28 November 2010

cerpen

PECINTA SEJATI
Oleh: Addin Fikry Nurullah


Sebuah motor merah melaju dengan kencang membelah jalan pendidikan. Dua cowok yang mengendarainya pun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sepanjang kiri dan kanan jalan.Tapi sepertinya kedua cowok tadi cuek saja dengan tanggapan orang-orang.
“Tuh kan Vick, acaranya masih lama. Kamu sih buru-buru, padahalkan ini baru pukul 14.45”, kata Abit pada Vicky yang masih kesal karena tadi dia belum mempersiapkan diri dengan maksimal.”Kita ngapain nih, acaranya kan masih lama”, kata Abit. ”Itu Udin, kayaknya dia mau kesini”, kata Vicky.
“Udin, kamu mau kemana?” Tanya Abit. “Aku nggak kemana-mana.Aku datang kesini mau mengajak kalian main bola.Orang-orang yang kemarin kayaknya belum kapok kita kalahkan.Sekarang mereka menunggu kita di tempat yang kemarin”, Udin mencoba memberikan informasi.
“Hari ini aku dan Vicky nggak bisa ikut.Soalnya kita mau nonton orang yang gerak jalan”, Abit memberi alasan. ”Ya udah, kalau kalian nggak ikutan aku juga nggak deh. Aku malas main satu tim dengan Bondan”, kata Udin.”Lihat, marching bandnya udah di mulai. Sepertinya gerak jalannya juga akan di mulai”, kata Vicky sambil menunjuk. ”Ngomong-ngomong kata Made marching band sekolah kita juga tampil”, kata Abit. ”Mungkin yang sedang berbaris itu”, kata Udin sambil menunjuk sekelompok orang yang sedang berbaris.
“Oh iya benar, aku pernah lihat Imah memakai topi yang seperti itu”, kata Vicky yang baru mengingat sesuatu. Rombongan marching band itu pun mulai berjalan perlahan, kemudian berhenti tepat di depan cowok tadi.
“Cewek-cewek SMANSA kece juga ya?” komentar Udin. “Iya dong, SMANSA gitu loh”, kata Vicky mencoba meng-iklankan sekolahnya.
Kemudian Vicky memperhatikan seluruh anggota klub marching tersebut satu persatu. Lalu Vicky merasa ada yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Mulanya dia pura-pura tidak tahu, dan menunduk. Karena penasaran dia pun mengangkat kepalanya. Dan benar, seorang gadis yang berada di barisan belakang memang memperhatikan dirinya sejak tadi. Vicky memang sudah curiga kalau gadis itu memang menyimpan rasa padanya. Sebab, sudah sering ia memergoki gadis itu memandangnya dengan pandangan aneh. Tapi Vicky pura-pura cuek pada gadis itu, padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga memiliki rasa pada gadis itu.
Vicky akhirnya juga melirik gadis itu dan memberikan senyum. Gadis itu jadi salah tingkah. Bahkan ketika rombongan marching itu akan melanjutkan perjalanannya, gadis itu terpisah dari barisan dan permainan terompetnya agak kurang kompak dengan teman-temannya. Melihat kejadian itu, Vicky hanya tertawa di dalam hati
Dering handphone membuyarkan lamunan Vicky. Setelah melihat nomornya ia pun mengangkat telpon tersebut.
“Halo, ada apa Nind?” kata Vicky. Nindy yang meneleponnya pun langsung menjawab. “Nggak ada apa-apa sih. Aku Cuma kangen aja sama kamu”. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Nindy, Vicky tersenyum. Lalu berkata, “Bukannya kemarin kita udah jalan? Masa hari ini langsung kangen?” . Gadis itu langsung menjawab, “Iya beneran, aku kangen banget sama kamu. Hari ini kita jalan yuk”. Karena masih ingin melihat orang yang gerak jalan, Vicky pun menolak permintaan gadis itu. Siapa tahu ada bidadari yang ikut gerak jalan. Begitu pikirnya, lalu ia menjawab, “Maaf ya sayang, hari ini aku nggak bisa jalan sama kamu. Soalnya aku udah janjian sama Udin dan Abit. Udah dulu ya sayang, aku udah dipanggil. Bye”.
Beberapa cewek cantik lewat di depan mereka. Abit pun langsung menggoda gadis-gadis itu. Setelah berkenalan dengan Abit, cewek tinggi berkacamata mendekati Vicky, lalu mengajaknya berkenalan.
“Cowok, boleh kenalan nggak?”. Sambil mengulurkan tangannya. Karena cewek itu lumayan cantik, ia pun mau. Lalu ia meraih tangan gadis itu. “Boleh, namaku Vicky. Nama kamu siapa?”, Tanya Vicky sambil melempar senyum. Gadis itu pun langsung gugup. Tetapi akhirnya ia dapat menguasai dirinya. Dan menjawab, “Namaku Desi”. Setelah mendapat cukup informasi termasuk nomor handphone cowok-cowok itu, cewek-cewek tadi pun pamit
Melihat tingkah kedua temannya, Udin pun langsung menyindir mereka. “Dasar buaya, simpanan kalian berdua tuh gentayangan dimana-mana. Apa mereka semua belum cukup?”, kata Udin.
“Bukannya gitu Udin, kita berdua nih belum menemukan yang klik banget”, Abit memberi alasan. “Lagian juga, kami kan pecinta sejati. Masa pacarnya Cuma satu atau dua? Kan membosankan”, kata Vicky menambahkan.
“Terserah kalian deh, awas kalau kalian patah hati”, kata Udin cuek. “Oh itu nggak mungkin. Pecinta sejati tidak mengenal patah hati. Bagi kita, hilang satu tumbuh seribu”, jawab Abit. Mendengar jawaban kedua temannya itu, Udin hanya geleng-geleng kepala saja.
Vario hitam bergaris merah muda melaju pelan dan berhenti di persimpangan jalan. Kedua dara yang mengendarainya pun turun. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, termasuk Vicky dan teman-temannya. Kedua gadis itu adalah Wulan dan Riska. Mereka satu sekolah dengan Vicky dan Abit. Wulan sendiri merupakan gadis yang sangat dicintai oleh Vicky. Dia mau melakukan apa saja demi gadis itu. Termasuk menghentikan petulangan cintanya. Sebenarnya Wulan juga menyimpan rasa pada Vicky. Tetapi Vicky tidak mengetahuinya . Karena setiap bertemu dengan Vicky, gadis itu selalu cuek.
Abit yang mengetahui kalau Vicky suka pada gadis itu langsung menyindir Vicky. “Jangan Cuma mengawasi di balik topeng. Kalau beneran suka, dekati dia lalu tembak.Gampang kan? Apa susahnya sih melakukan itu?”, kata Abit sambil bersenggolan dengan Udin.
Vicky yang merasa tersindir akhirnya angkat bicara. “Lihatlah keadaan dirimu sebelum menilai orang lain. Kalau kamu memang berani melakukannya, kenapa kamu tidak melakukan itu pada Lisa?”, balas Vicky.
“Aku belum melakukannya karena belum ada moment yang tepat untuk nembak”, kata Abit.
“Udahlah, nggak usah banyak alasan. Bilang aja kalau kamu memang nggak berani”, kata Vicky berusaha mematikan Abit.
Abit yang malas berdebat dengan Vicky akhirnya mengalah. “Terserah kamu deh”, kata Abit. Lalu sebuah ide terlintas di pikiran Abit. Ia ingin menantang Vicky beradu nyali. Lalu ia berkata, “Kalau kamu beneran bisa mendapatkan Wulan. Bawa dia kehadapanku selambat-lambatnya hari minggu besok pukul 18.00 sore”, kata Abit menantang Vicky.
“Oke, jika aku berhasil kamu harus mentraktirku di kantin sekolah selama 2 minggu. Tapi, jika aku gagal, kamu yang aku traktir. Gimana?”, jawab Vicky meyakinkan.
“Oke, deal”!!!, kata Abit
*USAF*
Hari sabtu sepulang sekolah, Vicky menyiapkan segala sesuatunya. Tepat pukul 16.00 ia berangkat ke rumah Wulan. Karena Wulan punya counter pulsa, Vicky kesana dengan alasan mau isi pulsa. Jantung Vicky berdetak kencang ketika memasuki pekarangan rumah gadis itu. Wulan yang sedang duduk di depan rumahnya kaget melihat kedatangan Vicky. Entah mengapa gadis itu merasa ada yang lain hari ini dari cowok itu. Saat melihat Vicky membawa bunga, Wulan sangat senang. Ia pun berdo,a di dalam hatinya semoga bunga itu untuknya.
Ketika mereka berhadapan, Vicky langsung mencari alasan. “Aku mau isi pulsa. Pulsa kartu As yang 15 ada nggak?”, kata Vicky.
“Ada, nomornya berapa?”, jawab Wulan sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan harapannya. Setelah memberikan uang kembalian pada cowok itu, Wulan pun berbalik. Tapi sebelum ia melangkah, dengan cepat Vicky meraih tangannya.
“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu”, kata Vicky. Wulan pun berbalik dan berkata, “Kamu mau ngomong apa?”.
“Aku…Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”, kata Vicky tanpa pikir panjang.
Mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Vicky, Wulan kaget dan hampir tidak percaya. Dengan sedikit keberaniannya, ia pn menjawab, “Aku juga suka sama kamu, dan…Aku mau jadi pacar kamu”, kata Wulan sepenuh hati.
Lalu setelah pamit dengan Ibunya di dalam, Wulan jalan dengan Vicky. Kemudian Vicky mengajak Wulan ke rumah Abit, dengan alasan ada yang mau dia ambil. Padahal dia mau menuntaskan tantangan Abit.
Abit sangat kaget ketika melihat Vicky datang dengan Wulan sambil bergandengan tangan. “Gila, cepat sekali kamu mendapatkan dia. Aku pikir kamu tidak berani melakukannya”, kata Abit.
“Aku tidak sepengecut dirimu, oh iya, mulai hari Senin besok jangan lupa kewajibanmu”, kata Vicky mengingatkan Abit. Kemudian ia dan Wulan pun pamit.
Perjalanan kedua pasangan itu pun berlanjut ke pantai. Mereka pun menikmati kebersamaan mereka. Wulan memeluk Vicky dengan erat, seakan dia tak mau kehilangan Vicky.
*USAF*
Dua minggu ini wajah Vicky lebih cerah dari biasanya. Karena sekarang ia sudah meraih cinta yang diimpi-impikannya sejak dulu. Ia pun bertekad akan menghentikan petualangan cintanya dan berubah. Sore harinya ketika ia sedang jalan dengan Wulan, ia bertemu dengan Nindy. Ketika melihat kemesraan Vicky dan Wulan, ia pun langsung naik pitam. Lalu ia pun mendekati mereka.
“Sayang, siapa gadis ini?”, Tanya Nindy memancing memancingWulan.”Seharusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Datang-datang langsung memanggil pacarku dengan kata sayang”, jawab Wulan.
“Oh, jadi kamu belum tahu ya? Aku juga pacarnya Vicky”, kata Nindy. Mendengar jawaban Nindy, Wulan pun merah mukanya karena marah.
“Vick, apa benar dia pacar kamu?”, Tanya Wulan pada Vicky. Belum sempat Vicky menjawab, Plak!!!...tangan Wulan mendarat di pipi Vicky, dan ia pun pergi meninggalkan Vicky dan Nindy.
“Wulan, tunggu, kamu dengar dulu penjelasan dari aku”, kata Vicky mencoba menahan Wulan.
“Tidak, ku rasa semuanya sudah jelas. Ternyata kamu bermain cinta dengan gadis lain di belakangku”, kata Wulan. Wulan pun pergi meninggalkan Vicky seorang diri. Rasa sedih dan kecewa kini menyelimuti hatinya.
Kemudian Vicky berbalik menghampiri Nindy.
“Puas kamu sekarang!!!.... Mulai saat ini kita putus. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal”, kata Vicky memarahi Nindy. Lalu Vicky pun pergi dari tempat itu dengan perasaan hancur. Untunglah tempat itu masih sepi, jadi tidak ada orang yang melihat kejadian tadi.
*USAF*
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Vicky dan Wulan tidak saling bicara. Sudah beberapa kali Vicky mencoba untuk meminta maaf pada Wulan, termasuk mendatangi rumahnya. Tetapi tidak berhasil, kini ia hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi.
“Sudahlah, masih banyak gadis di luar sana yang mengantre untuk jadi pacar kamu”, kata Abit menghibur.
“Tapi yang ini beda. Dia cinta sejatiku.”, Vicky mencoba menjelaskan.
“Begini saja, malam ini kamu datangi saja rumahnya lagi.Kalau kamu nggak berani pergi sendiri, biar aku yang akan mengantarmu kesana”, kata Abit memberi usul.
“Tapi aku harus bilang apa ketika berhadapan dengan Wulan? Bertemu dengannya saja aku nggak berani”, kata Vicky.
“Yakinkan dirimu, kalau kamu bisa mlakukannya”, kata Abit.
“Oke deh, aku coba. Tapi aku pergi sendiri saja, nanti kamu gangguin lagi,”kata Vicky.
“Siapa juga yang mau ngantarin kamu. Ini kan malam Valentine, malam ini aku mau tembak Lisa”, kata Abit.
“Semoga berhasil ya”, kata Vicky. “Iya, kamu juga”, kata Abit.
Tepat pukul 19.05, Vicky sampai di rumahnya Wulan. Tapi dia masih ragu untuk masuk. Lalu ia mengsms Wulan.

“Aku mohon, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ijinkan aku bicara.Aku tunggu kamu diluar”.

Wulan pun keluar, sebenarnya ia tersiksa jika terpisah lama dengan Vicky. Namun karena ini kesalahan Vicky, ia gengsi untuk menemuinya.
“Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku rasa semuanya telah berakhir”, kata Wulan saat mereka bertemu.
“Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku. Aku tahu… mungkin kesalahanku tidak termaafkan. Tapi please…. Berikan aku kesempatan sekali lagi”, kata Vicky berharap.
Melihat keseriusan Vicky, akhirnya Wulan pun luluh. Ia pun memeluk Vicky, dan menitikan air mata.
“Maafkan aku jika beberapa hari ini aku telah mendiamkanmu. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya”, kata Wulan.
“Iya, aku janji”, kata Vicky.
Dinginnya malam membuat mereka semakin mempererat dekapannya masing-masing. Mereka pun tersentak oleh bunyi sms dari Abit.

“Vicky, aku diterima. Mulai sekarang aku juga akan berubah”

Kini Abit dan Lisa telah menikmati indahnya binar-binar cinta. Vicky dan Wulan pun berusaha menjaga cinta mereka selamanya. Mereka juga berjanji akan menjalani kehidupan bersama dalam indahnya cinta dan kasih sayang.

****** USAF ******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini