-geleng kepala saja.
Vario hitam bergaris merah muda melaju pelan dan berhenti di persimpangan jalan. Kedua dara yang mengendarainya pun turun. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, termasuk Vicky dan teman-temannya. Kedua gadis itu adalah Wulan dan Riska. Mereka satu sekolah dengan Vicky dan Abit. Wulan sendiri merupakan gadis yang sangat dicintai oleh Vicky. Dia mau melakukan apa saja demi gadis itu. Termasuk menghentikan petulangan cintanya. Sebenarnya Wulan juga menyimpan rasa pada Vicky. Tetapi Vicky tidak mengetahuinya . Karena setiap bertemu dengan Vicky, gadis itu selalu cuek.
Abit yang mengetahui kalau Vicky suka pada gadis itu langsung menyindir Vicky. “Jangan Cuma mengawasi di balik topeng. Kalau beneran suka, dekati dia lalu tembak.Gampang kan? Apa susahnya sih melakukan itu?”, kata Abit sambil bersenggolan dengan Udin.
Vicky yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. “Lihatlah keadaan dirimu sebelum menilai orang lain. Kalau kamu memang berani melakukannya, kenapa kamu tidak melakukan itu pada Lisa?”, balas Vicky.
“Aku belum melakukannya karena belum ada moment yang tepat untuk nembak”, kata Abit.
“Udahlah, nggak usah banyak alasan. Bilang aja kalau kamu memang nggak berani”, kata Vicky berusaha mematikan Abit.
Abit yang malas berdebat dengan Vicky akhirnya mengalah. “Terserah kamu deh”, kata Abit. Lalu sebuah ide terlintas di pikiran Abit. Ia ingin menantang Vicky beradu nyali. Lalu ia berkata, “Kalau kamu beneran bisa mendapatkan Wulan. Bawa dia kehadapanku selambat-lambatnya hari minggu besok pukul 18.00 sore”, kata Abit menantang Vicky.
“Oke, jika aku berhasil kamu harus mentraktirku di kantin sekolah selama 2 minggu. Tapi, jika aku gagal, kamu yang aku traktir. Gimana?”, jawab Vicky meyakinkan.
“Oke, deal”!!!, kata Abit
*USAF*
Hari sabtu sepulang sekolah, Vicky menyiapkan segala sesuatunya. Tepat pukul 16.00 ia berangkat ke rumah Wulan. Karena Wulan punya counter pulsa, Vicky kesana dengan alasan mau isi pulsa. Jantung Vicky berdetak kencang ketika memasuki pekarangan rumah gadis itu. Wulan yang sedang duduk di depan rumahnya kaget melihat kedatangan Vicky. Entah mengapa gadis itu merasa ada yang lain hari ini dari cowok itu. Saat melihat Vicky membawa bunga, Wulan sangat senang. Ia pun berdo,a di dalam hatinya semoga bunga itu untuknya.
Ketika mereka berhadapan, Vicky langsung mencari alasan. “Aku mau isi pulsa. Pulsa kartu As yang 15 ada nggak?”, kata Vicky.
“Ada, nomornya berapa?”, jawab Wulan sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan harapannya. Setelah memberikan uang kembalian pada cowok itu, Wulan pun berbalik. Tapi sebelum ia melangkah, dengan cepat Vicky meraih tangannya.
“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu”, kata Vicky. Wulan pun berbalik dan berkata, “Kamu mau ngomong apa?”.
“Aku…Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”, kata Vicky tanpa pikir panjang.
Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Vicky, Wulan kaget dan hampir tidak percaya. Dengan sedikit keberaniannya, ia pn menjawab, “Aku juga suka sama kamu, dan…Aku mau jadi pacar kamu”, kata Wulan sepenuh hati.
Lalu setelah pamit dengan Ibunya di dalam, Wulan jalan dengan Vicky. Kemudian Vicky mengajak Wulan ke rumah Abit, dengan alasan ada yang mau dia ambil. Padahal dia mau menuntaskan tantangan Abit.
Abit sangat kaget ketika melihat Vicky datang dengan Wulan sambil bergandengan tangan. “Gila, cepat sekali kamu mendapatkan dia. Aku pikir kamu tidak berani melakukannya”, kata Abit.
“Aku tidak sepengecut dirimu, oh iya, mulai hari Senin besok jangan lupa kewajibanmu”, kata Vicky mengingatkan Abit. Kemudian ia dan Wulan pun pamit.
Perjalanan kedua pasangan itu pun berlanjut ke pantai. Mereka pun menikmati kebersamaan mereka. Wulan memeluk Vicky dengan erat, seakan dia tak mau kehilangan Vicky.
*USAF*
Dua minggu ini wajah Vicky lebih cerah dari biasanya. Karena sekarang ia sudah meraih cinta yang diimpi-impikannya sejak dulu. Ia pun bertekad akan menghentikan petualangan cintanya dan berubah. Sore harinya ketika ia sedang jalan dengan Wulan, ia bertemu dengan Nindy. Ketika melihat kemesraan Vicky dan Wulan, ia pun langsung naik pitam. Lalu ia pun mendekati mereka.
“Sayang, siapa gadis ini?”, Tanya Nindy memancing memancingWulan.”Seharusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Datang-datang langsung memanggil pacarku dengan kata sayang”, jawab Wulan.
“Oh, jadi kamu belum tahu ya? Aku juga pacarnya Vicky”, kata Nindy. Mendengar jawaban Nindy, Wulan pun merah mukanya karena marah.
“Vick, apa benar dia pacar kamu?”, Tanya Wulan pada Vicky. Belum sempat Vicky menjawab, Plak!!!...tangan Wulan mendarat di pipi Vicky, dan ia pun pergi meninggalkan Vicky dan Nindy.
“Wulan, tunggu, kamu dengar dulu penjelasan dari aku”, kata Vicky mencoba menahan Wulan.
“Tidak, ku rasa semuanya sudah jelas. Ternyata kamu bermain cinta dengan gadis lain di belakangku”, kata Wulan. Wulan pun pergi meninggalkan Vicky seorang diri. Rasa sedih dan kecewa kini menyelimuti hatinya.
Kemudian Vicky berbalik menghampiri Nindy.
“Puas kamu sekarang!!!.... Mulai saat ini kita putus. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal”, kata Vicky memarahi Nindy. Lalu Vicky pun pergi dari tempat itu dengan perasaan hancur. Untunglah tempat itu masih sepi, jadi tidak ada orang yang melihat kejadian tadi.
*USAF*
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Vicky dan Wulan tidak saling bicara. Sudah beberapa kali Vicky mencoba untuk meminta maaf pada Wulan, termasuk mendatangi rumahnya. Tetapi tidak berhasil, kini ia hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi.
“Sudahlah, masih banyak gadis di luar sana yang mengantre untuk jadi pacar kamu”, kata Abit menghibur.
“Tapi yang ini beda. Dia cinta sejatiku.”, Vicky mencoba menjelaskan.
“Begini saja, malam ini kamu datangi saja rumahnya lagi.Kalau kamu nggak berani pergi sendiri, biar aku yang akan mengantarmu kesana”, kata Abit memberi usul.
“Tapi aku harus bilang apa ketika berhadapan dengan Wulan? Bertemu dengannya saja aku nggak berani”, kata Vicky.
“Yakinkan dirimu, kalau kamu bisa mlakukannya”, kata Abit.
“Oke deh, aku coba. Tapi aku pergi sendiri saja, nanti kamu gangguin lagi,”kata Vicky.
“Siapa juga yang mau ngantarin kamu. Ini kan malam Valentine, malam ini aku mau tembak Lisa”, kata Abit.
“Semoga berhasil ya”, kata Vicky. “Iya, kamu juga”, kata Abit.
Tepat pukul 19.05, Vicky sampai di rumahnya Wulan. Tapi dia masih ragu untuk masuk. Lalu ia mengsms Wulan.
“Aku mohon, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ijinkan aku bicara.Aku tunggu kamu diluar”.
Wulan pun keluar, sebenarnya ia tersiksa jika terpisah lama dengan Vicky. Namun karena ini kesalahan Vicky, ia gengsi untuk menemuinya.
“Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku rasa semuanya telah berakhir”, kata Wulan saat mereka bertemu.
“Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku. Aku tahu… mungkin kesalahanku tidak termaafkan. Tapi please…. Berikan aku kesempatan sekali lagi”, kata Vicky berharap.
Melihat keseriusan Vicky, akhirnya Wulan pun luluh. Ia pun memeluk Vicky, dan menitikan air mata.
“Maafkan aku jika beberapa hari ini aku telah mendiamkanmu. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya”, kata Wulan.
“Iya, aku janji”, kata Vicky.
Dinginnya malam membuat mereka semakin mempererat dekapannya masing-masing. Mereka pun tersentak oleh bunyi sms dari Abit.
“Vicky, aku diterima. Mulai sekarang aku juga akan berubah”
Kini Abit dan Lisa telah menikmati indahnya binar-binar cinta. Vicky dan Wulan pun berusaha menjaga cinta mereka selamanya. Mereka juga berjanji akan menjalani kehidupan bersama dalam indahnya cinta dan kasih sayang.
****** USAF ******
cerpen
PECINTA SEJATI
Oleh: Addin Fikry Nurullah
Sebuah motor merah melaju dengan kencang membelah jalan pendidikan. Dua cowok yang mengendarainya pun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sepanjang kiri dan kanan jalan.Tapi sepertinya kedua cowok tadi cuek saja dengan tanggapan orang-orang.
“Tuh kan Vick, acaranya masih lama. Kamu sih buru-buru, padahalkan ini baru pukul 14.45”, kata Abit pada Vicky yang masih kesal karena tadi dia belum mempersiapkan diri dengan maksimal.”Kita ngapain nih, acaranya kan masih lama”, kata Abit. ”Itu Udin, kayaknya dia mau kesini”, kata Vicky.
“Udin, kamu mau kemana?” Tanya Abit. “Aku nggak kemana-mana.Aku datang kesini mau mengajak kalian main bola.Orang-orang yang kemarin kayaknya belum kapok kita kalahkan.Sekarang mereka menunggu kita di tempat yang kemarin”, Udin mencoba memberikan informasi.
“Hari ini aku dan Vicky nggak bisa ikut.Soalnya kita mau nonton orang yang gerak jalan”, Abit memberi alasan. ”Ya udah, kalau kalian nggak ikutan aku juga nggak deh. Aku malas main satu tim dengan Bondan”, kata Udin.”Lihat, marching bandnya udah di mulai. Sepertinya gerak jalannya juga akan di mulai”, kata Vicky sambil menunjuk. ”Ngomong-ngomong kata Made marching band sekolah kita juga tampil”, kata Abit. ”Mungkin yang sedang berbaris itu”, kata Udin sambil menunjuk sekelompok orang yang sedang berbaris.
“Oh iya benar, aku pernah lihat Imah memakai topi yang seperti itu”, kata Vicky yang baru mengingat sesuatu. Rombongan marching band itu pun mulai berjalan perlahan, kemudian berhenti tepat di depan cowok tadi.
“Cewek-cewek SMANSA kece juga ya?” komentar Udin. “Iya dong, SMANSA gitu loh”, kata Vicky mencoba meng-iklankan sekolahnya.
Kemudian Vicky memperhatikan seluruh anggota klub marching tersebut satu persatu. Lalu Vicky merasa ada yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Mulanya dia pura-pura tidak tahu, dan menunduk. Karena penasaran dia pun mengangkat kepalanya. Dan benar, seorang gadis yang berada di barisan belakang memang memperhatikan dirinya sejak tadi. Vicky memang sudah curiga kalau gadis itu memang menyimpan rasa padanya. Sebab, sudah sering ia memergoki gadis itu memandangnya dengan pandangan aneh. Tapi Vicky pura-pura cuek pada gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga memiliki rasa pada gadis itu.
Vicky akhirnya juga melirik gadis itu dan memberikan senyum. Gadis itu jadi salah tingkah. Bahkan ketika rombongan marching itu akan melanjutkan perjalanannya, gadis itu terpisah dari barisan dan permainan terompetnya agak kurang kompak dengan teman-temannya. Melihat kejadian itu, Vicky hanya tertawa di dalam hati
Dering handphone membuyarkan lamunan Vicky. Setelah melihat nomornya ia pun mengangkat telpon tersebut.
“Halo, ada apa Nind?” kata Vicky. Nindy yang meneleponnya pun langsung menjawab. “Nggak ada apa-apa sih. Aku Cuma kangen aja sama kamu”. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nindy, Vicky tersenyum. Lalu berkata, “Bukannya kemarin kita udah jalan? Masa hari ini langsung kangen?” . Gadis itu langsung menjawab, “Iya beneran, aku kangen banget sama kamu. Hari ini kita jalan yuk”. Karena masih ingin melihat orang yang gerak jalan, Vicky pun menolak permintaan gadis itu. Siapa tahu ada bidadari yang ikut gerak jalan. Begitu pikirnya, lalu ia menjawab, “Maaf ya sayang, hari ini aku nggak bisa jalan sama kamu. Soalnya aku udah janjian sama Udin dan Abit. Udah dulu ya sayang, aku udah dipanggil. Bye”.
Beberapa cewek cantik lewat di depan mereka. Abit pun langsung menggoda gadis-gadis itu. Setelah berkenalan dengan Abit, cewek tinggi berkacamata mendekati Vicky, lalu mengajaknya berkenalan.
“Cowok, boleh kenalan nggak?”. Sambil mengulurkan tangannya. Karena cewek itu lumayan cantik, ia pun mau. Lalu ia meraih tangan gadis itu. “Boleh, namaku Vicky. Nama kamu siapa?”, Tanya Vicky sambil melempar senyum. Gadis itu pun langsung gugup. Tetapi akhirnya ia dapat menguasai dirinya. Dan menjawab, “Namaku Desi”. Setelah mendapat cukup informasi termasuk nomor handphone cowok-cowok itu, cewek-cewek tadi pun pamit
Melihat tingkah kedua temannya, Udin pun langsung menyindir mereka. “Dasar buaya, simpanan kalian berdua tuh gentayangan dimana-mana. Apa mereka semua belum cukup?”, kata Udin.
“Bukannya gitu Udin, kita berdua nih belum menemukan yang klik banget”, Abit memberi alasan. “Lagian juga, kami kan pecinta sejati. Masa pacarnya Cuma satu atau dua? Kan membosankan”, kata Vicky menambahkan.
“Terserah kalian deh, awas kalau kalian patah hati”, kata Udin cuek. “Oh itu nggak mungkin. Pecinta sejati tidak mengenal patah hati. Bagi kita, hilang satu tumbuh seribu”, jawab Abit. Mendengar jawaban kedua temannya itu, Udin hanya geleng-geleng kepala saja.
Vario hitam bergaris merah muda melaju pelan dan berhenti di persimpangan jalan. Kedua dara yang mengendarainya pun turun. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, termasuk Vicky dan teman-temannya. Kedua gadis itu adalah Wulan dan Riska. Mereka satu sekolah dengan Vicky dan Abit. Wulan sendiri merupakan gadis yang sangat dicintai oleh Vicky. Dia mau melakukan apa saja demi gadis itu. Termasuk menghentikan petulangan cintanya. Sebenarnya Wulan juga menyimpan rasa pada Vicky. Tetapi Vicky tidak mengetahuinya . Karena setiap bertemu dengan Vicky, gadis itu selalu cuek.
Abit yang mengetahui kalau Vicky suka pada gadis itu langsung menyindir Vicky. “Jangan Cuma mengawasi di balik topeng. Kalau beneran suka, dekati dia lalu tembak.Gampang kan? Apa susahnya sih melakukan itu?”, kata Abit sambil bersenggolan dengan Udin.
Vicky yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. “Lihatlah keadaan dirimu sebelum menilai orang lain. Kalau kamu memang berani melakukannya, kenapa kamu tidak melakukan itu pada Lisa?”, balas Vicky.
“Aku belum melakukannya karena belum ada moment yang tepat untuk nembak”, kata Abit.
“Udahlah, nggak usah banyak alasan. Bilang aja kalau kamu memang nggak berani”, kata Vicky berusaha mematikan Abit.
Abit yang malas berdebat dengan Vicky akhirnya mengalah. “Terserah kamu deh”, kata Abit. Lalu sebuah ide terlintas di pikiran Abit. Ia ingin menantang Vicky beradu nyali. Lalu ia berkata, “Kalau kamu beneran bisa mendapatkan Wulan. Bawa dia kehadapanku selambat-lambatnya hari minggu besok pukul 18.00 sore”, kata Abit menantang Vicky.
“Oke, jika aku berhasil kamu harus mentraktirku di kantin sekolah selama 2 minggu. Tapi, jika aku gagal, kamu yang aku traktir. Gimana?”, jawab Vicky meyakinkan.
“Oke, deal”!!!, kata Abit
*USAF*
Hari sabtu sepulang sekolah, Vicky menyiapkan segala sesuatunya. Tepat pukul 16.00 ia berangkat ke rumah Wulan. Karena Wulan punya counter pulsa, Vicky kesana dengan alasan mau isi pulsa. Jantung Vicky berdetak kencang ketika memasuki pekarangan rumah gadis itu. Wulan yang sedang duduk di depan rumahnya kaget melihat kedatangan Vicky. Entah mengapa gadis itu merasa ada yang lain hari ini dari cowok itu. Saat melihat Vicky membawa bunga, Wulan sangat senang. Ia pun berdo,a di dalam hatinya semoga bunga itu untuknya.
Ketika mereka berhadapan, Vicky langsung mencari alasan. “Aku mau isi pulsa. Pulsa kartu As yang 15 ada nggak?”, kata Vicky.
“Ada, nomornya berapa?”, jawab Wulan sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan harapannya. Setelah memberikan uang kembalian pada cowok itu, Wulan pun berbalik. Tapi sebelum ia melangkah, dengan cepat Vicky meraih tangannya.
“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu”, kata Vicky. Wulan pun berbalik dan berkata, “Kamu mau ngomong apa?”.
“Aku…Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”, kata Vicky tanpa pikir panjang.
Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Vicky, Wulan kaget dan hampir tidak percaya. Dengan sedikit keberaniannya, ia pn menjawab, “Aku juga suka sama kamu, dan…Aku mau jadi pacar kamu”, kata Wulan sepenuh hati.
Lalu setelah pamit dengan Ibunya di dalam, Wulan jalan dengan Vicky. Kemudian Vicky mengajak Wulan ke rumah Abit, dengan alasan ada yang mau dia ambil. Padahal dia mau menuntaskan tantangan Abit.
Abit sangat kaget ketika melihat Vicky datang dengan Wulan sambil bergandengan tangan. “Gila, cepat sekali kamu mendapatkan dia. Aku pikir kamu tidak berani melakukannya”, kata Abit.
“Aku tidak sepengecut dirimu, oh iya, mulai hari Senin besok jangan lupa kewajibanmu”, kata Vicky mengingatkan Abit. Kemudian ia dan Wulan pun pamit.
Perjalanan kedua pasangan itu pun berlanjut ke pantai. Mereka pun menikmati kebersamaan mereka. Wulan memeluk Vicky dengan erat, seakan dia tak mau kehilangan Vicky.
*USAF*
Dua minggu ini wajah Vicky lebih cerah dari biasanya. Karena sekarang ia sudah meraih cinta yang diimpi-impikannya sejak dulu. Ia pun bertekad akan menghentikan petualangan cintanya dan berubah. Sore harinya ketika ia sedang jalan dengan Wulan, ia bertemu dengan Nindy. Ketika melihat kemesraan Vicky dan Wulan, ia pun langsung naik pitam. Lalu ia pun mendekati mereka.
“Sayang, siapa gadis ini?”, Tanya Nindy memancing memancingWulan.”Seharusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Datang-datang langsung memanggil pacarku dengan kata sayang”, jawab Wulan.
“Oh, jadi kamu belum tahu ya? Aku juga pacarnya Vicky”, kata Nindy. Mendengar jawaban Nindy, Wulan pun merah mukanya karena marah.
“Vick, apa benar dia pacar kamu?”, Tanya Wulan pada Vicky. Belum sempat Vicky menjawab, Plak!!!...tangan Wulan mendarat di pipi Vicky, dan ia pun pergi meninggalkan Vicky dan Nindy.
“Wulan, tunggu, kamu dengar dulu penjelasan dari aku”, kata Vicky mencoba menahan Wulan.
“Tidak, ku rasa semuanya sudah jelas. Ternyata kamu bermain cinta dengan gadis lain di belakangku”, kata Wulan. Wulan pun pergi meninggalkan Vicky seorang diri. Rasa sedih dan kecewa kini menyelimuti hatinya.
Kemudian Vicky berbalik menghampiri Nindy.
“Puas kamu sekarang!!!.... Mulai saat ini kita putus. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal”, kata Vicky memarahi Nindy. Lalu Vicky pun pergi dari tempat itu dengan perasaan hancur. Untunglah tempat itu masih sepi, jadi tidak ada orang yang melihat kejadian tadi.
*USAF*
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Vicky dan Wulan tidak saling bicara. Sudah beberapa kali Vicky mencoba untuk meminta maaf pada Wulan, termasuk mendatangi rumahnya. Tetapi tidak berhasil, kini ia hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi.
“Sudahlah, masih banyak gadis di luar sana yang mengantre untuk jadi pacar kamu”, kata Abit menghibur.
“Tapi yang ini beda. Dia cinta sejatiku.”, Vicky mencoba menjelaskan.
“Begini saja, malam ini kamu datangi saja rumahnya lagi.Kalau kamu nggak berani pergi sendiri, biar aku yang akan mengantarmu kesana”, kata Abit memberi usul.
“Tapi aku harus bilang apa ketika berhadapan dengan Wulan? Bertemu dengannya saja aku nggak berani”, kata Vicky.
“Yakinkan dirimu, kalau kamu bisa mlakukannya”, kata Abit.
“Oke deh, aku coba. Tapi aku pergi sendiri saja, nanti kamu gangguin lagi,”kata Vicky.
“Siapa juga yang mau ngantarin kamu. Ini kan malam Valentine, malam ini aku mau tembak Lisa”, kata Abit.
“Semoga berhasil ya”, kata Vicky. “Iya, kamu juga”, kata Abit.
Tepat pukul 19.05, Vicky sampai di rumahnya Wulan. Tapi dia masih ragu untuk masuk. Lalu ia mengsms Wulan.
“Aku mohon, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ijinkan aku bicara.Aku tunggu kamu diluar”.
Wulan pun keluar, sebenarnya ia tersiksa jika terpisah lama dengan Vicky. Namun karena ini kesalahan Vicky, ia gengsi untuk menemuinya.
“Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku rasa semuanya telah berakhir”, kata Wulan saat mereka bertemu.
“Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku. Aku tahu… mungkin kesalahanku tidak termaafkan. Tapi please…. Berikan aku kesempatan sekali lagi”, kata Vicky berharap.
Melihat keseriusan Vicky, akhirnya Wulan pun luluh. Ia pun memeluk Vicky, dan menitikan air mata.
“Maafkan aku jika beberapa hari ini aku telah mendiamkanmu. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya”, kata Wulan.
“Iya, aku janji”, kata Vicky.
Dinginnya malam membuat mereka semakin mempererat dekapannya masing-masing. Mereka pun tersentak oleh bunyi sms dari Abit.
“Vicky, aku diterima. Mulai sekarang aku juga akan berubah”
Kini Abit dan Lisa telah menikmati indahnya binar-binar cinta. Vicky dan Wulan pun berusaha menjaga cinta mereka selamanya. Mereka juga berjanji akan menjalani kehidupan bersama dalam indahnya cinta dan kasih sayang.
****** USAF ******
Oleh: Addin Fikry Nurullah
Sebuah motor merah melaju dengan kencang membelah jalan pendidikan. Dua cowok yang mengendarainya pun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sepanjang kiri dan kanan jalan.Tapi sepertinya kedua cowok tadi cuek saja dengan tanggapan orang-orang.
“Tuh kan Vick, acaranya masih lama. Kamu sih buru-buru, padahalkan ini baru pukul 14.45”, kata Abit pada Vicky yang masih kesal karena tadi dia belum mempersiapkan diri dengan maksimal.”Kita ngapain nih, acaranya kan masih lama”, kata Abit. ”Itu Udin, kayaknya dia mau kesini”, kata Vicky.
“Udin, kamu mau kemana?” Tanya Abit. “Aku nggak kemana-mana.Aku datang kesini mau mengajak kalian main bola.Orang-orang yang kemarin kayaknya belum kapok kita kalahkan.Sekarang mereka menunggu kita di tempat yang kemarin”, Udin mencoba memberikan informasi.
“Hari ini aku dan Vicky nggak bisa ikut.Soalnya kita mau nonton orang yang gerak jalan”, Abit memberi alasan. ”Ya udah, kalau kalian nggak ikutan aku juga nggak deh. Aku malas main satu tim dengan Bondan”, kata Udin.”Lihat, marching bandnya udah di mulai. Sepertinya gerak jalannya juga akan di mulai”, kata Vicky sambil menunjuk. ”Ngomong-ngomong kata Made marching band sekolah kita juga tampil”, kata Abit. ”Mungkin yang sedang berbaris itu”, kata Udin sambil menunjuk sekelompok orang yang sedang berbaris.
“Oh iya benar, aku pernah lihat Imah memakai topi yang seperti itu”, kata Vicky yang baru mengingat sesuatu. Rombongan marching band itu pun mulai berjalan perlahan, kemudian berhenti tepat di depan cowok tadi.
“Cewek-cewek SMANSA kece juga ya?” komentar Udin. “Iya dong, SMANSA gitu loh”, kata Vicky mencoba meng-iklankan sekolahnya.
Kemudian Vicky memperhatikan seluruh anggota klub marching tersebut satu persatu. Lalu Vicky merasa ada yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Mulanya dia pura-pura tidak tahu, dan menunduk. Karena penasaran dia pun mengangkat kepalanya. Dan benar, seorang gadis yang berada di barisan belakang memang memperhatikan dirinya sejak tadi. Vicky memang sudah curiga kalau gadis itu memang menyimpan rasa padanya. Sebab, sudah sering ia memergoki gadis itu memandangnya dengan pandangan aneh. Tapi Vicky pura-pura cuek pada gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga memiliki rasa pada gadis itu.
Vicky akhirnya juga melirik gadis itu dan memberikan senyum. Gadis itu jadi salah tingkah. Bahkan ketika rombongan marching itu akan melanjutkan perjalanannya, gadis itu terpisah dari barisan dan permainan terompetnya agak kurang kompak dengan teman-temannya. Melihat kejadian itu, Vicky hanya tertawa di dalam hati
Dering handphone membuyarkan lamunan Vicky. Setelah melihat nomornya ia pun mengangkat telpon tersebut.
“Halo, ada apa Nind?” kata Vicky. Nindy yang meneleponnya pun langsung menjawab. “Nggak ada apa-apa sih. Aku Cuma kangen aja sama kamu”. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nindy, Vicky tersenyum. Lalu berkata, “Bukannya kemarin kita udah jalan? Masa hari ini langsung kangen?” . Gadis itu langsung menjawab, “Iya beneran, aku kangen banget sama kamu. Hari ini kita jalan yuk”. Karena masih ingin melihat orang yang gerak jalan, Vicky pun menolak permintaan gadis itu. Siapa tahu ada bidadari yang ikut gerak jalan. Begitu pikirnya, lalu ia menjawab, “Maaf ya sayang, hari ini aku nggak bisa jalan sama kamu. Soalnya aku udah janjian sama Udin dan Abit. Udah dulu ya sayang, aku udah dipanggil. Bye”.
Beberapa cewek cantik lewat di depan mereka. Abit pun langsung menggoda gadis-gadis itu. Setelah berkenalan dengan Abit, cewek tinggi berkacamata mendekati Vicky, lalu mengajaknya berkenalan.
“Cowok, boleh kenalan nggak?”. Sambil mengulurkan tangannya. Karena cewek itu lumayan cantik, ia pun mau. Lalu ia meraih tangan gadis itu. “Boleh, namaku Vicky. Nama kamu siapa?”, Tanya Vicky sambil melempar senyum. Gadis itu pun langsung gugup. Tetapi akhirnya ia dapat menguasai dirinya. Dan menjawab, “Namaku Desi”. Setelah mendapat cukup informasi termasuk nomor handphone cowok-cowok itu, cewek-cewek tadi pun pamit
Melihat tingkah kedua temannya, Udin pun langsung menyindir mereka. “Dasar buaya, simpanan kalian berdua tuh gentayangan dimana-mana. Apa mereka semua belum cukup?”, kata Udin.
“Bukannya gitu Udin, kita berdua nih belum menemukan yang klik banget”, Abit memberi alasan. “Lagian juga, kami kan pecinta sejati. Masa pacarnya Cuma satu atau dua? Kan membosankan”, kata Vicky menambahkan.
“Terserah kalian deh, awas kalau kalian patah hati”, kata Udin cuek. “Oh itu nggak mungkin. Pecinta sejati tidak mengenal patah hati. Bagi kita, hilang satu tumbuh seribu”, jawab Abit. Mendengar jawaban kedua temannya itu, Udin hanya geleng-geleng kepala saja.
Vario hitam bergaris merah muda melaju pelan dan berhenti di persimpangan jalan. Kedua dara yang mengendarainya pun turun. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, termasuk Vicky dan teman-temannya. Kedua gadis itu adalah Wulan dan Riska. Mereka satu sekolah dengan Vicky dan Abit. Wulan sendiri merupakan gadis yang sangat dicintai oleh Vicky. Dia mau melakukan apa saja demi gadis itu. Termasuk menghentikan petulangan cintanya. Sebenarnya Wulan juga menyimpan rasa pada Vicky. Tetapi Vicky tidak mengetahuinya . Karena setiap bertemu dengan Vicky, gadis itu selalu cuek.
Abit yang mengetahui kalau Vicky suka pada gadis itu langsung menyindir Vicky. “Jangan Cuma mengawasi di balik topeng. Kalau beneran suka, dekati dia lalu tembak.Gampang kan? Apa susahnya sih melakukan itu?”, kata Abit sambil bersenggolan dengan Udin.
Vicky yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. “Lihatlah keadaan dirimu sebelum menilai orang lain. Kalau kamu memang berani melakukannya, kenapa kamu tidak melakukan itu pada Lisa?”, balas Vicky.
“Aku belum melakukannya karena belum ada moment yang tepat untuk nembak”, kata Abit.
“Udahlah, nggak usah banyak alasan. Bilang aja kalau kamu memang nggak berani”, kata Vicky berusaha mematikan Abit.
Abit yang malas berdebat dengan Vicky akhirnya mengalah. “Terserah kamu deh”, kata Abit. Lalu sebuah ide terlintas di pikiran Abit. Ia ingin menantang Vicky beradu nyali. Lalu ia berkata, “Kalau kamu beneran bisa mendapatkan Wulan. Bawa dia kehadapanku selambat-lambatnya hari minggu besok pukul 18.00 sore”, kata Abit menantang Vicky.
“Oke, jika aku berhasil kamu harus mentraktirku di kantin sekolah selama 2 minggu. Tapi, jika aku gagal, kamu yang aku traktir. Gimana?”, jawab Vicky meyakinkan.
“Oke, deal”!!!, kata Abit
*USAF*
Hari sabtu sepulang sekolah, Vicky menyiapkan segala sesuatunya. Tepat pukul 16.00 ia berangkat ke rumah Wulan. Karena Wulan punya counter pulsa, Vicky kesana dengan alasan mau isi pulsa. Jantung Vicky berdetak kencang ketika memasuki pekarangan rumah gadis itu. Wulan yang sedang duduk di depan rumahnya kaget melihat kedatangan Vicky. Entah mengapa gadis itu merasa ada yang lain hari ini dari cowok itu. Saat melihat Vicky membawa bunga, Wulan sangat senang. Ia pun berdo,a di dalam hatinya semoga bunga itu untuknya.
Ketika mereka berhadapan, Vicky langsung mencari alasan. “Aku mau isi pulsa. Pulsa kartu As yang 15 ada nggak?”, kata Vicky.
“Ada, nomornya berapa?”, jawab Wulan sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan harapannya. Setelah memberikan uang kembalian pada cowok itu, Wulan pun berbalik. Tapi sebelum ia melangkah, dengan cepat Vicky meraih tangannya.
“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu”, kata Vicky. Wulan pun berbalik dan berkata, “Kamu mau ngomong apa?”.
“Aku…Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”, kata Vicky tanpa pikir panjang.
Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Vicky, Wulan kaget dan hampir tidak percaya. Dengan sedikit keberaniannya, ia pn menjawab, “Aku juga suka sama kamu, dan…Aku mau jadi pacar kamu”, kata Wulan sepenuh hati.
Lalu setelah pamit dengan Ibunya di dalam, Wulan jalan dengan Vicky. Kemudian Vicky mengajak Wulan ke rumah Abit, dengan alasan ada yang mau dia ambil. Padahal dia mau menuntaskan tantangan Abit.
Abit sangat kaget ketika melihat Vicky datang dengan Wulan sambil bergandengan tangan. “Gila, cepat sekali kamu mendapatkan dia. Aku pikir kamu tidak berani melakukannya”, kata Abit.
“Aku tidak sepengecut dirimu, oh iya, mulai hari Senin besok jangan lupa kewajibanmu”, kata Vicky mengingatkan Abit. Kemudian ia dan Wulan pun pamit.
Perjalanan kedua pasangan itu pun berlanjut ke pantai. Mereka pun menikmati kebersamaan mereka. Wulan memeluk Vicky dengan erat, seakan dia tak mau kehilangan Vicky.
*USAF*
Dua minggu ini wajah Vicky lebih cerah dari biasanya. Karena sekarang ia sudah meraih cinta yang diimpi-impikannya sejak dulu. Ia pun bertekad akan menghentikan petualangan cintanya dan berubah. Sore harinya ketika ia sedang jalan dengan Wulan, ia bertemu dengan Nindy. Ketika melihat kemesraan Vicky dan Wulan, ia pun langsung naik pitam. Lalu ia pun mendekati mereka.
“Sayang, siapa gadis ini?”, Tanya Nindy memancing memancingWulan.”Seharusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Datang-datang langsung memanggil pacarku dengan kata sayang”, jawab Wulan.
“Oh, jadi kamu belum tahu ya? Aku juga pacarnya Vicky”, kata Nindy. Mendengar jawaban Nindy, Wulan pun merah mukanya karena marah.
“Vick, apa benar dia pacar kamu?”, Tanya Wulan pada Vicky. Belum sempat Vicky menjawab, Plak!!!...tangan Wulan mendarat di pipi Vicky, dan ia pun pergi meninggalkan Vicky dan Nindy.
“Wulan, tunggu, kamu dengar dulu penjelasan dari aku”, kata Vicky mencoba menahan Wulan.
“Tidak, ku rasa semuanya sudah jelas. Ternyata kamu bermain cinta dengan gadis lain di belakangku”, kata Wulan. Wulan pun pergi meninggalkan Vicky seorang diri. Rasa sedih dan kecewa kini menyelimuti hatinya.
Kemudian Vicky berbalik menghampiri Nindy.
“Puas kamu sekarang!!!.... Mulai saat ini kita putus. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal”, kata Vicky memarahi Nindy. Lalu Vicky pun pergi dari tempat itu dengan perasaan hancur. Untunglah tempat itu masih sepi, jadi tidak ada orang yang melihat kejadian tadi.
*USAF*
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Vicky dan Wulan tidak saling bicara. Sudah beberapa kali Vicky mencoba untuk meminta maaf pada Wulan, termasuk mendatangi rumahnya. Tetapi tidak berhasil, kini ia hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi.
“Sudahlah, masih banyak gadis di luar sana yang mengantre untuk jadi pacar kamu”, kata Abit menghibur.
“Tapi yang ini beda. Dia cinta sejatiku.”, Vicky mencoba menjelaskan.
“Begini saja, malam ini kamu datangi saja rumahnya lagi.Kalau kamu nggak berani pergi sendiri, biar aku yang akan mengantarmu kesana”, kata Abit memberi usul.
“Tapi aku harus bilang apa ketika berhadapan dengan Wulan? Bertemu dengannya saja aku nggak berani”, kata Vicky.
“Yakinkan dirimu, kalau kamu bisa mlakukannya”, kata Abit.
“Oke deh, aku coba. Tapi aku pergi sendiri saja, nanti kamu gangguin lagi,”kata Vicky.
“Siapa juga yang mau ngantarin kamu. Ini kan malam Valentine, malam ini aku mau tembak Lisa”, kata Abit.
“Semoga berhasil ya”, kata Vicky. “Iya, kamu juga”, kata Abit.
Tepat pukul 19.05, Vicky sampai di rumahnya Wulan. Tapi dia masih ragu untuk masuk. Lalu ia mengsms Wulan.
“Aku mohon, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ijinkan aku bicara.Aku tunggu kamu diluar”.
Wulan pun keluar, sebenarnya ia tersiksa jika terpisah lama dengan Vicky. Namun karena ini kesalahan Vicky, ia gengsi untuk menemuinya.
“Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku rasa semuanya telah berakhir”, kata Wulan saat mereka bertemu.
“Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku. Aku tahu… mungkin kesalahanku tidak termaafkan. Tapi please…. Berikan aku kesempatan sekali lagi”, kata Vicky berharap.
Melihat keseriusan Vicky, akhirnya Wulan pun luluh. Ia pun memeluk Vicky, dan menitikan air mata.
“Maafkan aku jika beberapa hari ini aku telah mendiamkanmu. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya”, kata Wulan.
“Iya, aku janji”, kata Vicky.
Dinginnya malam membuat mereka semakin mempererat dekapannya masing-masing. Mereka pun tersentak oleh bunyi sms dari Abit.
“Vicky, aku diterima. Mulai sekarang aku juga akan berubah”
Kini Abit dan Lisa telah menikmati indahnya binar-binar cinta. Vicky dan Wulan pun berusaha menjaga cinta mereka selamanya. Mereka juga berjanji akan menjalani kehidupan bersama dalam indahnya cinta dan kasih sayang.
****** USAF ******
cerpen
PECINTA SEJATI
Oleh: Addin Fikry Nurullah
Sebuah motor merah melaju dengan kencang membelah jalan pendidikan. Dua cowok yang mengendarainya pun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sepanjang kiri dan kanan jalan.Tapi sepertinya kedua cowok tadi cuek saja dengan tanggapan orang-orang.
“Tuh kan Vick, acaranya masih lama. Kamu sih buru-buru, padahalkan ini baru pukul 14.45”, kata Abit pada Vicky yang masih kesal karena tadi dia belum mempersiapkan diri dengan maksimal.”Kita ngapain nih, acaranya kan masih lama”, kata Abit. ”Itu Udin, kayaknya dia mau kesini”, kata Vicky.
“Udin, kamu mau kemana?” Tanya Abit. “Aku nggak kemana-mana.Aku datang kesini mau mengajak kalian main bola.Orang-orang yang kemarin kayaknya belum kapok kita kalahkan.Sekarang mereka menunggu kita di tempat yang kemarin”, Udin mencoba memberikan informasi.
“Hari ini aku dan Vicky nggak bisa ikut.Soalnya kita mau nonton orang yang gerak jalan”, Abit memberi alasan. ”Ya udah, kalau kalian nggak ikutan aku juga nggak deh. Aku malas main satu tim dengan Bondan”, kata Udin.”Lihat, marching bandnya udah di mulai. Sepertinya gerak jalannya juga akan di mulai”, kata Vicky sambil menunjuk. ”Ngomong-ngomong kata Made marching band sekolah kita juga tampil”, kata Abit. ”Mungkin yang sedang berbaris itu”, kata Udin sambil menunjuk sekelompok orang yang sedang berbaris.
“Oh iya benar, aku pernah lihat Imah memakai topi yang seperti itu”, kata Vicky yang baru mengingat sesuatu. Rombongan marching band itu pun mulai berjalan perlahan, kemudian berhenti tepat di depan cowok tadi.
“Cewek-cewek SMANSA kece juga ya?” komentar Udin. “Iya dong, SMANSA gitu loh”, kata Vicky mencoba meng-iklankan sekolahnya.
Kemudian Vicky memperhatikan seluruh anggota klub marching tersebut satu persatu. Lalu Vicky merasa ada yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Mulanya dia pura-pura tidak tahu, dan menunduk. Karena penasaran dia pun mengangkat kepalanya. Dan benar, seorang gadis yang berada di barisan belakang memang memperhatikan dirinya sejak tadi. Vicky memang sudah curiga kalau gadis itu memang menyimpan rasa padanya. Sebab, sudah sering ia memergoki gadis itu memandangnya dengan pandangan aneh. Tapi Vicky pura-pura cuek pada gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga memiliki rasa pada gadis itu.
Vicky akhirnya juga melirik gadis itu dan memberikan senyum. Gadis itu jadi salah tingkah. Bahkan ketika rombongan marching itu akan melanjutkan perjalanannya, gadis itu terpisah dari barisan dan permainan terompetnya agak kurang kompak dengan teman-temannya. Melihat kejadian itu, Vicky hanya tertawa di dalam hati
Dering handphone membuyarkan lamunan Vicky. Setelah melihat nomornya ia pun mengangkat telpon tersebut.
“Halo, ada apa Nind?” kata Vicky. Nindy yang meneleponnya pun langsung menjawab. “Nggak ada apa-apa sih. Aku Cuma kangen aja sama kamu”. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nindy, Vicky tersenyum. Lalu berkata, “Bukannya kemarin kita udah jalan? Masa hari ini langsung kangen?” . Gadis itu langsung menjawab, “Iya beneran, aku kangen banget sama kamu. Hari ini kita jalan yuk”. Karena masih ingin melihat orang yang gerak jalan, Vicky pun menolak permintaan gadis itu. Siapa tahu ada bidadari yang ikut gerak jalan. Begitu pikirnya, lalu ia menjawab, “Maaf ya sayang, hari ini aku nggak bisa jalan sama kamu. Soalnya aku udah janjian sama Udin dan Abit. Udah dulu ya sayang, aku udah dipanggil. Bye”.
Beberapa cewek cantik lewat di depan mereka. Abit pun langsung menggoda gadis-gadis itu. Setelah berkenalan dengan Abit, cewek tinggi berkacamata mendekati Vicky, lalu mengajaknya berkenalan.
“Cowok, boleh kenalan nggak?”. Sambil mengulurkan tangannya. Karena cewek itu lumayan cantik, ia pun mau. Lalu ia meraih tangan gadis itu. “Boleh, namaku Vicky. Nama kamu siapa?”, Tanya Vicky sambil melempar senyum. Gadis itu pun langsung gugup. Tetapi akhirnya ia dapat menguasai dirinya. Dan menjawab, “Namaku Desi”. Setelah mendapat cukup informasi termasuk nomor handphone cowok-cowok itu, cewek-cewek tadi pun pamit
Melihat tingkah kedua temannya, Udin pun langsung menyindir mereka. “Dasar buaya, simpanan kalian berdua tuh gentayangan dimana-mana. Apa mereka semua belum cukup?”, kata Udin.
“Bukannya gitu Udin, kita berdua nih belum menemukan yang klik banget”, Abit memberi alasan. “Lagian juga, kami kan pecinta sejati. Masa pacarnya Cuma satu atau dua? Kan membosankan”, kata Vicky menambahkan.
“Terserah kalian deh, awas kalau kalian patah hati”, kata Udin cuek. “Oh itu nggak mungkin. Pecinta sejati tidak mengenal patah hati. Bagi kita, hilang satu tumbuh seribu”, jawab Abit. Mendengar jawaban kedua temannya itu, Udin hanya geleng-geleng kepala saja.
Vario hitam bergaris merah muda melaju pelan dan berhenti di persimpangan jalan. Kedua dara yang mengendarainya pun turun. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, termasuk Vicky dan teman-temannya. Kedua gadis itu adalah Wulan dan Riska. Mereka satu sekolah dengan Vicky dan Abit. Wulan sendiri merupakan gadis yang sangat dicintai oleh Vicky. Dia mau melakukan apa saja demi gadis itu. Termasuk menghentikan petulangan cintanya. Sebenarnya Wulan juga menyimpan rasa pada Vicky. Tetapi Vicky tidak mengetahuinya . Karena setiap bertemu dengan Vicky, gadis itu selalu cuek.
Abit yang mengetahui kalau Vicky suka pada gadis itu langsung menyindir Vicky. “Jangan Cuma mengawasi di balik topeng. Kalau beneran suka, dekati dia lalu tembak.Gampang kan? Apa susahnya sih melakukan itu?”, kata Abit sambil bersenggolan dengan Udin.
Vicky yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. “Lihatlah keadaan dirimu sebelum menilai orang lain. Kalau kamu memang berani melakukannya, kenapa kamu tidak melakukan itu pada Lisa?”, balas Vicky.
“Aku belum melakukannya karena belum ada moment yang tepat untuk nembak”, kata Abit.
“Udahlah, nggak usah banyak alasan. Bilang aja kalau kamu memang nggak berani”, kata Vicky berusaha mematikan Abit.
Abit yang malas berdebat dengan Vicky akhirnya mengalah. “Terserah kamu deh”, kata Abit. Lalu sebuah ide terlintas di pikiran Abit. Ia ingin menantang Vicky beradu nyali. Lalu ia berkata, “Kalau kamu beneran bisa mendapatkan Wulan. Bawa dia kehadapanku selambat-lambatnya hari minggu besok pukul 18.00 sore”, kata Abit menantang Vicky.
“Oke, jika aku berhasil kamu harus mentraktirku di kantin sekolah selama 2 minggu. Tapi, jika aku gagal, kamu yang aku traktir. Gimana?”, jawab Vicky meyakinkan.
“Oke, deal”!!!, kata Abit
*USAF*
Hari sabtu sepulang sekolah, Vicky menyiapkan segala sesuatunya. Tepat pukul 16.00 ia berangkat ke rumah Wulan. Karena Wulan punya counter pulsa, Vicky kesana dengan alasan mau isi pulsa. Jantung Vicky berdetak kencang ketika memasuki pekarangan rumah gadis itu. Wulan yang sedang duduk di depan rumahnya kaget melihat kedatangan Vicky. Entah mengapa gadis itu merasa ada yang lain hari ini dari cowok itu. Saat melihat Vicky membawa bunga, Wulan sangat senang. Ia pun berdo,a di dalam hatinya semoga bunga itu untuknya.
Ketika mereka berhadapan, Vicky langsung mencari alasan. “Aku mau isi pulsa. Pulsa kartu As yang 15 ada nggak?”, kata Vicky.
“Ada, nomornya berapa?”, jawab Wulan sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan harapannya. Setelah memberikan uang kembalian pada cowok itu, Wulan pun berbalik. Tapi sebelum ia melangkah, dengan cepat Vicky meraih tangannya.
“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu”, kata Vicky. Wulan pun berbalik dan berkata, “Kamu mau ngomong apa?”.
“Aku…Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”, kata Vicky tanpa pikir panjang.
Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Vicky, Wulan kaget dan hampir tidak percaya. Dengan sedikit keberaniannya, ia pn menjawab, “Aku juga suka sama kamu, dan…Aku mau jadi pacar kamu”, kata Wulan sepenuh hati.
Lalu setelah pamit dengan Ibunya di dalam, Wulan jalan dengan Vicky. Kemudian Vicky mengajak Wulan ke rumah Abit, dengan alasan ada yang mau dia ambil. Padahal dia mau menuntaskan tantangan Abit.
Abit sangat kaget ketika melihat Vicky datang dengan Wulan sambil bergandengan tangan. “Gila, cepat sekali kamu mendapatkan dia. Aku pikir kamu tidak berani melakukannya”, kata Abit.
“Aku tidak sepengecut dirimu, oh iya, mulai hari Senin besok jangan lupa kewajibanmu”, kata Vicky mengingatkan Abit. Kemudian ia dan Wulan pun pamit.
Perjalanan kedua pasangan itu pun berlanjut ke pantai. Mereka pun menikmati kebersamaan mereka. Wulan memeluk Vicky dengan erat, seakan dia tak mau kehilangan Vicky.
*USAF*
Dua minggu ini wajah Vicky lebih cerah dari biasanya. Karena sekarang ia sudah meraih cinta yang diimpi-impikannya sejak dulu. Ia pun bertekad akan menghentikan petualangan cintanya dan berubah. Sore harinya ketika ia sedang jalan dengan Wulan, ia bertemu dengan Nindy. Ketika melihat kemesraan Vicky dan Wulan, ia pun langsung naik pitam. Lalu ia pun mendekati mereka.
“Sayang, siapa gadis ini?”, Tanya Nindy memancing memancingWulan.”Seharusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Datang-datang langsung memanggil pacarku dengan kata sayang”, jawab Wulan.
“Oh, jadi kamu belum tahu ya? Aku juga pacarnya Vicky”, kata Nindy. Mendengar jawaban Nindy, Wulan pun merah mukanya karena marah.
“Vick, apa benar dia pacar kamu?”, Tanya Wulan pada Vicky. Belum sempat Vicky menjawab, Plak!!!...tangan Wulan mendarat di pipi Vicky, dan ia pun pergi meninggalkan Vicky dan Nindy.
“Wulan, tunggu, kamu dengar dulu penjelasan dari aku”, kata Vicky mencoba menahan Wulan.
“Tidak, ku rasa semuanya sudah jelas. Ternyata kamu bermain cinta dengan gadis lain di belakangku”, kata Wulan. Wulan pun pergi meninggalkan Vicky seorang diri. Rasa sedih dan kecewa kini menyelimuti hatinya.
Kemudian Vicky berbalik menghampiri Nindy.
“Puas kamu sekarang!!!.... Mulai saat ini kita putus. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal”, kata Vicky memarahi Nindy. Lalu Vicky pun pergi dari tempat itu dengan perasaan hancur. Untunglah tempat itu masih sepi, jadi tidak ada orang yang melihat kejadian tadi.
*USAF*
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Vicky dan Wulan tidak saling bicara. Sudah beberapa kali Vicky mencoba untuk meminta maaf pada Wulan, termasuk mendatangi rumahnya. Tetapi tidak berhasil, kini ia hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi.
“Sudahlah, masih banyak gadis di luar sana yang mengantre untuk jadi pacar kamu”, kata Abit menghibur.
“Tapi yang ini beda. Dia cinta sejatiku.”, Vicky mencoba menjelaskan.
“Begini saja, malam ini kamu datangi saja rumahnya lagi.Kalau kamu nggak berani pergi sendiri, biar aku yang akan mengantarmu kesana”, kata Abit memberi usul.
“Tapi aku harus bilang apa ketika berhadapan dengan Wulan? Bertemu dengannya saja aku nggak berani”, kata Vicky.
“Yakinkan dirimu, kalau kamu bisa mlakukannya”, kata Abit.
“Oke deh, aku coba. Tapi aku pergi sendiri saja, nanti kamu gangguin lagi,”kata Vicky.
“Siapa juga yang mau ngantarin kamu. Ini kan malam Valentine, malam ini aku mau tembak Lisa”, kata Abit.
“Semoga berhasil ya”, kata Vicky. “Iya, kamu juga”, kata Abit.
Tepat pukul 19.05, Vicky sampai di rumahnya Wulan. Tapi dia masih ragu untuk masuk. Lalu ia mengsms Wulan.
“Aku mohon, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ijinkan aku bicara.Aku tunggu kamu diluar”.
Wulan pun keluar, sebenarnya ia tersiksa jika terpisah lama dengan Vicky. Namun karena ini kesalahan Vicky, ia gengsi untuk menemuinya.
“Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku rasa semuanya telah berakhir”, kata Wulan saat mereka bertemu.
“Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku. Aku tahu… mungkin kesalahanku tidak termaafkan. Tapi please…. Berikan aku kesempatan sekali lagi”, kata Vicky berharap.
Melihat keseriusan Vicky, akhirnya Wulan pun luluh. Ia pun memeluk Vicky, dan menitikan air mata.
“Maafkan aku jika beberapa hari ini aku telah mendiamkanmu. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya”, kata Wulan.
“Iya, aku janji”, kata Vicky.
Dinginnya malam membuat mereka semakin mempererat dekapannya masing-masing. Mereka pun tersentak oleh bunyi sms dari Abit.
“Vicky, aku diterima. Mulai sekarang aku juga akan berubah”
Kini Abit dan Lisa telah menikmati indahnya binar-binar cinta. Vicky dan Wulan pun berusaha menjaga cinta mereka selamanya. Mereka juga berjanji akan menjalani kehidupan bersama dalam indahnya cinta dan kasih sayang.
****** USAF ******
Oleh: Addin Fikry Nurullah
Sebuah motor merah melaju dengan kencang membelah jalan pendidikan. Dua cowok yang mengendarainya pun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sepanjang kiri dan kanan jalan.Tapi sepertinya kedua cowok tadi cuek saja dengan tanggapan orang-orang.
“Tuh kan Vick, acaranya masih lama. Kamu sih buru-buru, padahalkan ini baru pukul 14.45”, kata Abit pada Vicky yang masih kesal karena tadi dia belum mempersiapkan diri dengan maksimal.”Kita ngapain nih, acaranya kan masih lama”, kata Abit. ”Itu Udin, kayaknya dia mau kesini”, kata Vicky.
“Udin, kamu mau kemana?” Tanya Abit. “Aku nggak kemana-mana.Aku datang kesini mau mengajak kalian main bola.Orang-orang yang kemarin kayaknya belum kapok kita kalahkan.Sekarang mereka menunggu kita di tempat yang kemarin”, Udin mencoba memberikan informasi.
“Hari ini aku dan Vicky nggak bisa ikut.Soalnya kita mau nonton orang yang gerak jalan”, Abit memberi alasan. ”Ya udah, kalau kalian nggak ikutan aku juga nggak deh. Aku malas main satu tim dengan Bondan”, kata Udin.”Lihat, marching bandnya udah di mulai. Sepertinya gerak jalannya juga akan di mulai”, kata Vicky sambil menunjuk. ”Ngomong-ngomong kata Made marching band sekolah kita juga tampil”, kata Abit. ”Mungkin yang sedang berbaris itu”, kata Udin sambil menunjuk sekelompok orang yang sedang berbaris.
“Oh iya benar, aku pernah lihat Imah memakai topi yang seperti itu”, kata Vicky yang baru mengingat sesuatu. Rombongan marching band itu pun mulai berjalan perlahan, kemudian berhenti tepat di depan cowok tadi.
“Cewek-cewek SMANSA kece juga ya?” komentar Udin. “Iya dong, SMANSA gitu loh”, kata Vicky mencoba meng-iklankan sekolahnya.
Kemudian Vicky memperhatikan seluruh anggota klub marching tersebut satu persatu. Lalu Vicky merasa ada yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Mulanya dia pura-pura tidak tahu, dan menunduk. Karena penasaran dia pun mengangkat kepalanya. Dan benar, seorang gadis yang berada di barisan belakang memang memperhatikan dirinya sejak tadi. Vicky memang sudah curiga kalau gadis itu memang menyimpan rasa padanya. Sebab, sudah sering ia memergoki gadis itu memandangnya dengan pandangan aneh. Tapi Vicky pura-pura cuek pada gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga memiliki rasa pada gadis itu.
Vicky akhirnya juga melirik gadis itu dan memberikan senyum. Gadis itu jadi salah tingkah. Bahkan ketika rombongan marching itu akan melanjutkan perjalanannya, gadis itu terpisah dari barisan dan permainan terompetnya agak kurang kompak dengan teman-temannya. Melihat kejadian itu, Vicky hanya tertawa di dalam hati
Dering handphone membuyarkan lamunan Vicky. Setelah melihat nomornya ia pun mengangkat telpon tersebut.
“Halo, ada apa Nind?” kata Vicky. Nindy yang meneleponnya pun langsung menjawab. “Nggak ada apa-apa sih. Aku Cuma kangen aja sama kamu”. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nindy, Vicky tersenyum. Lalu berkata, “Bukannya kemarin kita udah jalan? Masa hari ini langsung kangen?” . Gadis itu langsung menjawab, “Iya beneran, aku kangen banget sama kamu. Hari ini kita jalan yuk”. Karena masih ingin melihat orang yang gerak jalan, Vicky pun menolak permintaan gadis itu. Siapa tahu ada bidadari yang ikut gerak jalan. Begitu pikirnya, lalu ia menjawab, “Maaf ya sayang, hari ini aku nggak bisa jalan sama kamu. Soalnya aku udah janjian sama Udin dan Abit. Udah dulu ya sayang, aku udah dipanggil. Bye”.
Beberapa cewek cantik lewat di depan mereka. Abit pun langsung menggoda gadis-gadis itu. Setelah berkenalan dengan Abit, cewek tinggi berkacamata mendekati Vicky, lalu mengajaknya berkenalan.
“Cowok, boleh kenalan nggak?”. Sambil mengulurkan tangannya. Karena cewek itu lumayan cantik, ia pun mau. Lalu ia meraih tangan gadis itu. “Boleh, namaku Vicky. Nama kamu siapa?”, Tanya Vicky sambil melempar senyum. Gadis itu pun langsung gugup. Tetapi akhirnya ia dapat menguasai dirinya. Dan menjawab, “Namaku Desi”. Setelah mendapat cukup informasi termasuk nomor handphone cowok-cowok itu, cewek-cewek tadi pun pamit
Melihat tingkah kedua temannya, Udin pun langsung menyindir mereka. “Dasar buaya, simpanan kalian berdua tuh gentayangan dimana-mana. Apa mereka semua belum cukup?”, kata Udin.
“Bukannya gitu Udin, kita berdua nih belum menemukan yang klik banget”, Abit memberi alasan. “Lagian juga, kami kan pecinta sejati. Masa pacarnya Cuma satu atau dua? Kan membosankan”, kata Vicky menambahkan.
“Terserah kalian deh, awas kalau kalian patah hati”, kata Udin cuek. “Oh itu nggak mungkin. Pecinta sejati tidak mengenal patah hati. Bagi kita, hilang satu tumbuh seribu”, jawab Abit. Mendengar jawaban kedua temannya itu, Udin hanya geleng-geleng kepala saja.
Vario hitam bergaris merah muda melaju pelan dan berhenti di persimpangan jalan. Kedua dara yang mengendarainya pun turun. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, termasuk Vicky dan teman-temannya. Kedua gadis itu adalah Wulan dan Riska. Mereka satu sekolah dengan Vicky dan Abit. Wulan sendiri merupakan gadis yang sangat dicintai oleh Vicky. Dia mau melakukan apa saja demi gadis itu. Termasuk menghentikan petulangan cintanya. Sebenarnya Wulan juga menyimpan rasa pada Vicky. Tetapi Vicky tidak mengetahuinya . Karena setiap bertemu dengan Vicky, gadis itu selalu cuek.
Abit yang mengetahui kalau Vicky suka pada gadis itu langsung menyindir Vicky. “Jangan Cuma mengawasi di balik topeng. Kalau beneran suka, dekati dia lalu tembak.Gampang kan? Apa susahnya sih melakukan itu?”, kata Abit sambil bersenggolan dengan Udin.
Vicky yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. “Lihatlah keadaan dirimu sebelum menilai orang lain. Kalau kamu memang berani melakukannya, kenapa kamu tidak melakukan itu pada Lisa?”, balas Vicky.
“Aku belum melakukannya karena belum ada moment yang tepat untuk nembak”, kata Abit.
“Udahlah, nggak usah banyak alasan. Bilang aja kalau kamu memang nggak berani”, kata Vicky berusaha mematikan Abit.
Abit yang malas berdebat dengan Vicky akhirnya mengalah. “Terserah kamu deh”, kata Abit. Lalu sebuah ide terlintas di pikiran Abit. Ia ingin menantang Vicky beradu nyali. Lalu ia berkata, “Kalau kamu beneran bisa mendapatkan Wulan. Bawa dia kehadapanku selambat-lambatnya hari minggu besok pukul 18.00 sore”, kata Abit menantang Vicky.
“Oke, jika aku berhasil kamu harus mentraktirku di kantin sekolah selama 2 minggu. Tapi, jika aku gagal, kamu yang aku traktir. Gimana?”, jawab Vicky meyakinkan.
“Oke, deal”!!!, kata Abit
*USAF*
Hari sabtu sepulang sekolah, Vicky menyiapkan segala sesuatunya. Tepat pukul 16.00 ia berangkat ke rumah Wulan. Karena Wulan punya counter pulsa, Vicky kesana dengan alasan mau isi pulsa. Jantung Vicky berdetak kencang ketika memasuki pekarangan rumah gadis itu. Wulan yang sedang duduk di depan rumahnya kaget melihat kedatangan Vicky. Entah mengapa gadis itu merasa ada yang lain hari ini dari cowok itu. Saat melihat Vicky membawa bunga, Wulan sangat senang. Ia pun berdo,a di dalam hatinya semoga bunga itu untuknya.
Ketika mereka berhadapan, Vicky langsung mencari alasan. “Aku mau isi pulsa. Pulsa kartu As yang 15 ada nggak?”, kata Vicky.
“Ada, nomornya berapa?”, jawab Wulan sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan harapannya. Setelah memberikan uang kembalian pada cowok itu, Wulan pun berbalik. Tapi sebelum ia melangkah, dengan cepat Vicky meraih tangannya.
“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu”, kata Vicky. Wulan pun berbalik dan berkata, “Kamu mau ngomong apa?”.
“Aku…Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”, kata Vicky tanpa pikir panjang.
Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Vicky, Wulan kaget dan hampir tidak percaya. Dengan sedikit keberaniannya, ia pn menjawab, “Aku juga suka sama kamu, dan…Aku mau jadi pacar kamu”, kata Wulan sepenuh hati.
Lalu setelah pamit dengan Ibunya di dalam, Wulan jalan dengan Vicky. Kemudian Vicky mengajak Wulan ke rumah Abit, dengan alasan ada yang mau dia ambil. Padahal dia mau menuntaskan tantangan Abit.
Abit sangat kaget ketika melihat Vicky datang dengan Wulan sambil bergandengan tangan. “Gila, cepat sekali kamu mendapatkan dia. Aku pikir kamu tidak berani melakukannya”, kata Abit.
“Aku tidak sepengecut dirimu, oh iya, mulai hari Senin besok jangan lupa kewajibanmu”, kata Vicky mengingatkan Abit. Kemudian ia dan Wulan pun pamit.
Perjalanan kedua pasangan itu pun berlanjut ke pantai. Mereka pun menikmati kebersamaan mereka. Wulan memeluk Vicky dengan erat, seakan dia tak mau kehilangan Vicky.
*USAF*
Dua minggu ini wajah Vicky lebih cerah dari biasanya. Karena sekarang ia sudah meraih cinta yang diimpi-impikannya sejak dulu. Ia pun bertekad akan menghentikan petualangan cintanya dan berubah. Sore harinya ketika ia sedang jalan dengan Wulan, ia bertemu dengan Nindy. Ketika melihat kemesraan Vicky dan Wulan, ia pun langsung naik pitam. Lalu ia pun mendekati mereka.
“Sayang, siapa gadis ini?”, Tanya Nindy memancing memancingWulan.”Seharusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Datang-datang langsung memanggil pacarku dengan kata sayang”, jawab Wulan.
“Oh, jadi kamu belum tahu ya? Aku juga pacarnya Vicky”, kata Nindy. Mendengar jawaban Nindy, Wulan pun merah mukanya karena marah.
“Vick, apa benar dia pacar kamu?”, Tanya Wulan pada Vicky. Belum sempat Vicky menjawab, Plak!!!...tangan Wulan mendarat di pipi Vicky, dan ia pun pergi meninggalkan Vicky dan Nindy.
“Wulan, tunggu, kamu dengar dulu penjelasan dari aku”, kata Vicky mencoba menahan Wulan.
“Tidak, ku rasa semuanya sudah jelas. Ternyata kamu bermain cinta dengan gadis lain di belakangku”, kata Wulan. Wulan pun pergi meninggalkan Vicky seorang diri. Rasa sedih dan kecewa kini menyelimuti hatinya.
Kemudian Vicky berbalik menghampiri Nindy.
“Puas kamu sekarang!!!.... Mulai saat ini kita putus. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal”, kata Vicky memarahi Nindy. Lalu Vicky pun pergi dari tempat itu dengan perasaan hancur. Untunglah tempat itu masih sepi, jadi tidak ada orang yang melihat kejadian tadi.
*USAF*
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Vicky dan Wulan tidak saling bicara. Sudah beberapa kali Vicky mencoba untuk meminta maaf pada Wulan, termasuk mendatangi rumahnya. Tetapi tidak berhasil, kini ia hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi.
“Sudahlah, masih banyak gadis di luar sana yang mengantre untuk jadi pacar kamu”, kata Abit menghibur.
“Tapi yang ini beda. Dia cinta sejatiku.”, Vicky mencoba menjelaskan.
“Begini saja, malam ini kamu datangi saja rumahnya lagi.Kalau kamu nggak berani pergi sendiri, biar aku yang akan mengantarmu kesana”, kata Abit memberi usul.
“Tapi aku harus bilang apa ketika berhadapan dengan Wulan? Bertemu dengannya saja aku nggak berani”, kata Vicky.
“Yakinkan dirimu, kalau kamu bisa mlakukannya”, kata Abit.
“Oke deh, aku coba. Tapi aku pergi sendiri saja, nanti kamu gangguin lagi,”kata Vicky.
“Siapa juga yang mau ngantarin kamu. Ini kan malam Valentine, malam ini aku mau tembak Lisa”, kata Abit.
“Semoga berhasil ya”, kata Vicky. “Iya, kamu juga”, kata Abit.
Tepat pukul 19.05, Vicky sampai di rumahnya Wulan. Tapi dia masih ragu untuk masuk. Lalu ia mengsms Wulan.
“Aku mohon, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ijinkan aku bicara.Aku tunggu kamu diluar”.
Wulan pun keluar, sebenarnya ia tersiksa jika terpisah lama dengan Vicky. Namun karena ini kesalahan Vicky, ia gengsi untuk menemuinya.
“Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku rasa semuanya telah berakhir”, kata Wulan saat mereka bertemu.
“Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku. Aku tahu… mungkin kesalahanku tidak termaafkan. Tapi please…. Berikan aku kesempatan sekali lagi”, kata Vicky berharap.
Melihat keseriusan Vicky, akhirnya Wulan pun luluh. Ia pun memeluk Vicky, dan menitikan air mata.
“Maafkan aku jika beberapa hari ini aku telah mendiamkanmu. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya”, kata Wulan.
“Iya, aku janji”, kata Vicky.
Dinginnya malam membuat mereka semakin mempererat dekapannya masing-masing. Mereka pun tersentak oleh bunyi sms dari Abit.
“Vicky, aku diterima. Mulai sekarang aku juga akan berubah”
Kini Abit dan Lisa telah menikmati indahnya binar-binar cinta. Vicky dan Wulan pun berusaha menjaga cinta mereka selamanya. Mereka juga berjanji akan menjalani kehidupan bersama dalam indahnya cinta dan kasih sayang.
****** USAF ******
chord lagu Us 4 ever
Chord Zorro Cinta sembunyi
[intro] D C#m Bm G A D
D A/C# Bm
Tak terbayangkan akhirnya kita pun berpisah
G
walau berat hatiku
D A
terbius oleh cinta
D A/C# Bm
hari-hari sepi kan melodi penghiburku
G
jiwa-jiwa yang kering
D A
engkau isi kembali
G F#m
kutahu kau sadar
G A
kau dan aku tak slamanya
[chorus]
D A/C#
cinta sembunyi yang membara
Bm
dalam hatiku
F#m
bagai jalan tak berujung
G A
itulah cinta kita
D A/C#
kasih sembunyi yang membara
Bm
dalam hatiku
F#m
bagai jalan tak berujung
G A D
itulah cinta kita hooo
Bm F#m G A
maafkanlah Tuhan atas semua rasa cinta ini
Bm F#m G A
biarkan cinta ini kusimpan di relung hatiku
[interlude] Bm F#m G A 2x
[intro] D C#m Bm G A D
D A/C# Bm
Tak terbayangkan akhirnya kita pun berpisah
G
walau berat hatiku
D A
terbius oleh cinta
D A/C# Bm
hari-hari sepi kan melodi penghiburku
G
jiwa-jiwa yang kering
D A
engkau isi kembali
G F#m
kutahu kau sadar
G A
kau dan aku tak slamanya
[chorus]
D A/C#
cinta sembunyi yang membara
Bm
dalam hatiku
F#m
bagai jalan tak berujung
G A
itulah cinta kita
D A/C#
kasih sembunyi yang membara
Bm
dalam hatiku
F#m
bagai jalan tak berujung
G A D
itulah cinta kita hooo
Bm F#m G A
maafkanlah Tuhan atas semua rasa cinta ini
Bm F#m G A
biarkan cinta ini kusimpan di relung hatiku
[interlude] Bm F#m G A 2x
chord lagu Us 4 ever
Chord Samsons Kenangan Terindah
D
Aku yang lemah tanpamu
Bm
Aku yang rentan karena
G
Cinta yang tlah hilang
D
Darimu yang mampu menyanjungku
D
Selama mata terbuka
Bm
Sampai jantung tak berdetak
G
Selama itu pun aku
D
Mampu Untuk mengenangmu
Em Bm
Darimu kutemukan hidupku
Em Bm
Bagiku kaulah cinta sejati
G E
Iye ye ye …. Uh ….
A
Bagiku engkaulah… cinta sejati…
D A
Bila yang tertulis untukku
Bm A
Adalah yang terbaik untukmu
G D
Kan kujadikan kau Kenangan
Em A
Yang terindah dalam hidupku
D A
Namun takkan mudah bagiku
Bm A
Meninggalkan jejak hidupku
G D
Yang tlah terukir abadi
Em A D
Sebagai kenangan yang terindah
D
Aku yang lemah tanpamu
Bm
Aku yang rentan karena
G
Cinta yang tlah hilang
D
Darimu yang mampu menyanjungku
D
Selama mata terbuka
Bm
Sampai jantung tak berdetak
G
Selama itu pun aku
D
Mampu Untuk mengenangmu
Em Bm
Darimu kutemukan hidupku
Em Bm
Bagiku kaulah cinta sejati
G E
Iye ye ye …. Uh ….
A
Bagiku engkaulah… cinta sejati…
D A
Bila yang tertulis untukku
Bm A
Adalah yang terbaik untukmu
G D
Kan kujadikan kau Kenangan
Em A
Yang terindah dalam hidupku
D A
Namun takkan mudah bagiku
Bm A
Meninggalkan jejak hidupku
G D
Yang tlah terukir abadi
Em A D
Sebagai kenangan yang terindah
chord lagu Us 4 ever
Chord Samsons Kenangan Terindah
D
Aku yang lemah tanpamu
Bm
Aku yang rentan karena
G
Cinta yang tlah hilang
D
Darimu yang mampu menyanjungku
D
Selama mata terbuka
Bm
Sampai jantung tak berdetak
G
Selama itu pun aku
D
Mampu Untuk mengenangmu
Em Bm
Darimu kutemukan hidupku
Em Bm
Bagiku kaulah cinta sejati
G E
Iye ye ye …. Uh ….
A
Bagiku engkaulah… cinta sejati…
D A
Bila yang tertulis untukku
Bm A
Adalah yang terbaik untukmu
G D
Kan kujadikan kau Kenangan
Em A
Yang terindah dalam hidupku
D A
Namun takkan mudah bagiku
Bm A
Meninggalkan jejak hidupku
G D
Yang tlah terukir abadi
Em A D
Sebagai kenangan yang terindah
D
Aku yang lemah tanpamu
Bm
Aku yang rentan karena
G
Cinta yang tlah hilang
D
Darimu yang mampu menyanjungku
D
Selama mata terbuka
Bm
Sampai jantung tak berdetak
G
Selama itu pun aku
D
Mampu Untuk mengenangmu
Em Bm
Darimu kutemukan hidupku
Em Bm
Bagiku kaulah cinta sejati
G E
Iye ye ye …. Uh ….
A
Bagiku engkaulah… cinta sejati…
D A
Bila yang tertulis untukku
Bm A
Adalah yang terbaik untukmu
G D
Kan kujadikan kau Kenangan
Em A
Yang terindah dalam hidupku
D A
Namun takkan mudah bagiku
Bm A
Meninggalkan jejak hidupku
G D
Yang tlah terukir abadi
Em A D
Sebagai kenangan yang terindah
chord lagu Us 4 ever
Chord Samsons Kenangan Terindah
D
Aku yang lemah tanpamu
Bm
Aku yang rentan karena
G
Cinta yang tlah hilang
D
Darimu yang mampu menyanjungku
D
Selama mata terbuka
Bm
Sampai jantung tak berdetak
G
Selama itu pun aku
D
Mampu Untuk mengenangmu
Em Bm
Darimu kutemukan hidupku
Em Bm
Bagiku kaulah cinta sejati
G E
Iye ye ye …. Uh ….
A
Bagiku engkaulah… cinta sejati…
D A
Bila yang tertulis untukku
Bm A
Adalah yang terbaik untukmu
G D
Kan kujadikan kau Kenangan
Em A
Yang terindah dalam hidupku
D A
Namun takkan mudah bagiku
Bm A
Meninggalkan jejak hidupku
G D
Yang tlah terukir abadi
Em A D
Sebagai kenangan yang terindah
D
Aku yang lemah tanpamu
Bm
Aku yang rentan karena
G
Cinta yang tlah hilang
D
Darimu yang mampu menyanjungku
D
Selama mata terbuka
Bm
Sampai jantung tak berdetak
G
Selama itu pun aku
D
Mampu Untuk mengenangmu
Em Bm
Darimu kutemukan hidupku
Em Bm
Bagiku kaulah cinta sejati
G E
Iye ye ye …. Uh ….
A
Bagiku engkaulah… cinta sejati…
D A
Bila yang tertulis untukku
Bm A
Adalah yang terbaik untukmu
G D
Kan kujadikan kau Kenangan
Em A
Yang terindah dalam hidupku
D A
Namun takkan mudah bagiku
Bm A
Meninggalkan jejak hidupku
G D
Yang tlah terukir abadi
Em A D
Sebagai kenangan yang terindah
chord lagu Us 4 ever
Chord Peterpan Semua Tentang Kita
Intro: C G Am Em F C Am G (2x)
C G Am Em
Waktu terasa semakin berlalu
F C Am G
Tinggalkan cerita tentang kita
C G Am Em
Akan tiada lagi kini tawamu
F C Am G
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Reff :
C Bm Am Em
Ada cerita tentang aku dan dia
F C Am G
Dan kita bersama saat dulu kala
C Bm Am Em
Ada cerita tentang masa yang indah
F C Am G
Saat kita berduka saat kita tertawa
Int : C G Am Em F C Am G (2x)
C G Am Em
Teringat disaat kita tertawa bersama
F C Am G
Ceritakan semua tentang kita
Back To Reff
Coda : C G Am Em F C Am G
Intro: C G Am Em F C Am G (2x)
C G Am Em
Waktu terasa semakin berlalu
F C Am G
Tinggalkan cerita tentang kita
C G Am Em
Akan tiada lagi kini tawamu
F C Am G
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Reff :
C Bm Am Em
Ada cerita tentang aku dan dia
F C Am G
Dan kita bersama saat dulu kala
C Bm Am Em
Ada cerita tentang masa yang indah
F C Am G
Saat kita berduka saat kita tertawa
Int : C G Am Em F C Am G (2x)
C G Am Em
Teringat disaat kita tertawa bersama
F C Am G
Ceritakan semua tentang kita
Back To Reff
Coda : C G Am Em F C Am G
chord lagu Us 4 ever
Chord Peterpan Lihat Langkahku
Intro: C G D
C G Am
Lihat langkahku
C G Am
Tak lagi ku mengingat tentangmu
C D
Tiada beban tersisa
Em D G
Yang tertanam dijiwa
C G Am
Rapuhkan cinta yang tlah membeku
(*)
Am Bm
terang telah membawaku
C D
Menjauh dan hilang
Reff 1:
C Em D
Ku mengharapkan engkau
Am
Jauh tak kembali
C Em D
Bawa semua tangisan itu
Int:C G D 2x
C G Am
Lihat langkahku
C G Am
Tak pernah ku mengingat tentangmu
C D
Jiwa ini telah lelah
Em D G
Dan semakin menyiksa
C G Am
Tak pernah ku berharap kembali
Kembali ke(*)
Reff 2:
C Em D
Ku mengharapkan engkau
Am
Jauh tak kembali
C Em D
Bawa semua tangisan itu
C Em D
Kau membalut perih
Am
Sesakkan jiwaku
C Em D
Hempaskan semua rasa
Int:Am Bm C G
C Em G D (2X)
Kembali ke reff 2
Intro: C G D
C G Am
Lihat langkahku
C G Am
Tak lagi ku mengingat tentangmu
C D
Tiada beban tersisa
Em D G
Yang tertanam dijiwa
C G Am
Rapuhkan cinta yang tlah membeku
(*)
Am Bm
terang telah membawaku
C D
Menjauh dan hilang
Reff 1:
C Em D
Ku mengharapkan engkau
Am
Jauh tak kembali
C Em D
Bawa semua tangisan itu
Int:C G D 2x
C G Am
Lihat langkahku
C G Am
Tak pernah ku mengingat tentangmu
C D
Jiwa ini telah lelah
Em D G
Dan semakin menyiksa
C G Am
Tak pernah ku berharap kembali
Kembali ke(*)
Reff 2:
C Em D
Ku mengharapkan engkau
Am
Jauh tak kembali
C Em D
Bawa semua tangisan itu
C Em D
Kau membalut perih
Am
Sesakkan jiwaku
C Em D
Hempaskan semua rasa
Int:Am Bm C G
C Em G D (2X)
Kembali ke reff 2
chord lagu Us 4 ever
Chord Peterpan Di Atas Normal
[Intro] Am Em Am Em (2x)
Am Em Am Em
Pikiranku tak dapat ku mengerti
Am Em Am Em
Kaki di kepala kepala di kaki
Am Em Am Em
Pikiranku patutnya menyadari
Am Em Am Em
Siapa yang harus dan tak harus ku cari
F G Am
Tetapi tak dapatku mengerti
[Int] Am Em Am Em (3x)
Am Em Am Em
Sesuatu yang baru ku sadari
Am Em Am Em
Kau tinggalkanku tanpa sebab yang pasti
Am Em Am Em
Sesuatu yang harusnya terjadi
Am Em Am Em
Kau sakiti aku kau yang harus ku benci
F G F G Am
Tetapi tak dapatku menyesal dapatku mengerti
[Int] Am Em Am Em (4x)
F G F
Tetapi tak dapatku menertawai
G F G Am
Dapatku menertawai dapatku mengerti
[chorus]
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari sesuatu yang telah mati
F G
Ku mencari hati yang ku benci
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari sesuatu yang tak kembali
F G
Ku mencari hati yang ku benci
[Int] Am Em Am Em (8x)
F G F
Tetapi tak dapatku menertawai
G F G
Dapatku menertawai dapatku
F G
Menertawai dapatku mengerti
[chorus]
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari sesuatu yang telah mati
F G
Ku mencari hati yang ku benci
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari sesuatu yang tak kembali
F G
Ku mencari hati yang ku benci
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari tetap tak dapat ku temui
F G
Ku mencari hati yang ku benci
[Coda] Am Em Am Em (2x)
[Intro] Am Em Am Em (2x)
Am Em Am Em
Pikiranku tak dapat ku mengerti
Am Em Am Em
Kaki di kepala kepala di kaki
Am Em Am Em
Pikiranku patutnya menyadari
Am Em Am Em
Siapa yang harus dan tak harus ku cari
F G Am
Tetapi tak dapatku mengerti
[Int] Am Em Am Em (3x)
Am Em Am Em
Sesuatu yang baru ku sadari
Am Em Am Em
Kau tinggalkanku tanpa sebab yang pasti
Am Em Am Em
Sesuatu yang harusnya terjadi
Am Em Am Em
Kau sakiti aku kau yang harus ku benci
F G F G Am
Tetapi tak dapatku menyesal dapatku mengerti
[Int] Am Em Am Em (4x)
F G F
Tetapi tak dapatku menertawai
G F G Am
Dapatku menertawai dapatku mengerti
[chorus]
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari sesuatu yang telah mati
F G
Ku mencari hati yang ku benci
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari sesuatu yang tak kembali
F G
Ku mencari hati yang ku benci
[Int] Am Em Am Em (8x)
F G F
Tetapi tak dapatku menertawai
G F G
Dapatku menertawai dapatku
F G
Menertawai dapatku mengerti
[chorus]
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari sesuatu yang telah mati
F G
Ku mencari hati yang ku benci
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari sesuatu yang tak kembali
F G
Ku mencari hati yang ku benci
Am Em F G Am Em
Oooh... ku mencari tetap tak dapat ku temui
F G
Ku mencari hati yang ku benci
[Coda] Am Em Am Em (2x)
chord lagu Us 4 ever
Chord Iwan Fals Yang Terlupakan
Intro : D A Bm A
G D Em G Gm D
D A Bm A
Denting piano kala jemari menari
G D Em G
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Gm D
Saat datang rintik hujan
F#m Bm
bersama sebuah bayang
G A D A G
Yang pernah terlupakan
(*)
D A Bm A
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
G D Em G
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Gm D F#m Bm
Seperti menjelma waktu aku tertawa
G A D
Kala memberimu dosa
D D/C# Bm A Bm A D
Da..ra O....maafkanlah
A Bm A G
Da..ra O....maafkanlah
Chorus :
D F#m Bm A
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
D F#m Bm A
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
G Gm D Bm
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
G A D
Namun senyum mu tetap mengikuti
D F#m Bm G F#m Em 2X end A
La la la
Back to : (*)
Int : A Bm A D A Bm G
Intro : D A Bm A
G D Em G Gm D
D A Bm A
Denting piano kala jemari menari
G D Em G
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Gm D
Saat datang rintik hujan
F#m Bm
bersama sebuah bayang
G A D A G
Yang pernah terlupakan
(*)
D A Bm A
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
G D Em G
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Gm D F#m Bm
Seperti menjelma waktu aku tertawa
G A D
Kala memberimu dosa
D D/C# Bm A Bm A D
Da..ra O....maafkanlah
A Bm A G
Da..ra O....maafkanlah
Chorus :
D F#m Bm A
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
D F#m Bm A
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
G Gm D Bm
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
G A D
Namun senyum mu tetap mengikuti
D F#m Bm G F#m Em 2X end A
La la la
Back to : (*)
Int : A Bm A D A Bm G
chord lagu Us 4 ever
Chord Iwan Fals Yang Terlupakan
Intro : D A Bm A
G D Em G Gm D
D A Bm A
Denting piano kala jemari menari
G D Em G
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Gm D
Saat datang rintik hujan
F#m Bm
bersama sebuah bayang
G A D A G
Yang pernah terlupakan
(*)
D A Bm A
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
G D Em G
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Gm D F#m Bm
Seperti menjelma waktu aku tertawa
G A D
Kala memberimu dosa
D D/C# Bm A Bm A D
Da..ra O....maafkanlah
A Bm A G
Da..ra O....maafkanlah
Chorus :
D F#m Bm A
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
D F#m Bm A
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
G Gm D Bm
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
G A D
Namun senyum mu tetap mengikuti
D F#m Bm G F#m Em 2X end A
La la la
Back to : (*)
Int : A Bm A D A Bm G
Intro : D A Bm A
G D Em G Gm D
D A Bm A
Denting piano kala jemari menari
G D Em G
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Gm D
Saat datang rintik hujan
F#m Bm
bersama sebuah bayang
G A D A G
Yang pernah terlupakan
(*)
D A Bm A
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
G D Em G
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Gm D F#m Bm
Seperti menjelma waktu aku tertawa
G A D
Kala memberimu dosa
D D/C# Bm A Bm A D
Da..ra O....maafkanlah
A Bm A G
Da..ra O....maafkanlah
Chorus :
D F#m Bm A
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
D F#m Bm A
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
G Gm D Bm
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
G A D
Namun senyum mu tetap mengikuti
D F#m Bm G F#m Em 2X end A
La la la
Back to : (*)
Int : A Bm A D A Bm G
chord lagu Us 4 ever
Chord Iwan Fals Yang Terlupakan
Intro : D A Bm A
G D Em G Gm D
D A Bm A
Denting piano kala jemari menari
G D Em G
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Gm D
Saat datang rintik hujan
F#m Bm
bersama sebuah bayang
G A D A G
Yang pernah terlupakan
(*)
D A Bm A
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
G D Em G
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Gm D F#m Bm
Seperti menjelma waktu aku tertawa
G A D
Kala memberimu dosa
D D/C# Bm A Bm A D
Da..ra O....maafkanlah
A Bm A G
Da..ra O....maafkanlah
Chorus :
D F#m Bm A
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
D F#m Bm A
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
G Gm D Bm
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
G A D
Namun senyum mu tetap mengikuti
D F#m Bm G F#m Em 2X end A
La la la
Back to : (*)
Int : A Bm A D A Bm G
Intro : D A Bm A
G D Em G Gm D
D A Bm A
Denting piano kala jemari menari
G D Em G
Nada merambat pelan di kesunyian malam
Gm D
Saat datang rintik hujan
F#m Bm
bersama sebuah bayang
G A D A G
Yang pernah terlupakan
(*)
D A Bm A
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
G D Em G
Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata
Gm D F#m Bm
Seperti menjelma waktu aku tertawa
G A D
Kala memberimu dosa
D D/C# Bm A Bm A D
Da..ra O....maafkanlah
A Bm A G
Da..ra O....maafkanlah
Chorus :
D F#m Bm A
Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi
D F#m Bm A
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
G Gm D Bm
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
G A D
Namun senyum mu tetap mengikuti
D F#m Bm G F#m Em 2X end A
La la la
Back to : (*)
Int : A Bm A D A Bm G
chord lagu Us 4 ever
Chord Iwan Fals JENDELA KELAS SATU
Intro : D Bm D Bm
D A G D
Duduk dipojok bangku deretan belakang
D A Bm
Didalam kelas penuh dengan obrolan
A G D
Selalu mengacau laju khayalan
D A G D
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
D A Bm
Dari sana pula aku mulai mengenal
A G D
Seraut wajah berisi lamunan
Interlude: D C#m Bm A G DEm A
D C#m Bm A D
D A G D
Bibir merekah dan merah selalu basah
D A Bm
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
A G D
Tinggi semampai gadis idaman
Reff :
F#m Bm
Kau datang membawa
F#m Bm
Sebuah cerita
G D A D
Dari mu itu pasti lagu ini tercipta
G D A D
Dari mu itu pasti lagu ini tercipta
Interlude : G F#m Bm A G Bm
G F#m G C Bm A Bm G Bm A Bm G Bm
D A G D
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
D A Bm
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
A G D
Datang mengetuk pintu hatiku
Balik ke Reff
Intro : D Bm D Bm
D A G D
Duduk dipojok bangku deretan belakang
D A Bm
Didalam kelas penuh dengan obrolan
A G D
Selalu mengacau laju khayalan
D A G D
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
D A Bm
Dari sana pula aku mulai mengenal
A G D
Seraut wajah berisi lamunan
Interlude: D C#m Bm A G DEm A
D C#m Bm A D
D A G D
Bibir merekah dan merah selalu basah
D A Bm
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
A G D
Tinggi semampai gadis idaman
Reff :
F#m Bm
Kau datang membawa
F#m Bm
Sebuah cerita
G D A D
Dari mu itu pasti lagu ini tercipta
G D A D
Dari mu itu pasti lagu ini tercipta
Interlude : G F#m Bm A G Bm
G F#m G C Bm A Bm G Bm A Bm G Bm
D A G D
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
D A Bm
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
A G D
Datang mengetuk pintu hatiku
Balik ke Reff
22 November 2010
chord lagu Us 4 ever
Chord josh groban you raise me up
Intro: Eb Ab Eb...Eb Ab Bb...Bb7 Ab Bb Gm Cm...Eb Bb Eb
Verse 1:
Eb Ab Eb
When I am down and, oh my soul, so weary;
Eb Ab Eb Bb Bb7
When troubles come and my heart burdened be;
Ab Bb Gm Cm
Then, I am still and wait here in the silence,
Eb Bb Eb Bb7
Until you come and sit awhile with me.
Chorus 1:
Ab Bb Eb Bb7
You raise me up, so I can stand on mountains;
Ab Bb Eb Bb7
You raise me up, to walk on stormy seas;
Ab Bb Eb Ab
I am strong, when I am on your shoulders;
Eb Bb Eb
You raise me up: To more than I can be.
Instrumental: F Bb F...F Bb C Bb C Am Dm F C F
Chorus 2:
C7 Bb C F C7
You raise me up, so I can stand on mountains;
C7 Bb C F
You raise me up, to walk on stormy seas;
C7 F C F C7
I am strong, when I am on your shoulders;
F C Bb F
You raise me up: To more than I can be.
Chorus 3:
C#7 F# C# F#
You raise me up, so I can stand on mountains;
C#7 F# C# F#
You raise me up, to walk on stormy seas;
C#6 F# C# F# C#7
I am strong, when I am on your shoulders;
F# C# B F#
You raise me up: To more than I can be.
(Repeat Chorus 3)
F# C# B F#
You raise me up: To more than I can be.
Intro: Eb Ab Eb...Eb Ab Bb...Bb7 Ab Bb Gm Cm...Eb Bb Eb
Verse 1:
Eb Ab Eb
When I am down and, oh my soul, so weary;
Eb Ab Eb Bb Bb7
When troubles come and my heart burdened be;
Ab Bb Gm Cm
Then, I am still and wait here in the silence,
Eb Bb Eb Bb7
Until you come and sit awhile with me.
Chorus 1:
Ab Bb Eb Bb7
You raise me up, so I can stand on mountains;
Ab Bb Eb Bb7
You raise me up, to walk on stormy seas;
Ab Bb Eb Ab
I am strong, when I am on your shoulders;
Eb Bb Eb
You raise me up: To more than I can be.
Instrumental: F Bb F...F Bb C Bb C Am Dm F C F
Chorus 2:
C7 Bb C F C7
You raise me up, so I can stand on mountains;
C7 Bb C F
You raise me up, to walk on stormy seas;
C7 F C F C7
I am strong, when I am on your shoulders;
F C Bb F
You raise me up: To more than I can be.
Chorus 3:
C#7 F# C# F#
You raise me up, so I can stand on mountains;
C#7 F# C# F#
You raise me up, to walk on stormy seas;
C#6 F# C# F# C#7
I am strong, when I am on your shoulders;
F# C# B F#
You raise me up: To more than I can be.
(Repeat Chorus 3)
F# C# B F#
You raise me up: To more than I can be.
chord lagu Us 4 ever
Chord Ungu Saat Indah Bersamamu
[intro] D
Bm F#m
saat indah yg kulalui bersamamu
G D F#
melukiskan kisah cinta di dalam lubuk hati
Bm F#m
terbuai nafas cinta yg kau hembuskan
G D F#
sampai mati pun ku takkan bisa melupakanmu
[*]
Bm A G
dan bila waktuku akan mungkin penuhi janji itu
Em F#m G A
ku serahkan padamu apapun yg ku mampu
[reff]
D Bm Em
harus kuakui aku sayang kamu
A D
aku cinta kamu, oh hanya pada dirimu
Bm Em
ku ingin kau mampu terima hatiku
Gm
terima akan cintaku
D...
Bm F#m
saat indah yg kulalui bersamamu
G D F#
melukiskan kisah cinta di dalam lubuk hati
to: [*],[reff]
A# D A#
satu rasa yg haus menyentuh bayangmu
C
menyisakan semua yg kurasa
[int] D Bm Em A
D Bm Em Gm
to:[reff]
[ending] D...
[intro] D
Bm F#m
saat indah yg kulalui bersamamu
G D F#
melukiskan kisah cinta di dalam lubuk hati
Bm F#m
terbuai nafas cinta yg kau hembuskan
G D F#
sampai mati pun ku takkan bisa melupakanmu
[*]
Bm A G
dan bila waktuku akan mungkin penuhi janji itu
Em F#m G A
ku serahkan padamu apapun yg ku mampu
[reff]
D Bm Em
harus kuakui aku sayang kamu
A D
aku cinta kamu, oh hanya pada dirimu
Bm Em
ku ingin kau mampu terima hatiku
Gm
terima akan cintaku
D...
Bm F#m
saat indah yg kulalui bersamamu
G D F#
melukiskan kisah cinta di dalam lubuk hati
to: [*],[reff]
A# D A#
satu rasa yg haus menyentuh bayangmu
C
menyisakan semua yg kurasa
[int] D Bm Em A
D Bm Em Gm
to:[reff]
[ending] D...
chord lagu Us 4 ever
Chord josh groban you raise me up
Intro: Eb Ab Eb...Eb Ab Bb...Bb7 Ab Bb Gm Cm...Eb Bb Eb
Verse 1:
Eb Ab Eb
When I am down and, oh my soul, so weary;
Eb Ab Eb Bb Bb7
When troubles come and my heart burdened be;
Ab Bb Gm Cm
Then, I am still and wait here in the silence,
Eb Bb Eb Bb7
Until you come and sit awhile with me.
Chorus 1:
Ab Bb Eb Bb7
You raise me up, so I can stand on mountains;
Ab Bb Eb Bb7
You raise me up, to walk on stormy seas;
Ab Bb Eb Ab
I am strong, when I am on your shoulders;
Eb Bb Eb
You raise me up: To more than I can be.
Instrumental: F Bb F...F Bb C Bb C Am Dm F C F
Chorus 2:
C7 Bb C F C7
You raise me up, so I can stand on mountains;
C7 Bb C F
You raise me up, to walk on stormy seas;
C7 F C F C7
I am strong, when I am on your shoulders;
F C Bb F
You raise me up: To more than I can be.
Chorus 3:
C#7 F# C# F#
You raise me up, so I can stand on mountains;
C#7 F# C# F#
You raise me up, to walk on stormy seas;
C#6 F# C# F# C#7
I am strong, when I am on your shoulders;
F# C# B F#
You raise me up: To more than I can be.
(Repeat Chorus 3)
F# C# B F#
You raise me up: To more than I can be.
Intro: Eb Ab Eb...Eb Ab Bb...Bb7 Ab Bb Gm Cm...Eb Bb Eb
Verse 1:
Eb Ab Eb
When I am down and, oh my soul, so weary;
Eb Ab Eb Bb Bb7
When troubles come and my heart burdened be;
Ab Bb Gm Cm
Then, I am still and wait here in the silence,
Eb Bb Eb Bb7
Until you come and sit awhile with me.
Chorus 1:
Ab Bb Eb Bb7
You raise me up, so I can stand on mountains;
Ab Bb Eb Bb7
You raise me up, to walk on stormy seas;
Ab Bb Eb Ab
I am strong, when I am on your shoulders;
Eb Bb Eb
You raise me up: To more than I can be.
Instrumental: F Bb F...F Bb C Bb C Am Dm F C F
Chorus 2:
C7 Bb C F C7
You raise me up, so I can stand on mountains;
C7 Bb C F
You raise me up, to walk on stormy seas;
C7 F C F C7
I am strong, when I am on your shoulders;
F C Bb F
You raise me up: To more than I can be.
Chorus 3:
C#7 F# C# F#
You raise me up, so I can stand on mountains;
C#7 F# C# F#
You raise me up, to walk on stormy seas;
C#6 F# C# F# C#7
I am strong, when I am on your shoulders;
F# C# B F#
You raise me up: To more than I can be.
(Repeat Chorus 3)
F# C# B F#
You raise me up: To more than I can be.
chord lagu Us 4 ever
You're Beautiful
James Blunt
C
My life is brilliant
G
My love is pure
Am
I saw an angel
F
Of that I'm sure
C
She smiled at me on the subway
G
She was with another man
Am
But I won't lose no sleep on that
F
'Cause I've got a plan
F G
You're beauti ful
C
You're beautiful
F G C
You're beauti ful, it's true
F G
I saw your face
C G Am
In a crow ded place
F G Am
And I don't know what to do
F G C
'Cause I'll never be with you
C G Am F
C
Yes, she caught my eye
G
As we walked on by
Am
She could see from my face that I was
F
Fucking high
C G
And I don't think that I'll see her again
Am F
But we shared a moment that will last to the end
F G
You're beauti ful
C
You're beautiful
F G C
You're beauti ful, it's true
F G
I saw your face
C G Am
In a crow ded place
F G Am
And I don't know what to do
F G C
'Cause I'll never be with you
Am Am Am D
La-la-la-la La-la-la-la La-la-la-la La-a
F G
You're beauti ful
C
You're beautiful
F G C
You're beauti ful, it's true
F G
There must be an angel
C G Am
With a smile on her face
F G C G Am
When she thought up that I should be with you
F G Am
But it's time to face the truth
F G C
I will n ever be with you
James Blunt
C
My life is brilliant
G
My love is pure
Am
I saw an angel
F
Of that I'm sure
C
She smiled at me on the subway
G
She was with another man
Am
But I won't lose no sleep on that
F
'Cause I've got a plan
F G
You're beauti ful
C
You're beautiful
F G C
You're beauti ful, it's true
F G
I saw your face
C G Am
In a crow ded place
F G Am
And I don't know what to do
F G C
'Cause I'll never be with you
C G Am F
C
Yes, she caught my eye
G
As we walked on by
Am
She could see from my face that I was
F
Fucking high
C G
And I don't think that I'll see her again
Am F
But we shared a moment that will last to the end
F G
You're beauti ful
C
You're beautiful
F G C
You're beauti ful, it's true
F G
I saw your face
C G Am
In a crow ded place
F G Am
And I don't know what to do
F G C
'Cause I'll never be with you
Am Am Am D
La-la-la-la La-la-la-la La-la-la-la La-a
F G
You're beauti ful
C
You're beautiful
F G C
You're beauti ful, it's true
F G
There must be an angel
C G Am
With a smile on her face
F G C G Am
When she thought up that I should be with you
F G Am
But it's time to face the truth
F G C
I will n ever be with you
chord lagu Us 4 ever
Chord Bondan Prakoso and Fade 2 Black Not With Me :
Intro : C F Am F
Reff :
C Am F
I'm walking up from my summers dreams again
Am G F
try to thinking if you're alright
C Am F
then I'm shattered by the shadows of your eyes
Am G F Fm
knowing you're still here by my side
Reff II :
C F
I can see you if you're not with me
Am G F
I can say to my self if you're OKAY
C F
I can feel you if you're not with me
Am G F Fm
I can reach you my self, you show me the way
life was never be so easy as it seems
'till you come and bring your love inside
no matter space and distance make it look so far
still I know you're still here by my side
Back to Reff II
Bondan :
Dm F Am G
yea..you've made me so alive ,you give the best for me..love and fantasy
Dm F Am
yeah..and i never feel so lonely, coz you're always here with me..
G
yeah..always here with me
Back to Reff II
C Am F
I'm walking up from my summers dreams again
Am G F
try to thinking if you're alright
Bm C Am Dm F
then I'm shattered by the shadows of your eyes
G F
knowing you're still here by my side
Intro : C F Am F
Reff :
C Am F
I'm walking up from my summers dreams again
Am G F
try to thinking if you're alright
C Am F
then I'm shattered by the shadows of your eyes
Am G F Fm
knowing you're still here by my side
Reff II :
C F
I can see you if you're not with me
Am G F
I can say to my self if you're OKAY
C F
I can feel you if you're not with me
Am G F Fm
I can reach you my self, you show me the way
life was never be so easy as it seems
'till you come and bring your love inside
no matter space and distance make it look so far
still I know you're still here by my side
Back to Reff II
Bondan :
Dm F Am G
yea..you've made me so alive ,you give the best for me..love and fantasy
Dm F Am
yeah..and i never feel so lonely, coz you're always here with me..
G
yeah..always here with me
Back to Reff II
C Am F
I'm walking up from my summers dreams again
Am G F
try to thinking if you're alright
Bm C Am Dm F
then I'm shattered by the shadows of your eyes
G F
knowing you're still here by my side
Chord Bondan Prakoso and Fade 2 Black Not With Me :
Intro : C F Am F
Reff :
C Am F
I'm walking up from my summers dreams again
Am G F
try to thinking if you're alright
C Am F
then I'm shattered by the shadows of your eyes
Am G F Fm
knowing you're still here by my side
Reff II :
C F
I can see you if you're not with me
Am G F
I can say to my self if you're OKAY
C F
I can feel you if you're not with me
Am G F Fm
I can reach you my self, you show me the way
life was never be so easy as it seems
'till you come and bring your love inside
no matter space and distance make it look so far
still I know you're still here by my side
Back to Reff II
Bondan :
Dm F Am G
yea..you've made me so alive ,you give the best for me..love and fantasy
Dm F Am
yeah..and i never feel so lonely, coz you're always here with me..
G
yeah..always here with me
Back to Reff II
C Am F
I'm walking up from my summers dreams again
Am G F
try to thinking if you're alright
Bm C Am Dm F
then I'm shattered by the shadows of your eyes
G F
knowing you're still here by my side
Intro : C F Am F
Reff :
C Am F
I'm walking up from my summers dreams again
Am G F
try to thinking if you're alright
C Am F
then I'm shattered by the shadows of your eyes
Am G F Fm
knowing you're still here by my side
Reff II :
C F
I can see you if you're not with me
Am G F
I can say to my self if you're OKAY
C F
I can feel you if you're not with me
Am G F Fm
I can reach you my self, you show me the way
life was never be so easy as it seems
'till you come and bring your love inside
no matter space and distance make it look so far
still I know you're still here by my side
Back to Reff II
Bondan :
Dm F Am G
yea..you've made me so alive ,you give the best for me..love and fantasy
Dm F Am
yeah..and i never feel so lonely, coz you're always here with me..
G
yeah..always here with me
Back to Reff II
C Am F
I'm walking up from my summers dreams again
Am G F
try to thinking if you're alright
Bm C Am Dm F
then I'm shattered by the shadows of your eyes
G F
knowing you're still here by my side
Langganan:
Postingan (Atom)