Cerita Tersembunyi
Oleh : Addin Fikry Nurullah
Sore yang cerah, matahari bersinar lembut, Fikry melangkah perlahan menuju halaman rumah dan segera membuka gerbang. Sesaat kemudian dia mengeluarkan motornya ke jalan raya. Perlahan tapi pasti dia mulai bergerak menjauh meninggalkan rumahnya. Sore itu Fikry akan pergi ke rumah temannya Yani, atau lebih tepat disebut kakak olehnya karena umur Yani terpaut 3 tahun lebih tua dari pada Fikry. Ketika memasuki persimpangan jalan menuju rumah Yani, Fikry berhenti sejenak di depan balai desa karena disana ada pertandingan Volly antar RT di kampung itu. Kemudian ia mencari Yani disana karena yang ia tahu Yani suka sekali menonton pertandingan Volly. Kemudian Fikry melihat Yani sedang berbincang dengan teman – temannya, Fikry pun urung menemui Yani karena ia merasa canggung dengan teman – teman Yani. Kemudian seorang gadis melangkah ke arahnya,
“Fikry, kapan datang? Kamu sudah besar ya sekarang”, kata Tati. Fikry yang dari tadi melamun pun tersentak kaget dan menjawab,
“Kemarin, kak”, jawab Fikry. “Kakak juga makin cantik, gimana sekolahnya? Sudah ada pengumuman lulus atau belum?”, lanjut Fikry.
“Kamu nih bisa saja kalau memuji, belum ada pengumuman. Bisa nggak kamu tanya sama papa kamu sudah ada pengumuman atau belum. Papa kamu kan kepala sekolah jadi dia tahu tentang masalah itu”, kata Tati.
“Iya deh, nanti aku tanya sama papa”, kata Fikry.
Kemudian tanpa disengaja Fikry memperhatikan seorang gadis yang sedang berdiri di dekat Yani, gadis itu memakai jilbab dengan baju berlengan panjang, tingginya hampir sama dengan Tati. Setelah itu, Fikry dan gadis itu saling melirik satu sama lain, dan gadis itu pun hanya memberikan senyuman pada Fikry dan Fikry membalas senyuman gadis itu. Kemudian Fikry bertanya pada Tati siapa sebenarnya gadis itu.
“Kak, cewek yang pakai jilbab warna ungu tua itu siapa?”, tanya Fikry.
“Yang mana? Dari tadi kakak nggak lihat cewek pakai jilbab warna ungu”, kata Tati.
“Masa kakak nggak lihat sih, itu loh yang berdiri disamping kak Yani”, kata Fikry menjelaskan.
“Oh itu, namanya Fitrah. Dia orang sini juga, memangnya kenapa? Naksir ya?”, tanya Tati curiga.
“Kakak nih, curigaan banget sih jadi orang. Aku kan cuma ingin tahu siapa dia, lagian juga dia kan lebih tua dariku mana mungkin aku bisa naksir dia”, kata Fikry mengelak.
“Maaf, soalnya pertanyaan kamu tadi sangat mencurigakan. Lagi pula cinta kan tidak memandang umur, jadi nggak salah kalau kamu naksir dia. Tapi tidak mudah untuk mendapatkan dia, soalnya saingan kamu banyak sekali, termasuk sepupu kamu Haris”, kata Tati menjelaskan.
“Untuk sekarang ini sih aku belum punya rasa sama cewek itu. Nggak tahu kalau selanjutnya, takdir orang kan tuhan yang menentukan. Lagian juga untuk apa aku mengejar orang yang jauh kalau disini sudah ada kakak”, kata Fikry setengah menggoda.
“Udah deh Fik, jangan menggoda kakak terus, nanti kakak nggak bisa tidur karena kepikiran kata – kata kamu”, kata Tati.
Kemudian Tati pulang ke rumahnya, karena sudah sore.Tidak lama kemudian Davi, salah satu teman Fikry waktu SD datang menghampiri Fikry.
“Friend, kapan datang?”, tanya Davi. “Kemarin, ngomong – ngomong tumben disini ramai. Memangnya ada acara apa?”, tanya Fikry.
“Biasalah, kegiatan antar RT”, kata Davi menjelaskan.
“Kamu juga ikutan?”, tanya Fikry.
“Nggaklah, kamu kayak nggak tahu aku saja. Aku kan paling malas ikut kegiatan kayak gini”, kata Davi.
“Oh iya, aku di tawarin minum – minum sama teman. Tapi aku nggak ikut, apa kamu berminat? Kalau ya, aku bisa ngomong sama mereka”, kata Davi menawarkan.
“Aku nggak berminat ikut yang kayak gitu. Coba kalau ada lomba mata pelajaran baru aku semangat”, kata Fikry menolak.
“Ngomong – ngomong tumben kamu main kesini, memangnya ada masalah ya?”, tanya Davi.
“Nggak juga sih, aku lagi BT (bosan total) di rumah, makanya aku keluar jalan – jalan”, kata Fikry.
Kemudian pmbicaraan mereka berlanjut pada hal – hal seputar masalah anak muda di kampung itu. Tiba – tiba Fikry dan gadis cantik yang memaka jilbab tadi kembali berpandangan untuk beberapa saat. Kemudian Fikry memberikan senyum pada gadis itu, dan gadis itu membalas senyuman gadis itu. Fikry pun tersentak dari lamunannya saat Davi menepuk bahunya.
“Kamu nih, ngelamun saja, kalau kemasukan setan baru tahu rasa. Memangnya kamu lagi mikirin apa sih? Serius banget dari tadi, sampai – sampai kamu nggak dengar aku ngomong apa”, kata Davi.
“Maaf, aku nggak mikir apa – apa kok. Tadi aku cuma sedikit nggak konsen”, kata Fikry mencari alasan.
Kemudian Yani datang menghampiri mereka. Setelah itu mereka bertiga melangkah ke rumah Yani. Dan pembicaraan mereka sore itu berlanjut hingga menjelang maghrib di rumahnya Yani.
******
“Kak, kakak kenal nggak sama Fitrah?”, tanya Fikry pada Yani.
“Iya, kenal. Memangnya kenapa? Kamu naksir ya sama dia?”, selidik Yani.
“Kalau naksir atau nggak sih belum ada, tapi kalau sekedar suka iya”, kata Fikry.
“Oh gitu ya, kalau nggak salah kakak punya nomor handphonenya dia.Kamu mau nggak?”,kata Yani menawarkan.
“Sebenarnya sih tadi aku memang mau minta nomor handphone cewek itu sama kakak. Eh nggak tahunya ditawarin duluan”, kata Fikry.
Setelah mendapatkan nomor handphone gadis itu, Fikry mulai menjalankan aksinya. Pada sore harinya Fikry mengsms gadis itu,
“Hai cewek, boleh kenalan nggak?”
Kemudian setelah beberapa saat, datang sms balasan dari Fitrah,
“Boleh, namaku Fitrah. Nama kamu siapa?”
Setelah mengetahui nama masing – masing, mereka pun semakin akrab. Dan mulai berteman baik.
“Gimana Fik, sukses nggak?”, tanya Yani tiba – tiba ketika mereka bertemu.
“Sukses dong, terimakasih ya kak. Tapi untuk sementara tolong kakak jangan kasih tahu siapa – siapa dulu ya”, kata Fikry.
“Iya, tenang saja. Rahasia kamu aman kok sama kakak”, kata Yani meyakinkan Fikry.
Pada suatu hari, Fikry mengajak Fitrah jalan – jalan. Tentunya secara sembunyi – sembunyi.Kemudian mengsms Fitrah,
Hai Fit, hari ini kamu ada acara nggak?”
Kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Nggak ada kok. Memangnya kenapa?”
Kemudian Fikry membalas sms tersebut,
“Aku mau ngajak kamu jalan. Bisa nggak?”
Sesaat kemudian datang balasan dari Fitrah,
“Bisa”,
Kemudian di tempat yang sudah ditentukan, Fikry menunggu Fitrah. Setelah beberapa saat orang yang di tunggu akhirnya datang juga. Karena mereka baru pertama kali bertemu, mereka masih sangat canggung untuk bertegur sapa. Kemudian untuk mencairkan suasana, Fikry pun memulai pembicaraan.
“Hey, memangnya nggak ada yang marah apa kalau kamu jalan sama aku?”, tanya Fikry.
“Nggak ada kok, tadi aku sudah izin sama orangtuaku. Mereka bilang kalau mau mengajak aku jalan, kamu harus menjemputku di rumah”, kata Fitrah.
“Iya deh maaf, lain kali aku akan langsung ke rumah kamu”, kata Fikry.
“Oh iya, sebelumnya maaf kalau nanti ada tindakanku yang aneh. Soalnya aku baru kali ini jalan sama cowok”, kata Fitrah.
“Iya aku juga. Ini pertama kalinya aku jalan sama cewek yang umurnya lebih tua dariku”, kata Fikry.
“Ngomong – ngomong kali ini kita kemana?”, tanya Fitrah.
“Kamu maunya kemana?”, Fikry balik bertanya.
“Kenapa tanya aku? Kan kamu yang mengajak, jadi terserah kamu dong.Aku akan ikut kemana pun kamu mengajakku”, kata Fitrah mulai menggoda.
“Sudah berani ya, menggoda brondong”, kata Fikry.
Mendengar perkataan Fikry, Fitrah pun merah mukanya karena malu, kemudian ia hanya tersenyum.
”Ayo cepat naik”, lanjut Fikry.
Kemudian mereka pun jalan – jalan. Tapi ditengah jalan mereka bertemu dengan Nur, sepupunya Yani. Tapi Fikry hanya tersenyum padanya dan melanjutkan perjalanannya. Jalan – jalan mereka sore berlanjut ke pantai dan mereka pulang sebelum maghrib. Dan jalan – jalan mereka kali ini sangat berkesan karena baru pertama kalinya. Mereka berdua pun segera memikirkan kata – kata yang akan mereka ucapkan pada teman – teman mereka masing – masing.
******
Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah satu minggu sejak perkenalan itu terjadi. Hubungan pertemanan Fikry dan Fitrah semakin akrab. Sementara itu, orang – orang semakin ramai membicarakan mereka. Layaknya suatu opini publik, pro dan kontra sering terjadi. Tapi mereka berusaha untuk cuek dengan semua itu.
Sejak berteman dengan Fitrah, Fikry semakin rajin mendapatkan pertanyaan – pertanyaan aneh bahkan sinis dari orang – orang terdekatnya. Tapi bukan Fikry namanya jika tidak bisa menepis semua masalah tersebut.
“Fit, kamu udah punya pacar atau belum?”, tanya Fikry tiba – tiba saat dia duduk dengan Fitrah.
“Memangnya kenapa?”, Fitrah balik bertanya.
“Nggak ada apa – apa sih, aku hanya ingin tahu aja”, jawab Fikry.
Mendengar pertanyaan Fikry tadi, Fitrah merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam diri Fikry. Tapi dia tidak tahu apa itu. Kemudian ia berusaha untuk jujur dan menjawab,
“Kalau untuk sekarang sih memang sudah ada”, jawab Fitrah.
Mendengar jawaban Fitrah, Fikry seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari dalam dirinya. Kemudian Fikry terdiam, ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya pun terdiam membisu. Beberapa saat kemudian Fitrah memulai pembicaraan.
“Fik, kamu suka musik nggak?”, tanya Fitrah. Mendengar pertanyaan Fitrah, Fikry pun tersentak dalam lamunannya.
“Iya, aku suka musik. Ngomong – ngomong kamu suka lagu apa?”, tanya Fikry pada Fitrah.
“Aku suka lagu Disini Untukmu”, kata Fitrah.
“Kamu ngefans sama grup band UNGU ya?” tanya Fikry.
“Iya. Kalau kamu sukanya lagu apa?”, tanya Fitrah.
“Aku suka lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu”, jawab Fikry berbohong. Dia menjawab sesuai dengan suasana hatinya.
“Kamu lagi patah hati ya?”, tanya Fitrah tiba – tiba.
“Nggak kok, aku fun – fun aja”, jawab Fikry spontan.
“Terus, kenapa kamu suka lagu itu?”, selidik Fitrah.
“Aku juga nggak tahu kenapa aku suka lagu itu. Mungkin karena lagu itu bagus”, jawab Fikry.
“Oh, aku pikir kamu suka lagu itu karena kamu lagi patah hati”, kata Fitrah.
“Nggak kok tenang aja. Aku baik – baik saja”, kata Fikry berbohong. Padahal jauh di lubuk hatinya batinnya menangis menahan perih.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar