28 November 2010

cerpen

Menanti Sebuah Jawaban
Oleh : Addin Fikry Nurullah

Udara dingin menghinggapi kulit Andra. Ia pun melangkah ke bangku di depan kelasnya. Pagi itu belum terlalu ramai, hanya beberapa siswa yang lalu - lalang di depannya.
“Hey, Andra!.. “, panggil Syam tiba – tiba. “Kamu nih, ngagetin aja”, kata Andra pada Syam yang baru datang. “Bukannya gitu, kamu aku panggil dari tadi nggak dengar – dengar, ya… terpaksa aku kagetin kamu. Kamu juga sih pagi – pagi udah ngelamun. Hati – hati, nanti kamu kesambet setan”, kata Syam panjang lebar.
“Iya deh, lain kali aku pasti dengar panggilan kamu. Tadi tuh pikiranku lagi nggak konsen. Ngomong – ngomong cepat sana piket. Hari ini kan gilran kamu”, kata Andra.
“Oke bos, siap laksanakan tugas”, jawab Syam sambil memasuki ruang kelas. Andra kembali terdiam memperhatikan siswa – siswa sekolahnya yang mulai berdatangan. Ia pun memperhatikan mereka satu per satu. Tiba – tiba matanya menangkap tatapan hangat dari seorang gadis yang berjalan di depannya. Mata mereka pun saling menatap, untuk beberapa saat, kemudian gadis itu tersenyum padanya, dan Andra pun membalas senyuman gadis itu. Manis sekali.
“Hey…, pagi – pagi udah ngelamun”, kata Abit mengagetkan Andra. “Kamu nih dasar syirik, nggak bisa lihat orang senang”, kata Andra. “Bukannya gitu teman, soalnya beberapa hari ini aku lihat kamu sering ngelamun. Apa kamu beneran suka sama dia?”, tanya Abit.
“Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti”, kata Andra pura – pura tidak tahu. “Kamu jangan berlagak bodoh. Kamu pikir aku tidak tahu ya kalau kamu suka sama Devi”, kata Abit membuka rahasia Andra.
“Oh jadi kamu sudah tahu ya? Devi…, nama yang bagus”, kata Andra setengah memuji. “Aku bisa bantuin kamu untuk kenalan sama dia. Dia orangnya nggak terlalu pemilih, dan yang pasti orangnya baik”, kata Abit memberikan informasi.
“Ngomong – ngomong dari mana kamu tahu semua tentang gadis ini?”, tanya Andra yang masih bingung.
“Waktu kelas tiga SMP aku satu kelas dengannya, jadi aku tahu semua tentang dia”, kata Abit menjelaskan.
“Terimakasih ya Abit. Tolong jangan kasih tahu siapa – siapa kalau aku suka sama Devi”, kata Andra. “Iya, tenang aja rahasia kamu aman padaku”, kata Abit.
***********
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua siswa SMU teladan berhamburan keluar kelas. Terlihat dua cowok keren melangkah ke gerbang sekolah. Keduanya tampak gelisah menunggu seseorang. Tapi tidak lama kemudian orang yang mereka tunggu datang juga.
“Devi sini dulu, ada yang mau kenalan sama kamu”, panggil Abit pada Devi. Devi sangat terkejut dengan panggilan Abit, kemudian ia melangkah ke tempat dua cowok itu berdiri dengan hati yang berdebar. Devi juga tidak tahu kenapa saat perkenalan kali ini ada yang lain dari dirinya. Kemudan Andra dan Devi berkenalan.
“Namaku Andra, nama kamu siapa?”, tanya Andra. “Namaku Devi, kamu tinggal dimana?”, tanya Devi pada Andra.
“Aku tinggal di jalan pejanggik no. 12. Kalau kamu tinggal dimana?”, tanya Andra. “Aku tinggal di jalan mawar no. 19”, jawab Devi. Abit yang sudah punya rencana langsung memotong pembicaraa antara Devi dan Andra.
“Wah… berarti rumah kalian searah dong. Devi kamu pulangnya diantar sama Andra aja ya”, kata Abit memberi usul. Mendengar kata – kata Abit, Andra lalu menatap Abit dengan tatapan nanar, dan pura – pura marah. Tapi jauh di hatinya dia sangat senang dan berharap. Devi sebenarnya sangat senang mendengar usul Abit, tapi dia tidak terlalu menunjukkannya, di hanya tersenyum pada Andra.Lalu Devi menjawab,
“Iya deh, tapi nanti kita mampir di toko buku dulu ya. Nggak apa – apa kan Andra?”, kata Devi dengan mata memohon. “Iya deh nggak apa – apa, aku juga mau cari buku Fisika”, kata Andra.
Keduanya pun pergi ke toko buku. Setelah di toko buku, keduanya pun makan siang. Dan perjalanan mereka berlanjut ke pantai. Tiba – tiba Andra menggenggam jemari Devi, dan Devi pun hanya tersenyum dan langsug memeluk Andra. Keduanya pun seperti terbius untuk beberapa saat. Kemudian Andra berkata,
“Devi, aku ingin sekali terus bersama kamu. Hanya kamu dan aku. Kamu mau nggak menjadi pacarku?”, kata Andra berharap.
“Kamu pikir pelukanku ini artinya apa? Aku sangat mencintaimu, dan aku ingin hatimu hanya untukku, dan aku akan selalu untukmu”, balas Devi.
Kemudian Andra mempererat dekapannya pada Devi, kemudian mengecup lembut bibir Devi. Devi pun tak mau kalah, tangannya pun melingkari leher Andra. Keduanya pun makin terhanyut dalam keadaan. Apalagi Devi sepertinya memberi lampu hijau pada Andra unuk melakukan itu, kemudian Devi membuka bajunya. Andra kemudian memegang dada Devi. Tapi Andra pun sadar kalau tindakannya sudah terlalu jauh. Ia pun mendorong Devi dan berkata,
“Dev, belum saatnya kita melakukan itu. Perjalanan kita masih panjang. Aku tidak bisa mengambil sesuatu yang bukan milikku”, kata Andra menjelaskan pada Devi.
“Terimakasih, karena kamu sudah mengingatkanku dan membantu aku menjaga kehormatanku. Sekarang aku semakin yakin kamulah orang yang aku cari selama ini”, kata Devi.
Kemudian Andra mengantar Devi ke rumahnya. Sebelum pulang, Andra mencium kening Devi. Dan hari – hari berikutnya menjadi semakin indah karena mereka telah saling memiliki dan saling mengingatkan. Andra dan Devi pun berjanji akan teus bersama hingga akhir waktu.
*USAF*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini